Berita Viral

Penyebab Dokter Dwi Tewas Kecelakaan Usai Dituduh Maling,Polisi Bantah Karena Dikejar, Korban Ngebut

Penyebab dokter Dwi Fatimahyen (29) tewas kecelakaan saat dituduh maling, polisi bantah karena dikejar.

Penulis: Laily Fajrianty | Editor: Moch Krisna
Kompas.com
Penyebab dokter Dwi Fatimahyen (29) tewas kecelakaan saat dituduh maling, polisi bantah karena dikejar. 

TRIBUNSUMSEL.COM - Penyebab dokter Dwi Fatimahyen (29) tewas kecelakaan saat dituduh maling, polisi bantah karena dikejar.

Diketahui, peristiwa naas yang menimpa seorang dokter kecantikan itu terjadi di Kecamatan Mestong, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, pada Jumat (29/3/2024) malam.

Korban yang mengendarai mobil sempat dikejar oleh polisi dan warga karena dituduh maling mobil.

Menanggapi kasus tersebut, Kepala Polres Muaro Jambi, AKBP Wahyu Bram dalam konferensi pers, Selasa (2/4/2024) mengatakan pengejaran polisi itu berdasarkan laporkan warga bahwa ada mobil masuk perumahan Pondok Cipta dekat SPN Polda Jambi dengan kecepatan tinggi yang kemudian membagikannya ke dalam grup WhatsApp warga setempat.

"Tapi yang bersangkutan sekitar empat menit datang masuk ke kompleks, karena mau diberhentikan gak mau berhenti, akhirnya dikejar," kata Wahyu. Dikutip dari Kompas.com, Rabu (3/4/2024).

Ketika dikejar warga korban lari menuju jalan lintas Sumatera ke arah Kota Jambi.

Kebetulan mobil yang bersangkutan melewati pos penyekatan polisi dan pegawai dinas perhubungan Kabupaten Muaro Jambi.

Tidak berapa lama korban melintasi dengan kecepatan tinggi, ada tiga motor yang dikendarai berboncengan sebanyak lima orang.

Baca juga: Beda Kronologi Versi Keluarga dan Polisi Dalam Kasus Dokter Dwi Tewas Kecelakaan usai Dituduh Maling

Kemudian satu motornya berhenti dan menyampaikan bahwa ada maling diduga melakukan perbuatan kejahatan, dugaan awal saat di perumahan Pondok Cipta.

Awalnya warga tersebut terus mengejar, namun berselang sekitar 15 menit warga memutuskan berhenti melakukan pengejaran, karena kecepatan mobil tinggi.

"Dalam waktu 15 menit itu polisi dan warga sama-sama melakukan pengejaran, setelahnya hanya polisi yang melakukan pengejaran," kata Wahyu.

Polisi mengungkapkan kronologi versinya soal dokter Dwi Fatimahyen (29) tewas kecelakaan usai dituduh maling.
Polisi mengungkapkan kronologi versinya soal dokter Dwi Fatimahyen (29) tewas kecelakaan usai dituduh maling. (TribunJambi.com/Kompas.com)

Kendati begitu, polisi akhirnya melakukan pengejaran dengan menyalakan sirine untuk menyuruh korban berhenti dengan pengeras suara (toa) bahkan melakukan tembakan peringatan.

Namun, yang bersangkutan terus melaju dengan kecepatan tinggi sampai keluar kota menuju jalan lintas Sumatera Jambi-Riau.

Ketika di jalan arus lintas padat, korban tetap ngebut dan berusaha mendahului mobil truk. Namun dari arah berlawan ada truk.

Baca juga: Sosok Dwi Fatimahyen Dokter Muda Asal Jambi Tewas Kecelakaan Dituduh Curi Mobil dan Dikejar Polisi

Sehingga, korban memutuskan banting setir ke kanan untuk menghindari tabrakan.

Ketika banting setir mobilnya menjadi tak terkendali dan menabrak rumah warga hingga akhirnya korban mengalami kecelakaan tunggal.

"Pengejaran dari Selatan-Utara itu sekitar 40 menit melewati Kota Jambi dan kemudian kembali lagi ke Muaro Jambi, tepatnya di Desa Sekernan, Kecamatan Sekernan korban mengalami kecelakaan tunggal," kata Wahyu.

Bantah Penyebab Kecelakaan karena Dikejar

Dalam kasus dokter tewas kecelakaan ini, polisi telah memeriksa lima orang warga yang mengejar korban.

Namun, kata Wahyu, penyebab kecelakaan bukan karena pengejaran yang dilakukan warga, melainkan sudah dari awal korban sudah ngebut ketika masuk perumahan.

"Sejak awal sudah memicu kekhawatiran warga, sehingga warga berpikir yang aneh-aneh,” kata Wahyu.

Bantah Salah Prosedur

Sementara, tuduhan bahwa pihak kepolisian tidak melakukan tindakan kesalahan prosedur pun dibantah.

Pasalnya, berdasarkan video yang beredar, anggota polisi sudah menyalakan sirine dan toa bahkan memberikan tembakan peringatan.

"Kalau misal takut begal atau apa masih wajar, tapi kalau sudah anggota polisi paling maksimal ditilang," kata Wahyu.

"Kalaupun diketahui penyebabnya, kami maklumi karena ketakutan gak akan kami tilang kami bawa ke orang tuanya atau keluarganya," terangnya.

Namun, Wahyu tidak segera mengindahkan dengan tetap memacu kendaraan berkecepatan tinggi.

Tentu pilihan itu memiliki risiko, membahayakan diri sendiri, dan juga orang lain, sehingga harus dihentikan.

Akibat kejadian ini, lima orang sudah diperiksa.

"Sudah diperiksa sekitar lima orang, jadi kecurigaannya, ada orang tiba-tiba ngebut di perumahan kemudian dihentikan, gak mau berhenti kemudian kabur."

"Jadi prasangkanya adalah jangan-jangan ada warga yang menjadi korban tindak kejahatan, soalnya kaca mobil gelap,” kata Wahyu lagi.

Selama pengejaran tidak ada insiden lain.

Berdasarkan rekaman CCTV, yang melakukan pengejaran hanya dari warga Pondok Cipta. Tidak ada warga lain.

Curhat Dokter Dwi Sebelum Tewas

Sebelum tewas kecelakaan, dokter Dwi ternyata sempat menghubungi sang ayah.

Hal ini diungkap oleh sepupu korban, Erwin menjelaskan bahwa korban ketakutan karena dibuntuti orang.

Sebelum kejadian Dwi sedang mencari ruko untuk usaha klinik kecantikan.

Menurutnya, korban dan sang kakak yang juga berprofesi dokter telah memiliki usaha klinik kecantikan sebanyak 2 cabang.

Rencananya mereka akan menambah cabang lagi.

"Ketika dekat SPN, Dwi menelepon bapaknya Pasiman. Beliau ketakutan saat menelepon orang tuanya," jelas Erwin. Dikutip dari TribunJambi,com

"Pak saya takut, saya dibuntuti orang," ungkap Erwin menirukan ucapan Dwi kepada ayahnya.

Saat itu ayah korban menyarankan agar sang putri tancap gas menghindari orang tersebut.

Setelah mengebut, Dwi justru diteriaki oleh tiga orang dengan sebutan maling. Mereka juga mengejar Dwi.

Tak lama kemudian, ada polisi di wilayah itu juga ikut mengejar karena mendengar teriakan maling dari tiga orang tersebut.

"Korban ini orangnya cemasan, gugup. Semakin dikejar oleh warga dan ada aparat juga, Dwi semakin ngebut, semakin tidak terkendali,"

Dia menjelaskan, menjadi beban bagi keluarga karena korban meninggal dalam fitnahan, dituduh melakukan pencurian mobil. Padahal mobil yang dikendarai itu, merupakan mobilnya sendiri dapat dibuktikan dengan surat menyurat.

"Ada pula infonya korban ini lari dikejar oleh warga dan polisi karena telah melakukan tabrak lari, itu juga tidak ada. Kami hanya ingin klarifikasi kepada media yang memberitakan di awal. Jika memang benar almarhumah ini mencuri mobil tolong dibuktikan, jika beliau melakukan tabrak lari siapa korbannya, siapa yang ditabrak tolong buktikan," jelasnya.

Dia berharap agar pihak yang menarasikan dr Dwi bersalah agar melakukan klarifikasi kepada media yang telah menyebar luaskan informasi tersebut. Bahwa informasi awal tersebut tidak benar.

"Tujuannya apa, biar nama baik beliau itu pulih mengingat beliau sudah jadi almarhumah," kata Erwin.

Keluarga Minta Keadilan

Akibat peristiwa tersebut, kini pihak keluarga meminta keadilan, dan nama baik almarhumah dibersihkan, karena sudah banyak fitnah kepada dia sebelumnya.

Selain difitnah jadi pencuri mobil, ada juga yang menyebut Dwi Fatimahyen (29) dikejar-kejar karena melakukan tabrak lari.

Keluarga dr Dwi menyangkal. Mobil itu milik Dwi Fatimah, dan tidak ada kasus tabrak lari sebelumnya.

"Jika memang benar almarhumah mencuri mobil tolong dibuktikan, jika melakukan tabrak lari, siapa korbannya? tolong buktikan," kata Erwin, sepupu korban, yang berprofesi sebagai dosen.

Baca juga berita lainnya di Google News

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved