Berita Viral
Sosok Rusli, Dirver Ojol yang Jadi Caleg Dari Partai Buruh, Berniat Sejahterakan Rakyat Kecil
Inilah kisah dari Rusli pria driver ojol yang jadi caleg demi mensejahterakan rakyat kecil, berjuang untuk kuliahkan 3 anaknya...
Penulis: Thalia Amanda Putri | Editor: Slamet Teguh
Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Thalia Amanda Putri
TRIBUNSUMSEL.COM - Inilah kisah dari Rusli pria driver ojol yang jadi caleg demi mensejahterakan rakyat kecil.
Baca juga: Sosok Rayendra Nareswara Pacar Kaneishia Yusuf Meninggal Dunia Baru Pacaran 2 Tahun, Kuliah di UI
Diketahui jika Rusli nekat menjadi caleg dengan modal seadanya agar dapat membantu kehidupan ojol lainnya dan tengah berjuang kuliahkan 3 anaknya.

Rusli sendiri berani mencalonkan diri di Legislatif DPRD DKI Jakarta pada Pemilu 2024 ini.
Ia mendaftar sebagai calon legislatif (caleg) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi DKI Jakarta daerah pemilih (Dapil) IV dari Partai Buruh.
Bukan tanpa sebab, pria yang berprofesi sebagai pengemudi ojek online (ojol) sejak 2016 hingga sekarang ini memiliki keinginan yang mulia.
Sebab ia ingin menyejahterakan rakyat kecil apalagi sesama ojol.
Dilansir dari Kompas.com, dalam sesi wawancara di sebuah saung wilayah Balekambang, Kramatjati, Jakarta Timur, Rabu (17/1/2024), Rusli menceritakan awalnya pada 2015, Rusli mengundurkan diri sebagai buruh pabrik di kawasan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Alasannya, ia ingin rehat karena akan memasuki usia senja.
"Saya hanya pengin bikin usaha apa kek gitu,
yang enggak mengisi daftar hadir setiap pagi," ucap Rusli.
Hingga akhirnya setahun kemudian Rusli bertemu dengan rekannya yang berprofesi sebagai pengemudi ojol.
Ia menghampiri dan bertegur sapa satu sama lain.
Di sebuah warung kelontong, ia mendengar keluhan dari para pengemudi ojol.
Keesokan hari sampai seterusnya, ia kembali datang ke warung kelontong meski tidak ada temannya.
Jiwa aktivis karena tergabung dalam serikat buruh dari pekerjaan sebelumnya sejak 1990-an masih melekat.
"Akhirnya saya tertarik menjadi ojol.
Ya sudah, saya mendaftarkan diri keesokan harinya dengan membawa berkas berupa ijazah, SKCK, BPKP, STNK, SIM, foto dan sebagainya," ujar Rusli.
Baca juga: Nasib Guru SMKN 5 Denpasar Hukum 1,5 Jam Siswa Telat 3 Menit, Arya Wedakarna Minta Lakukan Ini
Baca juga: Viral Momen Siswa SD di Cilacap Jongkok hingga Digendong TNI Lewati Jembatan Miring saat ke Sekolah
Terlepas ingin mencari uang, ia tidak menampik bahwa dengan mendaftarkan diri untuk pekerjaan tersebut, Rusli telah "menggadaikan" keluarganya.
Dalam proses pendaftaran bersama ratusan orang yang lain, Rusli menilai ada beberapa hal dari perusahaan yang memarginalkan para pelamar.
Misalnya adalah tidak tersedianya parkiran, para pelamar yang hanya duduk di lantai hingga para pencari kerja diharuskan melepas sepatu di saat perekrut mewawancarainya.
"Terus, soal jaket.
Saya kira ini inventaris aplikator (aplikator).
Ternyata, driver membeli dengan membayar angsuran.
Uangnya dipotong setiap hari dari hasil orderan setiap hari," kata Rusli.
Rusli menilai seharusnya jaket tersebut menjadi hak milik pengemudi setelah selesai mencicilnya.
Namun, perusahaan terkadang melarang para driver melalukan unjuk rasa mengenakan jaket itu di beberapa kesempatan.
Selain itu, Rusli juga menilai pengemudi ojol merupakan profesi yang terpinggirkan.
Oleh sebab itulah Rusli merasa tak ingin dibedakan.
"Padahal, jika driver melakukan tindak pidana saat menggunakan jaket, kan mudah diidentifikasinya.
Kalau enggak? Ya susah," tutur Rusli.
Di sisi lain, saat pertama kali mendapatkan pesanan pertama sebagai pengemudi ojol, ia mengantar penumpang ke Tangerang, Banten.
Setelah menyelesaikan, ia baru mengetahui bahwa setiap orderan dipotong 20 persen dan itu berlaku sampai sekarang.
"Kalau dapat Rp 200.000, dipotong 20 persen.
Kan lumayan.
Dulu, dari 2016 sampai 2018, itu rata-rata Rp 700.000 per hari, dari 06.00 WIB sampai 19.00 WIB, dapat Rp 700.000.
Coba saja kalau dipotong 20 persen jadi berapa dari setiap driver?" ujarnya.
"Apalagi sekarang yang orderannya sulit.
Dulu kan kami juga masih pakai pulsa telepon, pengeluaran bensin, data internet terus jalan karena on aplikasi.
Keliling hujan-hujanan dan panas-panasan, pergi pagi pulang pagi, argo yang tak sesuai," tambahnya.
Rusli kemudian terdorong menjadi Caleg DPRD DKI Jakarta untuk memperjuangkan hak-hak para buruh yang termarginalkan oleh penguasa.
"Ini yang menjadi masalah besar saya dan teman-teman ojol lain (yang juga menjadi caleg) Kenapa?
Ojol ini sekarang orderannya sedang susah. Kadang cuma dapat tiga orderan, apek,” ungkap Rusli.
"Tapi harus bayar kontrakan, harus beli pulsa, harus beli bensin, servis motor, anak pulang minta makan, istri nanti tagih uang.
Terkadang. sampai di rumah malah dipunggungin istri, dia enggak mau menghadapi kita karena enggak bawa duit, mau ngapain? Sampai seperti itu," tutur Rusli lagi.
Baca juga: Kisah Riki Bocah 10 Tahun Naik Sepeda dari Bojonegoro ke Surabaya Temui Ibu, Jual HP Untuk Uang Saku
Atas dasar itu, Rusli berusaha keras dalam menjadi caleg.
Ia hanya mangandalkan orang-orang terdekat yang ingin membantunya tanpa pamrih.
Secara terpaksa, ia juga harus memasang APK-nya sendiri selepas mencari rezeki.
Kini, Rusli blusukan seorang diri ke dapilnya.
Ia berupaya menyerap keluhan warga meski terkadang ujung-ujungnya meminta sembako gratis lalu dibanding-bandingkan dengan caleg lain.
Selain itu ia mengungkap kehidupannya sebagai kepala rumah tangga dari seorang istri dan tiga anaknya.
"Anak pertama saya, Alhamdulillah, sudah lulus D3 di UNJ dan melanjutkan S1 di Universitas Bakrie. Sekarang, dia pengin lanjut S2. Anak kedua saya sudah lulus S1 dari Polimedia Kreatif, Srengseng Sawah. Anak ketiga saya sekarang masih kuliah di Universitas Brawijaya, Malang," ungkap Rusli.
Rusli ingin anak anaknya sukses dengan pendidikan tinggi.
Ketika mengungkapkan hal tersebut, mata Rusli berkaca-kaca, menangis.
Meski demikian, Rusli merasa bangga dengan profesinya sebagai buruh ini bisa mengantarkan ketiga anaknya untuk mengemban pendidikan yang lebih baik dibandingkan dirinya dan istri.
Pasalnya ia hanya merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) 51 Jakarta Timur angkatan 1989.
Saat ini Rusli dan keluarganya mengontrak di kawasan Sungai Bambu, Tanjung Priok, Jakarta Utara dengan biaya sewa Rp 1,5 juta per bulan.
Baca juga berita lainnya di Google News
Pilu Kisah 5 Anak di Gresik Ditelantarkan Ibu, Ada yang Usia 3 Tahun, Jual Galon Air untuk Makan |
![]() |
---|
MUI Kota Bekasi Klarifikasi Isu Tiket Masuk Surga Rp1 Juta, Pengajian Umi Cinta Tak Menyimpang |
![]() |
---|
Kejamnya Paman Bunuh Keponakan di Depan Ibu di Bangkalan, Berawal Cari Istri, Sempat Kabur ke Hutan |
![]() |
---|
Nasib Simpatri, Pria yang Nyamar Jadi Perempuan, Jelang Ijab Kabul Identitasnya Terbongkar |
![]() |
---|
Warga Ngamuk, Ada Pria Nyamar jadi Pengantin Wanita di Pinrang, Terbongkar saat Dipaksa Buka Cadar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.