Berita Internasional

Israel Bilang Menargetkan Kelompok Hamas, Warga Gaza : Tapi Kenyataannya Tidak, Apa Salah Kami

Perang kembali pecah antara Israel dan kelompok Hamas dari Palestina setelah terjadi penyerangan.Israel lantas melakukan serangan balik dengan membo

Editor: Moch Krisna
(MOHAMMED ABED / AFP) (AFP/MOHAMMED ABED)
Seorang anak laki-laki berjalan di tengah reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di Kota Gaza pada 7 Oktober 2023. Pejuang Palestina telah memulai "Perang Kota" melawan Israel yang mereka infiltrasi melalui udara, laut, dan darat. Jalur Gaza yang diblokade, kata para pejabat Israel, merupakan peningkatan besar dalam konflik Israel-Palestina. 

TRIBUNSUMSEL.COM -- Perang kembali pecah antara Israel dan kelompok Hamas dari Palestina setelah terjadi penyerangan.

Israel lantas melakukan serangan balik dengan membombardir sejumlah bangunan salah satunya Al Watan Tower pada Minggu (8/10/2023).

Hal tersebut memicu ketakutan dari warga Gaza bernama Youssef Al- Bawab melansir dari Tribunnews via Aljazeera.

Tinggal di sebuah gedung berada di seberang Al Watan Tower, Al-Bawab mengungkapkan sempat mendapatkan peringatan dari militer Israel untuk segera meninggalkan rumah, sesaat sebelum serangan dilancarkan.

"Kami merasa sangat takut. Menara itu hanya beberapa meter jauhnya dari rumah kami."

"Kami tidak melihat adanya aktivitas perlawanan seperti yang diklaim Israel," ujar Al-Bawab kepada AlJazeera, bicara soal serangan yang menghancurkan Al-Watan Tower.

Bangunan yang ditinggali Al-Bawab bersama 150 orang lainnya rusak parah dan tidak bisa dihuni.

Bahkan, beberapa rumah dan bangunan lain sekitar Al-Watan Tower juga rusak parah pasca-pengeboman.

"Israel bilang mereka menargetkan pejuang perlawanan, situs militer, dan bangunan milik Hamas, tapi kenyataannya tidak, justru sebaliknya."

"Saya yakin Israel sengaja menargetkan warga sipil dan menggusur mereka untuk memberikan tekanan lebih besar pada Hamas," tutur dia.

"Tapi, apa salah kami? Ke mana kami akan pergi?"

Sementara itu, Mohammed Salah, dari lingkungan Beit Lahia di utara Gaza, mengatakan ia meninggalkan rumahnya dan berlindung di sekolah yang dikelola PBB.

Tak sendirian, keluarga lain yang berasal dari daerah yang sama dengan Salah, juga ikut mengungsi.

Salah mengaku ia memilih mengungsi setelah pesawat Israel secara acak mengebom daerahnya.

"Situasinya sangat berbahaya. Jadi saya meninggalkan rumah bersama keluarga lain," kata dia.

"Bom Israel tidak membedakan antara warga sipil dan pejuang perlawanan."

"Dalam setiap perang, kami meninggalkan rumah kami karena pengeboman yang tidak pandang bulu."

Salah menuturkan, ia dan warga Gaza lainnya sudah hidup dalam situasi mengerikan seama bertahun-tahun.

Ia pun menegaskan dirinya dan warga Gaza lainnya memiliki hak untuk melawan Israel.

“Kami telah hidup dalam situasi ini selama bertahun-tahun, tanpa ada seorang pun yang membela atau membela kami."

"Kami mempunyai hak untuk melawan penjajah kami,” tegasnya.

Menurut data Kementerian Kesehatan Palestina dan Layanan Medis Israel, saat ini ada 800 korban tewas dari Israel dan 510 dari Palestina di Gaza sejak serangan mendadak dari Hamas dilakukan, Sabtu (7/10/ ).

Lalu, 2.243 korban luka dari Israel dan 2.750 dari Palestina.

Israel Deklarasikan Perang

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada Minggu (8/10/2023), mendeklarasikan perang setelah Hamas melancarkan salah satu serangan mematikan dalam beberapa dekade.

Ia bahkan mengatakan, Hamas yang dianggapnya musuh, akan menanggung akibat yang belum pernah terjadi.

"Kami sedang berperang. Bukan sebuah 'operasi', bukan sebuah 'serangan', tapi sebuah perang," ujar Netanyahu, masih dilansir AlJazeera.

Ia kemudian menambahkan, "Musuh (Hamas) akan menanggung akibat yang belum pernah terjadi sebelumnya."

Netanyahu telah memerintahkan mobilisasi lebih dari 100 ribu pasukan Israel sebagai persiapan menghadapi kemungkinan invasi darat ke Gaza, yang masih berada di bawah blokade udara, darat, dan laut Israel sejak 2007.

Lalu, apa yang dimaksud deklarasi perang?

Israel telah melancarkan serangan militer di Gaza dan Lebanon sebelumnya, tanpa deklarasi resmi.

Deklarasi ini pada dasarnya menyoroti tindakan militer intensif Israel terhadap Hamas.

Koresponden AlJazeera di Yerusalem Barat, Mohammed Jamjoom, menuturkan persetujuan kabinet Israel terhadap deklarasi perang Netanyahu berarti,

"Perdana menteri dan menteri pertahanan pada dasarnya dapat membuat keputusan tanpa harus berkonsultasi dengan kabinet mengenai setiap tindakan intensif."

"Ini pada dasarnya memformalkan, melegalkan perang di masa depan," ujarnya.

Sementara itu, pelapor khusus PBB untuk wilayah pendudukan Palestina, Fransesca Albanese, telah memperingatkan narasi "berbahaya" tentang konflik Israel-Hamas yang mengabaikan sejarah kekerasan terhadap warga Palestina.

(*)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved