Mati Batang Otak usai Operasi Amandel

Nasib RS Kartika Husada Diujung Tanduk, Dinkes Bentuk Tim Usut Dugaan Malpraktik Meninggalnya Alvaro

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tanti Rohilawati mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kemenkes tentang rencana tersebut

Editor: Slamet Teguh
Kolase Tribunsumsel.com
Nasib RS Kartika Husada Diujung Tanduk, Dinkes Bentuk Tim Usut Dugaan Malpraktik Meninggalnya Alvaro 

TRIBUNSUMSEL.COM - Kasus meninggalnya Alvaro (7) bocah yang meninggal setelah mengalami mati batang otak usai operasi amandel di RS Kartika Husada kini masih terus menjadi perhatian publik.

Mengatasi dugaan adanya malpraktik atas kasus tersebut.

Kini yang terbaru, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi membentuk tim khusus untuk mengusut tuntas kasus dugaan malapraktik di Rumah Sakit Kartika Husada, Jatiasih, Kota Bekasi.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tanti Rohilawati mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tentang rencana tersebut.

"Jadi, kami juga disampaikan akan membentuk tim, di mana tim ini kami sedang konsultasikan dahulu dengan pusat (Kemenkes)," ujar Tanti saat saat ditemui di Kantor Wali Kota Bekasi, Rabu (4/10/2023).

Pembentukan tim itu sesuai tugas dan fungsi Dinas Kesehatan sebagaimana ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 tentang Klasifikasi Rumah Sakit, Kewajiban Rumah Sakit, Akreditasi Rumah Sakit, Pembinaan dan Pengawasan Rumah Sakit, dan Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif.

"Dalam aturan yang baru kan ada ketentuan-ketentuan yang harus diakomodasi. Jadi, harus dikonsultasikan dahulu kepada Kementerian Kesehatan," papar Tanti.

Tanti mengatakan, pihaknya telah membuat draf tugas bagi tim khusus yang akan diterjunkan untuk mengusut kasus tersebut.

Akan tetapi, lanjut Tanti, Dinkes Kota Bekasi perlu berembuk dengan Kemenkes mengenai tugas tim khusus tersebut.

"Sudah kami buat, tapi harus kami konsultasikan dahulu ke Kementerian Kesehatan terkait dengan tim tersebut yang akan melaksanakan tugas," jelas dia.

Sampai saat ini, Dinkes Kota Bekasi selaku otoritas pembina dan pengawas telah memanggil direktur RS dan dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP).

"Semua (dipanggil), baik itu direktur, baik itu dokter DPJP-nya, baik itu dokter terkait (yang tangani Alvaro) empat atau lima, saya lupa, sama direksi dan wadirnya," kata Tanti.

Namun, Dinkes belum mendapatkan penjelasan secara terperinci perihal kronologi kejadian yang menyebabkan Alvaro didiagnosis mati batang otak.

Dinkes masih membahas hasil pemeriksaan tersebut untuk kemudian menarik kesimpulan sebagai dasar pengambilan keputusan lanjutan.

Diketahui, Alvaro menjalani operasi amandel pada Selasa (19/9/2023) di RS Kartika Husada Jatiasih.

Empat hari setelah operasi, dia diagnosis mati batang otak.

Selama 13 hari, Alvaro terbaring dalam keadaan koma, sebelum mengembuskan napas terakhir pada Senin (2/10/2023).

Jenazah Alvaro telah dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Padurenan, Bekasi, Rabu.

Pihak RS telah menyampaikan permintaan maaf atas kekecewaan keluarga selama Alvaro dirawat.

Namun, pihak RS belum menjelaskan secara detail penyebab Alvaro terkena mati batang otak setelah menjalani operasi amandel.

Baca juga: Alasan Albert Ayah Alvaro Maafkan RS Kartika Husada, Pilu Anaknya Meninggal Setelah Operasi Amandel

Baca juga: Nasib Dokter yang Tangani Operasi Alvaro Hingga Alami Mati Batang Otak, Kini Dipanggil Dinkes Bekasi

Beri Maaf

Albert Francis, ayah dari Alvaro bocah berusia 7 tahun meninggal dunia setelah mengalami mati batang otak kini memaafkan pihak Rumah Sakit Kartika Husada Jatiasih, Bekasi.

Sebagai informasi, Alvaro dinyatakan meninggal dunia setelah mengalami mati batang otak usai operasi amandel di RS Kartika Husada Jatiasih, Bekasi, Selasa (19/9/2023).

Kini, jenazah Alvaro telah dikebumikan di tempat peristirahatan terakhir di Taman Pemakaman Umum (TPU) Pedurenan, Rabu (4/10/2023).

Usai mengantarkan buah hatinya ke tempat peristirahatan terakhir, Albert Francis mengaku telah memaafkan Rumah Sakit Kartika Husada.

Alasan Albert memaafkan rumah sakit tersebut lantaran ia tidak ingin memiliki dendam, seperti yang diajarkan dalam agama.

"Kami dalam ajaran agama kami diajarkan untuk memaafkan bahkan kami tidak boleh mempunyai dendam," kata Albert saat dijumpai, dilansir dari Tribunjakarta, Rabu (4/10/2023).

Secara pribadi, Albert telah memaafkan pihak RS Kartika Husada Jatiasih baik itu perbuatan disengaja maupun tidak disengaja.

"Saat ini saya pribadi saya sudah memberikan maaf karena itu juga menjadi jalan dan doa untuk anak saya," terang dia.

RS Kartika Husada Jatiasih, lanjut dia, memang belum mengucapkan permintaan maaf secara langsung.

Namun, terdapat beberapa manajemen dan tim medis yang menangani Alvaro selama di rumah sakit menyampaikan ucapan permintaan maaf secara personal.

"Secara langsung mungkin belum benar-benar ini mungkin tapi dari beberapa personel manajemen mereka memang sudah secara pribadi menyatakan permintaan maafnya kepada saya sebagai pihak keluarga," jelas dia.

Tunda Proses Hukum

Diketahui, Kasus kematian Alvaro menyisakan tanda tanya, keluarga telah melaporkan pihak RS Kartika Husada Jatiasih ke Polda Metro Jaya atas dugaan malapraktik.

Ayahanda korban, Albert Francis mengatakan, akan menunda proses hukum yang telah dilaporkan dan akan dibahas setelah masa berkabung.

"Saat ini karena masih dalam masa berkabung kita pending dulu, kelanjutannya nanti pasti kami akan buka lagi," kata Albert.

Pihaknya tak mau buru-buru mengalihkan perhatian untuk memikirkan kelanjutan perkara, masukan dan pendapatan keluarga akan ditampung untuk langkah ke depan.

"Kami akan berembuk dulu nih pihak keluarga memutuskan, saat ini anak kami juga sudah tenang, anak kami sudah senyum," jelas dia.

Albert berpesan, kejadian yang menimpa putranya merupakan pelajaran bagi seluruh masyarakat, terutama insan kedokteran.

"Ini bukan hanya ke rumah sakit tapi juga kita secara umum, kita semua punya pekerjaan kita semua punya tanggung jawab, kita semua punya prosedur apapun itu yang harus dijalankan dengan baik," ucapnya.

Atas kejadian yang menimpa anaknya ini, Albert berharap tidak terjadi di kemudian hari apalagi menyangkut nyawa manusia.

"Tolong kerja dari hati, kalau kita kerja dari hati otomatis semuanya akan terjalin dengan baik, kerja dengan baik tidak akan namanya kesalahan atau pun kelalaian atau pun apapun itu namanya," ucapnya.

Tangis Owner RS Kartika Husada

Owner dari Rumah Sakit (RS) Kartika Husada Jatiasih, Kota Bekasi yakni dr. Nidya Kartika kini menangis pilu usai mengetahui pasiennya, Alvaro (7) alami mati batang otak usai operasi amandel tewas diduga malpraktik.

Kini, Nidya Kartika selaku owner RS Kartika Husada Jatiasih sontak meminta maaf sambil menangis lantaran merasa bersalah atas peristiwa pilu yang terjadi.

"Dari hati yang paling dalam, kami mohon dimaafkan segala kekurangan yang menimbulkan kekecewaan selama dilakukan pengobatan dan perawatan," kata Nidya, Selasa (3/10/2023).

Selain itu Nidya menjelaskan bahwa sebelumnya pihaknya berupaya semaksimal mungkin melakukan pelayanan terhadap pasien dan tidak ada niat apapun dari tim medis yang dapat menimbulkan risiko.

"Insya Allah, sejak awal tindakan perawatan maupun pengobatan untuk adik BA (Benekdiktus Alvaro) dari hari dan menit pertama tim medis berupaya memberikan yang terbaik," jelas dia.

"Tidak mungkin ada niat apapun dari tim medis juga pihak rumah sakit yang merugikan atau menelantarkan pasien anak BA," tambahnya.

Dia tidak menapik telah terjadi kesalahpahaman komunikasi antara pihaknya dengan keluarga pasien Alvaro, terkait permintaan resume medis.

Saat itu lanjut Nidya, keluarga meminta resume medis bertujuan agar bisa bersama-sama mencari rujukan rumah sakit yang lebih lengkap.

"Hal ini baru saya ketahui hari Jumat kemarin tanggal 29 September 2023, setelah saya menemui keluarga adik BA, kami berkomunikasi dengan baik, dua arah setelah itu baru kamu mengerti apa yang diinginkan keluarga," jelas dia.

Disisi lain, manajemen RS Kartika Husada Jatiasih juga telah melakukan rapat khusus untuk penanganan pasien anak bernama Alvaro, termasuk mencari rumah sakit rujukan.

Kondisi Alvaro kata dia, merupakan pasien yang masuk kategori non-transferable atau sulit untuk dipindah untuk dilakukan rujukan.

Perlu kendaraan medis khusus yang memungkinkan memindahkan Alvaro, hal ini pula yang menjadi pertimbangan dalam proses rujukan.

Titik terang mencari rumah sakit rujukan muncul pada Minggu (1/10/2023), satu hari sebelum Alvaro dinyatakan meninggal dunia.

"Akomodasi sudah stand by, konsultasi dengan konsultan medis sudah terjadwal, tapi kondisi adik BA semakin menurun dan semakin jauh dari harapan, pada hari Senin kemarin adik BA tidak bisa bertahan," kata Nidya.

Sebelumnya diberitakan, Alvaro didiagnosa menderita mati batang otak setelah menjalani operasi amandel di RS Kartika Husada Jatiasih pada Selasa (19/9/2023).

Dia tidak sendiri, kakaknya bernama Vincent (9) sama-sama menderita sakit amandel, mereka berdua menjalani operasi di hari yang sama.

Operasi Vincent berjalan sukses, sementara adiknya Alvaro mengalami penurunan kesadaran pasca-operasi hingga koma.

Alvaro dibawa ke ruang ICU lantaran mengalami kesulitan bernapas, dokter anestesi sempat memberikan tindakan berupa resusitasi jantung dan memasang ventilator.

Sejak saat itu sampai meninggal dunia, Alvaro koma di RS Kartika Husada Jatiasih dan dinyatakan mati batang otak.

Kasus ini telah dilaporkan pihak keluarga ke Polda Metro Jaya, rumah sakit diduga telah melakukan malpraktik hingga pasien meninggal dunia.

Baca berita lainnya di Google News

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved