Kebakaran di Gunung Lawu

Alasan Mbok Yem Ogah Turun dari Gunung Lawu Meski Kondisi Hutan Kebakaran, Kondisi Warung Diungkap

Alasan Mbok Yem pemilik warung legendaris di Gunung Lawu enggan turun meski kebakaran melanda hutan dan lahan disekitarnya.Adapun kondisi Mbok Yem s

Editor: Moch Krisna
(KOMPAS.COM/SUKOCO)
Warung mbok Yem di Puncak Gunung Lawu dipastikan aman tidak terbakar mesti kawasan puncak Gunung Lawu habis terbakar. Mbok Yem menolak turun dari Gunung Lawu demi menemani si Temon monyet peliharaannya. 

TRIBUNSUMSEL.COM -- Alasan Mbok Yem pemilik warung legendaris di Gunung Lawu enggan turun meski kebakaran melanda hutan dan lahan disekitarnya.

Adapun kondisi Mbok Yem sekarang masih sehat dan ogah turun dari warung berada di Gunung Lawu.

Melansir dari Kompas.com, Senin (2/10/2023) Syaifudin cucu dari Mbok Yem awalnya berencan ingin menjemput sang nenek turun.

Bahkan Syaifudin sudah menyiapkan mobil dan peralatan tandu untuk mengangkat Mbok Yem.

"Kemarin sudah kita siapkan jemputan, tetapi Mbok Yem tidak mau turun karena kasihan sama si Temon dan kucing, serta sejumlah hewan peliharaannya.

Jadi dia memilih tetap tinggal di puncak," kata Syaifudin.

Syaifudin memastikan, warung Mbok Yem di puncak Gunung Lawu dipastikan aman dan tidak terbakar.

Namun, sejumlah warung lainnya yang berada di jalur pendakian terbakar.

Sedangkan padang sabana di kawasan puncak telah hangus terbakar.

"Puncak sudah habis, kawasan Jolotundo, Sendang Drajat sampai selatan Telaga Kuning sudah habis terbakar kecuali warung Mbok Yem. Warung yang lain ikut terbakar," ujarnya.

"Warung Mbok Yem an karena sebelumnya telah dibuat ilaran (penyekat api) di sekitarnya.

Kalau posisi api sudah berada di sebelah Selatan warung mbok Yem," ucap Syaiful.

Hal yang sama diungkapkan oleh sukarelawan Karanganyar Ari Budi. Dia memastikan warung Mbok Yem dalam kondisi aman.

Kemarin (kebakaran) sampai Hargo Dalem. Kita tidak tahu pergerakan api arahnya ke mana.

Ada dua warung yang kena. Tapi warung Mbok Yem masih aman," terang dia.

Kisah Mbok Yem pemilik warung tertinggi di puncak Gunung Lawu dikabarkan ikut  terbakar dalam kebakaran hutan dan lahan di Gunung Lawu.
Kisah Mbok Yem pemilik warung tertinggi di puncak Gunung Lawu dikabarkan ikut terbakar dalam kebakaran hutan dan lahan di Gunung Lawu. (Kompas.com)

Kisah Mbok Yem Jualan di Gunung Lawu

Kisah Mbok Yem pemilik warung tertinggi di puncak Gunung Lawu dikabarkan ikut terbakar dalam kebakaran hutan dan lahan di Gunung Lawu.

Bahkan perempuan bernama lengkap Wakiyem itu bahkan mendapat julukan "Legenda Gunung Lawu".

Diketahui Mbok Yem membuka warung makan di ketinggian 3.150 mdpl atau hanya selisih 115 mdpl dari puncak Gunung Lawu.

Warung tersebut sudah ada sejak 1980-an dan kini juga dijadikan sebagai tempat tinggal.

Mbok Yem turun gunung setahun sekali dengan ditandu.

Begitu pula saat naik gunung juga ditandu.

Diceritakannya, Mbok Yem awalnya hanya merupakan pencari jamu-jamuan di jalur Puncak Lawu.

Kala itu, Mbok Yem sekaligus menjual nasi bungkus dan lainnya. Hingga akhirnya membuka warung di Puncak Lawu.

"Awalnya memang pencari akar atau jamu-jamuan di atas (Gunung Lawu). Kemudian sambil bawa makanan nasi bungkus ternyata laku dan akhirnya membuka warung di sana [puncak Gunung Lawu," jelasnya, Dilansir TribunJogja.com.

Di area warung Mbok Yem, terdapat ada empat warung makan lain yang juga menjajakan makanan bagi para pendaki.

Kemudian, satu warung makan lainnya berada tidak jauh dari Sendang Drajat.

Baca juga: Sosok Mbok Yem, Pemilik Warung di Puncak Gunung Lawu yang Dikabarkan Terbakar, Turun Setahun Sekali

Namun, warung makan milik Mbok Yem menjadi legendaris karena perintis warung makan di Puncak Lawu.

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Mbok Yem mengaku tidak sendirian ketika berjualan. Ia dibantu kerabatnya.

Lantas bagaimana cara Mbok Yem belanja kebutuhan warung tersebut ?

Viral, Warung Mbok Yem di Puncak Gunung Lawu Dikabarkan Ikut Terbakar Saat Karhutla, Faktanya (Kolase Tribunsumsel.com/ tiktok @jejakpendakiofficial/ instagram @magetanbanget)

Diceritakan Mbok Yem, untuk mengisi stok dagangan ternyata sudah diantar oleh pedagangan itu sendiri tiga kali dalam seminggu.

"Untuk stok dagangan, saya juga dibantu orang lain. Jadi, ada orang yang antar barang ke sini tiga kali dalam seminggu," ujarnya.

Di warung itu jualah Mbok Yem tinggal. Wanita yang sudah menginjak usia kepala enam ini hanya turun gunung sewaktu Lebaran.

"Yah, sekali setahun aja pulangnya. Waktu Lebaran," ucapnya.

Menurut Mbok Yem, momen 17 Agustus dan bulan Suro menjadi waktu Gunung Lawu dipadati pendaki. Saat itulah warungnya kebanjiran pembeli.

Alasan Berjualan di Gunung Lawu

Bagi Mbok Yem, alasan terpentingnya masih berjualan di Gunung Lawu adalah untuk menolong sesama.

"Saya senang bisa menolong orang yang membutuhkan di sana. Mereka tidak perlu repot dan khawatir soal makan dan minum saat berada di Puncak Lawu,” jelasnya, dikutip dari pemberitaan Kompas.com.

Walau sempat diminta anak dan cucunya untuk beristirahat di rumah, ia mengaku bakal tetap berjualan di Gunung Lawu.

Pasalnya, selain dapat membantu pendaki, Mbok Yem mengaku bisa menemukan kedamaian di Gunung Lawu.

"Pokoknya di sana itu ingatan kita hanya kepada Yang Maha Kuasa saja. Saya tidak mikir yang lain," tuturnya.

(*)

 

 

Sumber: Kompas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved