seputar islam

Sirah Nabawiyah Sejarah Nabi Muhammad SAW Membangun Kota Madinah Setelah Hijrah, Utamakan 3 Fondasi

Lewat kejadian ini, terciptalah hubungan tali persaudaraan antara kaum Muhajirin dari Mekkah dengan kaum Anshar (orang-orang Madinah)

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
Grafis MG Tribunsumsel.com/Dimas/Rafli
Sirah Nabawiyah Sejarah Nabi Muhammad SAW Membangun Kota Madinah Setelah Hijrah, Utamakan 3 Fondasi.  

TRIBUNSUMSEL.COM -- Sirah Nabawiyah Sejarah Nabi Muhammad SAW Membangun Kota Madinah Setelah Hijrah, Utamakan 3 Fondasi. 

Sirah nabawiyah Nabi Muhammad SAW kali ini adalah tentang sejarah dan cerita singkat nabi Muhammad bersama pengikutnya membangun kota Madinah.

Kita ketahui bahwa hijrah nabi Muhammad ke Madinah menandai awal tahun hijriyah atau tahun penanggalan umat Islam.

Peristiwa hijrahnya umat Islam ke Madinah sekaligus juga menandai babak baru dari perjalanan dakwah Rasulullah Saw yang sebelumnya tinggal di kota Mekkah.

Sebelum sampai di Madinah, Nabi Muhammad dan Abu Bakar lebih dulu singgah di Quba pada 23 September 622, selama empat hari. Sewaktu di sana, Nabi Muhammad membangun sebuah masjid di atas tanah milik Kalsum bin Hindun, yang sekarang dikenal sebagai Masjid Quba. Setelah itu, Nabi Muhammad melanjutkan perjalanannya menuju Madinah dan sampai pada 27 September 622.

Dakwah Nabi Muhammad di Madinah Kedatangan Nabi Muhammad SAW di Madinah mendapat sambutan baik dari masyarakat di sana. Oleh sebab itu, Nabi Muhammad dapat melakukan dakwah Islam dengan sangat baik, karena mendapat dukungan dari penduduk di Madinah.

Selain itu, perjuangan Nabi Muhammad di Madinah juga didukung oleh kaum Muhajirin, atau penduduk Mekkah yang ikut hijrah ke Madinah.

Dikutip dari bincangsyariah.com,  Syekh Ramadhan Al Buthi dalam bukunya, Fiqh Sirah, menuturkan ada tiga langkah awal yang dilakukan Rasulullah untuk membangun kota Madinah.


1. Membangun masjid
2. Menjalin persaudaraan kaum Muhajirin dan Anshar
3. Membuat piagam Madinah.

Membangun Masjid Nabawi


Rasulullah tiba di Madinah di kampung Bani Najjar pada hari Jumat, 12 Rabiul Awwal tahun 1 H. Beliau tinggal di rumah Abu Ayyub Al Anshari.

Tidak berselang lama, Rasul meminta para sahabat untuk mendirikan masjid.


Masjid pertama yang dibangun Nabi Muhammad di Madinah adalah Masjid Nabawi, yang didirikan di atas tanah milik kedua anak yatim, yaitu Sahl dan Suhail.

Tanah yang terdapat pohon kurma dan pemakaman tua tersebut dibeli oleh Nabi Muhammad untuk dibangun masjid di atasnya.

Nabi Muhammad pun meminta agar pohon itu ditebang serta menggali dan memindahkan pemakaman yang ada di sana.

Begitu selesai dibangun, Masjid Nabawi tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah, tetapi juga untuk kepentingan sosial-politik dan pendidikan Islam.

Berdirinya Masjid Nabawi menjadi tonggak berdirinya masyarakat Islam dan langkah awal pembangunan kota.


Menjalin Persaudaraan

Ketika hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad tidak membawa perbekalan yang cukup, sehingga habis dalam perjalanan.

Melihat kondisi ini, penduduk Madinah rela memberi sebagian hartanya kepada Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Ada yang memberikan pohon kurma dan lahan pertanian agar bisa diolah dengan sistem bagi hasil, ada pula yang memberikan harta tanpa meminta balasan apa pun.

Pemberian-pemberian ini pun dikelola oleh Nabi Muhammad dengan sangat baik, sehingga kebutuhan ekonomi mereka dapat terpenuhi.

Lewat kejadian ini, terciptalah hubungan tali persaudaraan antara kaum Muhajirin dari Mekkah dengan kaum Anshar (orang-orang Madinah).


 Rasulullah mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dengan Anshar.

Misalnya mempersaudarakan Ja’far bin Abu Thalib dengan Mu’adz bin Jabal, Hamzah bin Abdul Muthalib dengan Zaid bin Harist, Abu Bakar Shiddiq dengan Kharijah bin Zuhair, Umar bin Khattab dan Utban bin Malik, Abdurrahman bin Auf dengan Sa’ad bin Rabi’.

Sebuah negara tidak dapat berdiri tegak kecuali dengan kesatuan umat. Dan tidak mungkin kesatuan umat bisa tercapai jika tidak ada rasa persaudaraan dan rasa saling menyayangi di tengah – tengah masyarakat.

Oleh karena itu, persaudaraan yang diterapkan oleh Muhajirin dan Anshar merupakan benih utama persatuan umat.

Persaudaraan sudah sepatutnya dilandasi dengan landasan yang kuat yang mampu menekan ego masing – masing sehingga manusia dengan beragam karekter bisa hidup berdampingan. Oleh karena itu, Rasulullah menjadikan akidah Islam .sebagai dasar persaudaraan.

Dengan begitu, baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar memahami betul bahwa bantuan yang mereka salurkan adalah semata – mata untuk meraih rida Allah. Mereka pun paham bahwa tidak ada perbedaan kecuali dalam bertakwa dan beramal shalih. Dengan begitu, maka yang terjadi adalah kedua kelompok saling bantu dalam kebaikan.

Masyarakat yang tentram dibangun atas dasar keadilan dan persamaan. Dua komponen ini tidak akan tercapai kecuali setelah terjalinnya persaudaraan dan kasih sayang antar sesama. Oleh karena itu, Rasulullah menempatkan persaudaraan sebagai dasar untuk mengimplementasikan keadilan dan persamaan.


Piagam Madinah
Nabi Muhammad Melakukan perjanjian dengan Yahudi Madinah Sebelum Islam datang, salah satu kelompok besar yang menghuni Madinah adalah orang Yahudi.

Untuk kelangsungan kehidupan, baik sosial maupun agama, Nabi Muhammad mencoba menjalin hubungan baik dengan masyarakat Yahudi.

Nabi Muhammad melakukan hal ini dengan sangat hati-hati agar masyarakat Yahudi tidak menanggap keberadaannya dan para sahabat sebagai suatu ancaman.

Oleh sebab itu, Nabi Muhammad melakukan musyawarah dengan para sahabat untuk merumuskan sebuah aturan. Isi dari aturan ini adalah kaum Muhajirin, Anshar, dan Yahudi bersedia untuk hidup berdampingan dengan damai. Aturan ini kemudian dikenal sebagai Piagam Madinah yang ditulis pada tahun 623.

Piagam Madinah merupakan bukti konkret  masyarakat Islam sejak awal perkembangannya dibangun atas dasar peraturan yang jelas.

Negara yang dibangun Rasulullah berdiri secara sempurna, sebab telah memenuhi berdirinya persyaratan sebuah negara yakni adanya wilayah, peraturan perundangan – undangan dan masyarakat.

Ibnu Hisyam menuturkan, tidak lama setelah Rasul menetap di Madinah, warga Madinah berbondong – bondong masuk Islam. 

Piagam Madinah pada intinya berisi tentang keadilan dan persamaan hak dan kewajiban bagi semua elemen masyarakat Madinah termasuk umat Yahudi.

Misalnya, mereka diizinkan untuk tetap beragama dan melakukan praktek keagamaan sesuai apa yang mereka yakini. Mereka pun bisa mencari nafkah sama seperti umat lainnya. Dan mereka pun berkewajiban membela Madinah jika ada musuh yang menyerang.

Dengan adanya perjanjian ini, maka tidak ada lagi percekcokan antar umat beragama. Artinya, semua bisa hidup berdampingan dengan penuh kedamaian.

Dengan begitu, solidaritas dan kerjasama antar sesama akan tetapi bentuk sehingga nantinya akan berguna untuk menopang sebuah negara menuju negara yang aman, tentram dan sejahtera.

 

Membangun pasar

Nabi Muhammad ingin masyarakat Madinah memiliki tempat bisnis yang baik, demi mencapai stabilitas sosial, politik, dan ekonomi.

Maka dari itu, Nabi Muhammad membangun sebuah pasar dengan lokasi yang strategis, yaitu di sebelah barat Masjid Nabawi. Nabi Muhammad mendirikan pasar yang berfungsi untuk menjual barang atau komoditas yang diperjualbelikan, seperti ternak, bahan makanan, dan sejenisnya.

Itulah sirah Nabawiyah Sejarah Nabi Muhammad SAW Membangun Kota Madinah Setelah Hijrah, Utamakan 3 Fondasi. 

Baca juga: Arti Allahummaghfirli Ummatan Sayidina Muhammad, Bacaan Doa Syafaat Rasulullah untuk Umatnya

Baca juga: Arti Wa Innaka Laalaa Khuluqin Aziim, Bacaan Surat Al Qalam tentang Akhlak Rasulullah yang Agung

Baca juga: Sifat Wajib Rasulullah dan Dalilnya, Siddiq, Amanah, Fathonah, Tabligh dan Artinya, Patut Diteladani

Baca juga: Doa Rasulullah SAW untuk Pernikahan Putri Bungsunya Fatimah Azzahra & Sahabatnya Ali bin Abi Tholib

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved