seputar islam

Sirah Nabawiyah, Meneladani Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, Pelajaran dan Hikmah di Tahun Politik

Sejak kecil Muhammad sudah dikenal sebagai pribadi yang jujur dan dapat dipercaya. Pun ketika diangkat menjadi rasul Allah dan berdakwah selama 23 tah

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
Grafis MG Tribunsumsel.com/Dimas/Rafli
Sirah Nabawiyah, Meneladani Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, Pelajaran dan Hikmah di Tahun Politik. 

Mengutamakan keselamatan umat

Dalam buku ini juga dibahas berbagai peristiwa penting dalam episode panjang perjuangan nabi. Dari sembilan bab di dalam buku ini, penulis menceritakan kepemimpinan Nabi Muhammad dalam peristiwa Ba’iat Aqabah, peristiwa hijrahnya nabi, perintisan masjid Nabawi, perang Badar, perang Uhud, perang Khandaq, perjanjian Hudaibiyah, dan peristiwa Haji Wada’.

Dari berbagai sumber buku sirah Nabawiyah, Erjati Abbas merangkum secara singkat peran penting yang dilakukan salah seorang rasul ulul azmi itu.

Seperti dalam peristiwa hijrah, Nabi Muhammad SAW menjadi seorang pemimpin yang berhasil menyelamatkan umatnya dari Makkah ke Madinah pada 662 M.

Dalam peristiwa hijrah tersebut, Tulis Erjati --Nabi SAW sebagai pemimpin yang berpendirian teguh. Sebab, pada faktanya beliau-lah, bersama dengan sahabat setianya—Abu Bakar ash-Shiddiq—yang paling akhir berhijrah. Jelas sekali bahwa Rasulullah SAW lebih mendahulukan keselamatan umatnya.

 

Membuka Pintu Diskusi

Masjid Sebagai Setelah tiba di Madinah, beliau juga membangun masjid. Bangunan itu tak sekadar tempat ibadah vertikal (habluminallah), tetapi juga sebagai lambang perabadan. Masjid Nabawi—demikian namanya—akhirnya menjadi kawah candradimuka yang sukses mencetak banyak pejuang Muslim, yang berilmu sekaligus bertakwa.

Secara fisik, menurut Erjati Abbas, masjid itu dijadikan tempat bagi umat dalam melaksanakan ibadah shalat lima waktu. Dengan bertemu di masjid, praktik-praktik keberagamaan Islam pun kemudian dapat disosialisasikan dan diterapkan bersama. Tidak hanya menyangkut ibadah wajib dan sunah, rumah Allah tersebut juga sudah difungsikan sebagai tempat berembuk dan bermusyawarah.


Ada berbagai macam persoalan yang didiskusikan Rasulullah SAW bersama dengan umatnya di masjid.

Mulai dari masalah jual beli, perkawinan, pembagian hak waris, hingga anjuran untuk bertetangga secara baik dengan kaum non-Muslim.

Sejak tahun pertama Nabi SAW berdakwah di Madinah, persoalan-persoalan kemasyarakatan pun mulai mendapatkan kepastian. Menurut penulis, hal ini sejalan dengan datangnya wahyu Allah, yang secara berangsur-angsur menjawab berbagai persoalan yang dihadapi beliau dalam membimbing umatnya. Rasulullah SAW juga menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan.

Menerapkan Toleransi

Ketika menetap di Madinah, Nabi SAW juga membuat suatu perjanjian tertulis yang dikenal dengan Piagam Madinah. Ini merupakan suatu perjanjian formal antara beliau dengan semua suku yang ada di kota tersebut. Banyak peneliti pada masa kini memandang, piagam tersebut adalah dokumen politik Rasulullah SAW.

Dengan menyepakati perjanjian itu, beliau mengakui dan melindungi adanya toleransi dan kebebasan beragama dan kebebasan menyatakan pendapat. Erjati Abbas mengatakan, Nabi SAW telah membuka pintu baru dalam kehidupan politik dan peradaban dunia dengan menginisiasi Piagam Madinah tersebut.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved