Berita Lahat

5 Sungai di Lahat Tercemar Bakteri Coliform, Aktivitas MCK di Sungai Penyebab Pencemaran

Lima sungai di Lahat tercemar bakteri fecal coliform atau E-coli, DLH Lahat ungkap aktivitas warga MCK di sungai jadi penyebab pencemaran.

Editor: Vanda Rosetiati
SRIPO/EHDI AMIN
Lima sungai di Lahat tercemar bakteri fecal coliform atau E-coli, DLH Lahat ungkap aktivitas warga MCK di sungai jadi penyebab pencemaran. Hal ini diungkap Kepala DLH Lahat, Agus Salman, melalui Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Rosivel T Herwin, Jumat (8/9/2023). 

TRIBUNSUMSEL.COM, LAHAT - Lima sungai di Lahat tercemar bakteri fecal coliform atau E-coli, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Lahat ungkap aktivitas warga yang menjadikan sungai sebagai tempat mandi cuci dan kakus jadi penyebab pencemaran. 

Kepala DLH Lahat, Agus Salman, melalui Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Rosivel T Herwin, tidak menampik adanya perubahan kualitas air permukaan tersebut.

Menurutnya, banyak warga yang beraktivitas di sungai seperti mencuci pakaian, mandi dan Buang Air Besar (BAB) di sungai membuat aliran sungai di Kabupaten Lahat tercemar dan meningkatnya bakteri E-coli.

Tak hanya itu, tingkat keasaman dan kandungan oksigen kimia di sungai juga meningkat.

Hasil pemantauan kualitas air permukaan yang dilakukan DLH Lahat di musim kemarau tahun 2022 lalu, menyatakan memang ada perubahan terkait kualitas air sungai.

"Selain karena banyaknya aktivitas warga, kedangkalan sungai juga mempengaruhi, karena kotoran yang tersangkut jadi sulit terurai," terangnya, Jumat (8/9/2023).

Baca juga: Kasad Jenderal Dudung Abdurachman Cek Penanganan Karhutla di Sumsel, Belum Perlu Tambah Personel

Dilanjutkanya, dari hasil pemantauan kualitas air permukaan yang dilakukan DLH Lahat, ada lima sungai yang perubahan kualitasnya paling terdampak masuk kategori tercemar sedang.

Lima sungai tersebut adalah Sungai Lawai, Sungai Tabu, Sungai Kungkilan, Sungai Lematang Bendungan dan Sungai Puntang.

Data hasil pemantauan air sungai itu, didapat dari hasil uji laboratorium, dengan melihat delapan parameter kunci pantauan yang dikeluarkan oleh KLHK. Yakni dari parameter PH (tingkat keasaman), BOD (kandungan oksigen biological), COD kandungan oksigen kimia, TSS (tingkat kekeruhan), DO (kandungan oksigen), NO3 (kandungan nitrat), Total Phosphat (kandungan kealamian sungai) dan Fecal coliform (kandungan kotoran) alias bakteri E-coli.

"Dari delapan parameter itu, ke lima sungai diatas semuanya melebihi batas standar kualitas yang ditetapkan. Pencemaran paling tertinggi berada di parameter Fecal coliform (bakteri E-coli). Seperti Sungai Lawai, jika standarnya diangka 1.000, hasil lab menyatakan fecal coli di Sungai Lawai berada diangka 1.200. TSS dengan standar 50, hasil pemantauan diangka 87,"sampainya.

Sedangkan untuk Sungai Tabu, Fecal Coli diangka 2.900, TSS 98.9. Sungai Kungkilan, Fecal Coli mencapai 2.900, TSS 617. Sungai Puntang, Fecal Coli 2.200, TSS 79. Sungai Lematang, Fecal Coli di angka standar, 1.000, TSS diangka 6.3.

"Itu data tahun 2022 lalu, untuk tahun ini sample air baru kita bawa ke laboratorium di Kabupaten Muara Enim, karena alat di laboratorium kita tengah rusak," Ujarnya.

Khairul menjelaskan, momen pengambilan data juga mempengaruhi hasil uji yang didapat. Kabupaten Lahat baru mampu lakukan dua kali pemantauan, yakni pada musim penghujan dan musim kemarau.

Seharusnya ada juga pemantauan di musim pancaroba, namun tidak bisa dilakukan karena keterbatasan anggaran.

"Di musim hujan, TSS (kekeruhan) memang terdampak, apalagi yang berada di hilir sektor pertanian dan pertambangan. Tapi bakteri E-coli berkurang. Sedangkan di musim kemarau malah terbalik, bakteri E-coli mala meningkat. Aktivitas warga yang banyak mencuci pakaian dan BAB di sungai, jadi penyebabnya," jelas Khairul. (sripoku/ehdi amin)

Baca berita lainnya langsung dari google news

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved