Perdagangan Ginjal di Palembang
Warga Macan Lindungan Tak Kenal Pria Viral di Medsos, Sindikat Jual Ginjal Ditangkap di Palembang
Warga di Macan Lindungan tak ada satupun orang yang tahu peristiwa penangkapan viral anggota sindikat jual ginjal di Palembang.
Penulis: Fransiska Kristela | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Daerah Macan Lindungan kini hangat dibicarakan lantaran di jalan ini salah satu anggota sindikat jual ginjal luar negeri ditangkap.
Penangkapan ini terjadi tepat di teras toko Balqis yang menjual kerudung dan aksesoris.
Dalam video beredar tersebut, kejadian penangkapan terjadi pada malam hari saat kondisi jalanan lengang.
Sedangkan pada saat ditelusuri pagi hari, Sabtu (22/7/2023) ternyata lokasi tempat penangkapan itu ternyata sebuah pasar pagi.
Aktivitas masyarakat juga ramai saat pagi hingga siang hari.
Namun pada saat tribunsumsel mencoba untuk menelisik bincang-bincang dengan warga tak ada satupun orang yang tahu peristiwa itu.
Warga pun mengaku tidak kenal pria viral di medsos yang dikatakan anggota sindikat jual ginjal Kamboja.
"Lah saya malah baru tahu ada kejadian itu di sini pas lihat media sosial," ujar warga yang berjualan di pasar pagi tersebut.
Baca juga: Penangkapan Perekrut Jual Ginjal di Palembang, Ketua RT Ungkap Kejadiannya 2 Bulan Lalu
Warga lain yang menjual aksesoris di toko Balqis pun sama, dia tak mengetahui jika di sana ada penangkapan.
"Saya tahunya pas saya baca koran pagi ini ada soal pria yang ditangkap depan toko ini," kata Ridwan.
Imam salah satu warga lainnya mengatakan selama ini dia juga tidak pernah dengar ada orang yang ditawari atau adanya seseorang yang mencari warga untuk donor ginjal.
Berangkatkan 24 Orang
Pria berinisial D perekrut Jual Ginjal jaringan internasional yang memberangkatkan calon korbannya ke Kamboja berhasil ditangkap di Palembang.
Kaki tangan bisnis Jual Ginjal jaringan internasional itu berhasil ditangkap tim gabungan Polda Metro Jaya dan Polrestabes Bekasi di sebuah rumah di jalan Macan Lindungan, Bukit Baru,Palembang, Sumatera Selatan.
Dikutip dari akun Kompas TV, Jumat (21/7/2023), D mengakui perbuatannya yang menjadi perekrut Jual Ginjal jaringan internasional.
Bahkan D mengaku sekitar 24 orang sudah diberangkatkan ke Kamboja.
"Dari yang saya cari antara 22, 23, 24. Datanya mungkin masih ada di hp," kata D saat diinterogasi polisi.
D mengaku dijanjikan mendapat upah sebesar Rp 2 juta per orang yang diberangkatkan ke Kamboja untuk dijual ginjalnya.
Akan tetapi meski sudah sekitar 24 orang yang diberangkatkan, D berujar dia sama sekali belum mendapat upah atas hasil kerjanya.
"Belum terima sama sekali (upah)," ujarnya.
Terkait target yang akan diberangkatkan, kata D, dia tak menentukan batasan.
Mencari korban lewat sosial media, D mengatakan, tidak semua korbannya berasal dari Palembang.
"Saya carinya tidak mesti dari Palembang, tapi luar pulau," ujarnya.
"Carinya pakai sosmed, pakai FB," katanya menambahkan.
Oknum Polisi Terlibat
Selain D, total 12 tersangka yang terlibat dalam jaringan internasional penjualan organ ginjal manusia ke Kamboja.
Satu diantara mereka adalah oknum polisi berinisial Aipda M.
"Dia ini anggota yang berusaha mencegah, merintangi, baik langsung atau tidak langsung proses penyidikan yang dilakukan tim gabungan, yaitu dengan cara menyuruh membuang HP, berpindah-pindah tempat, pada intinya adalah menghindari pengejaran dari pihak kepolisian," jelas Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi di Gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Kamis (20/7/2023).
Aipda M diketahui menerima uang total Rp 612 juta atas perannya itu.
Tak hanya melibatkan oknum polisi, jual beli ginjal yang dijual Kamboja itu pula melibatkan oknum imigrasi.
Oknum petugas imigrasi itu berinisial HA.
HA berperan memalsukan surat rekomendasi perjalanan ke luar negeri untuk para korban.
HA diketahui menerima uang Rp 3,2 juta-Rp 3,5 juta untuk setiap korban yang berangkat ke Kamboja.
"Keberangkatan ke luar negeri, ternyata mereka memalsukan rekomendasi dari beberapa perusahaan seolah-olah akan family gathering ke luar negeri," kata Hengki.
"Apabila ditanya petugas imigrasi akan ke mana, family gathering, ini surat rekomendasi. Ini ada dua perusahaan yang dipalsukan oleh kelompok ini, seolah-olah akan family gathering, termasuk stempelnya (dipalsukan)," sambung dia.
Hengky merincikan, 12 orang tersebut mempunyai peran masing-masing untuk melancarkan aksinya.
"Dari 12 tersangka ini, 10 merupakan bagian daripada sindikat, di mana dari 10 orang, sembilan adalah mantan donor. Kemudian, ini ada koordinator secara keseluruhan, atas nama tersangka H, ini menghubungkan Indonesia dan Kamboja," kata Hengki
Incar kelompok ekonomi rentan
Hengki menuturkan, para tersangka selalu mengincar korban yang tergolong kelompok ekonomi rentan.
Mayoritas korban adalah orang-orang yang terdesak secara ekonomi imbas diterpa pandemi Covid-19.
"Kami perlu sampaikan bahwa tindak pidana saat ini, terkait dengan tindak pidana perdagangan orang yang meliputi perekrutan, pengangkutan, penampungan, pemindahan, termasuk dengan memanfaatkan posisi rentan dengan tujuan eksploitasi," ucap Hengki.
Korban memiliki latar belakang berbeda.
Hengki memerinci, para korban itu ada yang berprofesi sebagai pedagang hingga seorang lulusan strata-2 yang tidak bekerja.
"Profesi korban ini ada pedagang, ada guru privat, bahkan calon donor ini ada yang S2 dari universitas ternama, karena tidak ada kerjaan dari dampak pandemi (Covid-19) ini," ungkap Hengki.
"Kemudian juga ada buruh, sekuriti, dan sebagainya. Jadi, motifnya sebagian besar adalah ekonomi dan posisi rentan ini dimanfaatkan oleh sindikat ini," jelas dia.
Adapun para korban didapatkan oleh para pelaku melalui media sosial Facebook.
Hengki menyebutkan, ada dua akun grup komunitas yang dikendalikan oleh tersangka.
Dua grup itu yakni "Donor Ginjal Indonesia" dan "Donor Ginjal Luar Negeri".
"Di sini ada yang spesifik ternyata dari donor berubah jadi perekrut, kemudian dijanjikan uang Rp 135 juta masing-masing apabila selesai melaksanakan transplantasi ginjal di Kamboja sana," ujar Hengki.
Rp 200 juta untuk satu ginjal, tapi dipotong Rp 65 juta
Setelah menangkap 12 tersangka, polisi pun mengetahui harga satu ginjal yang diambil dari para korban.
Hengki menyebutkan, korban sebenarnya mendapat uang Rp 200 juta.
Namun, uang itu dipotong Rp 65 juta oleh tersangka sebagai biaya ganti akomodasi, penggantian paspor, dan biaya rumah sakit selama proses pengangkatan ginjal berlangsung.
"Rp 135 juta dibayar ke donor, sindikat terima uang Rp 65 juta untuk setiap satu orang," tutur Hengki.
"Menurut keterangan para donor, penerima ginjal-ginjal itu juga berasal dari berbagai negara, yakni India, China, Malaysia, dan Singapura," imbuh dia.
Baca berita lainnya langsung dari google news
Silakan gabung di Grup WA TribunSumsel
TribunBreakingNews
Runningnews
Perdagangan Ginjal di Palembang
Jual Ginjal di Palembang
Sindikat Jual Ginjal di Palembang
Jual Ginjal
Berita Palembang Hari Ini
Tribunsumsel.com
Sindikat Jual Ginjal di Palembang Ditangkap, IDI: Tak Boleh Ada Proses Jual Beli, Donor Harus Ikhlas |
![]() |
---|
Kesaksian Warga Lihat Penangkapan Sindikat Jual Ginjal di Palembang, Pelaku Pakai Jaket Ojol |
![]() |
---|
Kaget Bukan Main, Ketua RT Tegaskan Perekrut Jual Ginjal di Palembang Bukan Warganya |
![]() |
---|
FAKTA Sindikat Jual Ginjal Jaringan Kamboja, Perekrut Ditangkap di Palembang, Oknum Polisi Terlibat |
![]() |
---|
BREAKING NEWS: Perekrut Jual Ginjal Jaringan Kamboja Ditangkap di Palembang, Berangkatkan 24 Orang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.