Idul Adha 2023

Contoh Kultum Tentang Idul Adha 2023 dan Makna Kurban Singkat Lengkap Ada Link PDF

Berikut ini contoh kultum tentang Idul Adha 2023 dan makna kurban singkat cocok dijadikan referensi untuk para ulama atau penceramah.

Penulis: Putri Kusuma Rinjani | Editor: Abu Hurairah
kemenag.go.id
Ceramah/Kultum Tentang Idul Adha 

Sholat cukup dikerjakan di Masjid, puasa bisa dikerjakan di rumah, zakat bila harta kita sudah sampai nisab, tapi ibadah haji harus dilaksanakan di Kota Suci Mekah.

Mungkin diantara kita ada yang bertanya-tanya berapa jarak antara Indonesia ke Arab Saudi? Jarak Indonesia ke Arab Saudi yaitu 8038.60 km, jarak tersebut ditempuh selama 9 jam dengan menggunakan pesawat terbang.

Kedua, Ibadah haji adalah ibadah yang paling besar biayanya, untuk musim haji tahun 2017 ini ongkos naik haji (ONH) ditetapkan oleh pemerintah sebesar 34 juta rupiah.

Sementara bagi yang ingin mendaftar haji harus menyetor 25 juta per orang guna mendapatkan nomor porsi keberangkatan dan itu pun harus menunggu selama lebih kurang 17 tahun ke depan.

Ketiga, Ibadah haji adalah ibadah yang paling beresiko. Betapa tidak, perjalanan menuju negeri orang, terbang selama 9 jam kemudian berdesak-desakan dengan jutaan jamaah haji dari berbagai belahan dunia, membuat ibadah haji menjadi perjalanan yang penuh risiko.

Oleh karena itu, berangkat haji nilainya sama dengan perjalan fisabiilillah.

Dari Aisyah ummul mukminin radhiyallahuanha, ia berkata,

Wahai Rasulullah, kami memandang bahwa jihad adalah amalan yang paling afdhol. Apakah berarti kami harus berjihad? Tidak. Jihad yang paling utama adalah haji mabrur, jawab Nabi SAW. (HR. Bukhari no. 1520)

Keempat, Ibadah haji adalah ibadah yang paling besar pula pahalanya. Allah SWT memberikan jaminan Surga bagi siapa saja yang mampu meraih haji yang mabrur. Sebagaimana terlukis dalam sabda Rasulullah SAW :

"Tiada balasan bagi haji yang mabrur kecuali surga."

Jamaah Idul Adha Rohimakumullah !

Hari raya Idul Adha ditandai dengan peristiwa kemanusian dalam sejarah kehidupan manusia yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail, yaitu pengorbanan yang bermuara pada iman dan taqwa kepada Ilahi Rabbi, Allah semesta alam.

Dengarlah dialog antara kedua anak manusia itu pada detik-detik terakhir menjelaskan mereka tiba pada kesepakatan besar itu;

"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.

Maka fikirkanlah apa pendapatmu! Ia menjawab: Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (QS. Ash-Shaaffat: 102).

Tidakkah kita melihat betapa lbrahim memanggil anaknya dengan sebutan Bunayya; anakku tersayang? Tidakkah engkau melihat betapa Ibrahim bertanya kepada anaknya dengan hati- hati; Cobalah pertimbangkan! Bagaimanakah pendapatmu tentang itu?

Tidakkah kita merasakan betapa Ibrahim menyembunyikan pergolakan besar yang berkecamuk di relung hatinya? Tapi lihatlah, betapa agungnya sang anak masih sanggup memanggil ayahnya dengan panggilan sayang; Wahal ayahku tersayang!

Tapi alangkah agungnya sang anak ketika ia menjawab dengan tenang; Lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu! Dan betapa tegarnya sang anak ketika ia mengatakan; Niscaya kan kau dapati aku, Insya Allah, sebagai orang-orang yang sabar.

ltulah momentum pengorbanan paling akbar dalam sejarah manusia. Dan itulah momentum kebesaran paling agung dalam sejarah manusia.

Dr. Ali Syariati dalam bukunya Al-Hajj mengatakan bahwa Ismail adalah sekedar simbol. Simbol dari segala yang kita miliki dan cintai dalam hidup ini.

Kalau Ismaâilnya nabi Ibrahim adalah putranya sendiri, lantas siapa Ismail kita?

Bisa jadi diri kita sendiri, keluarga kita, anak dan istri kita, harta, pangkat dan jabatan kita. Yang jelas seluruh yang kita miliki bisa menjadi Ismail kita yang karenanya akan diuji dengan itu.

Kecintaan kepada Ismail kita itulah yang kerap membuat iman kita goyah atau lemah untuk mendengar dan melaksanakan perintah Allah.

Kecintaan kepada Ismail kita yang berlebihan juga akan membuat kita menjadi egois, mementingkan diri sendiri, dan serakah tidak mengenal batas kemanusiaan.

Jamaah Idul Adha Rohimakumullah !

Bagi orang yang berkurban hendaknya menghadirkan niat di hatinya, bahwa ibadah kurban yang ia lakukan adalah perwujudan dari ibadah kepada Allah Subhanahu wa Taâ'ala, menjauhkan diri dari bisikan-bisikan ingin dipuji sebagai dermawan atau sebagai orang yang mampu karena membeli hewan kurban yang termahal, lalu dikenal, naudzubillah.

Dalam sebuah hadist Nabi SAW pernah berkisah kepada para sahabat,

Dari Thariq bin Syihab, (beliau menceritakan) bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, Ada seorang lelaki yang masuk surga gara-gara seekor lalat dan ada pula lelaki lain yang masuk neraka gara-gara lalat.

Mereka (para sahabat) bertanya, Bagaimana hal itu bisa terjadi wahai Rasulullah? Beliau menjawab, Ada dua orang lelaki yang melewati suatu kaum yang memiliki berhala. Tidak ada seorang pun yang diperbolehkan melewati daerah itu melainkan dia harus berkorban sesuatu untuk berhala tersebut.

Mereka pun mengatakan kepada salah satu di antara dua lelaki itu, Berkorbanlah. Ia pun menjawab, Aku tidak punya apa-apa untuk dikorbankan. Mereka mengatakan, Berkorbanlah, walaupun hanya dengan seekor lalat. Ia pun berkorban dengan seekor lalat, sehingga mereka pun memperbolehkan dia untuk lewat dan meneruskan perjalanan.

Karena sebab itulah, ia masuk neraka. Mereka juga memerintahkan kepada orang yang satunya, Berkorbanlah. Ia menjawab, Tidak pantas bagiku berkorban untuk sesuatu selain Allah Azza wa Jalla. Akhirnya, mereka pun memenggal lehernya. Karena itulah, ia masuk surga.

Dari kisah di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, kita harus mengikhlaskan ibadah kita semata-mata karena dan untuk Allah SWT, jangan kita niatkan ibadah kurban kita kepada selain-Nya.

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. (QS. Al-Hajj : 37).

Untuk mulia ternyata tidak perlu harta berlimpah, jabatan tinggi apalagi kekuasaan.

Berapa banyak diantara kita yang diberi kecukupan penghasilan, namun masih saja ada keengganan untuk berkurban, padahal bisa jadi harga handphone, jam tangan, tas, ataupun aksesoris yg menempel di tubuh kita harganya jauh lebih mahal dibandingkan seekor hewan qurban.

Namun selalu kita sembunyi dibalik kata tidak mampu atau tidak dianggarkan.

Ditengah suatu masyarakat, ketika orang kaya hidup mewah diatas penderitaan orang-orang miskin, ketika anak-anak yatim dan mereka yang papa merintih dalam belenggu nasibnya, ketika para penguasa menggunakan kekuasaannya untuk kesejahteraan dirinya bukan untuk memberi kesejahteraan kepada rakyat miskin, ketika para penegak hukum memihak orang kaya dari pada kebenaran.

Dalam kondisi inilah maka esensi perayaan Idul Qurban yang sesungguhnya perlu kita aktualisasikan dengan pembelaan kepada mereka yang kurang mampu secara ekonomi, pembelaan terhadap mereka yang mendapat perlakuan tidak adil secara hukum, pembelaan terhadap mereka yang tidak mendapatkan haknya.

Marilah makna dan nilai Idul Adha tidak sebatas kita maknai dengan ritual berkorban kambing, kerbau, sapi, 1 tahun sekali, tetapi hendaknya memaknai bahwa semangat untuk memberi dan peduli kepada sesama harus selalu ada dalam jiwa umat Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Mari diakhir khutbah Idul Adha ini kita sama-sama meningkatkan syi’ar agama Islam ini dengan cara menunaikan ibadah Haji bagi yang sudah mampu, dan memotong hewan kurban bagi kita yang belum mampu menunaikan ibadah haji.

Dan mari kita tumbuhkan kesadaran kita masing-masing untuk mendekatkan diri kepada Allah dalam rangka untuk mencari ridho-Nya, dan senatiasa kita berdo’a semoga Allah selalu memberikan rizki kepada kita, sehingga kita dapat menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekkah Al-Mukarramah pada tahun yang akan datang.

Demikianlah semoga khutbah yang singkat ini ada manfaatnya bagi kita semua Amiiin ya Rabbal alamin……

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved