Liputan Khusus Tribun Sumsel

Selalu Ada Kasus Baru HIV-AIDS Walau Bukan Wilayah Endemis (2)

AIDS merupakan tahapan akhir dari penyakit infeksi HIV. Selalu ada angka kasus baru HIV-AIDS walaupun bukan termasuk endemis.

Editor: Vanda Rosetiati
DOK TRIBUN SUMSEL
AIDS merupakan tahapan akhir dari penyakit infeksi HIV. Selalu ada angka kasus baru HIV-AIDS walaupun bukan termasuk endemis. Gambar ilustrasi. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - AIDS merupakan tahapan akhir dari penyakit infeksi Human Immunodeficiency Virus atau HIV. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ilir setiap tahunnya, selalu ada angka kasus baru HIV - AIDS walaupun bukan termasuk wilayah endemis.

"Sejak bulan Januari - Oktober 2022 ini total kasus positif AIDS sebanyak 28 orang. Dimana 20 orang merupakan warga OKI dan 8 orang lainnya warga luar daerah," ujar Kepala Bidang Pengendalian Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes OKI, Mukti Uli Artha saat ditemui, Kamis (1/12/2022) pagi.

Dijelaskan bahwa pengidap penyakit HIV - AIDS sebagian besar diakibatkan beragam penyimpangan baik seksual maupun narkoba dikalangan masyarakat, bahkan ada pula yang tertular melalui pasangan dan keluarga, seperti dari ibu ke anak.

Maka dari itu program HIV - AIDS sebagai program Standar Pelayanan Minimal (SPM) memiliki sasaran ibu hamil yang wajib mendapat skrining HIV di masa kehamilannya guna mencegah penularan dari Ibu ke Anak.

"Hasil penelusuran Dinkes OKI, pengindap HIV AIDS berasal dari populasi kunci seperti waria, lelaki seks lelaki, wanita pekerja seks, ibu hamil, pasien IMS dan warga binaan pemasyarakatan," ungkapnya.

Uli menerangkan angka kasus yang didapatkan merupakan hasil penjaringan yang rutin dilakukan oleh petugas pelayanan di 32 puskesmas, 2 rumah sakit dan Lapas kelas IIB Kayuagung.

Baca juga: LIPSUS: Istri dan Anak Tidak Terpapar, Kisah ODHA di Palembang, Terinfeksi Jarum Suntik Napza (1)

"Selama 2022 ini kita memiliki target yang harus di tes sebanyak 17.782 orang yang terdiri dari sasaran ibu hamil, waria, lelaki seks lelaki (LSL), wanita pekerja seks (WPS), pasien TB, pengguna narkoba suntik (penasun), warga binaan pemasyarakatan (WBP) dan infeksi menular seksual (IMS),"

"Menjelang akhir tahun ini sudah sekitar 71 persen yang telah direalisasikan," tambahnya.

Dikatakan lebih lanjut oleh Sub koordinator penyakit menular menular (P2PM), Musdarta bahwa belum lama ini pihaknya melakukan skrining ke Lapas kelas IIB Kayuagung.

"Kemarin kita melakukan skrining terhadap 800 WBP. Hal ini merupakan kegiatan rutin setiap 3 bulan sekali," ujar dia.

Guna menghindari adanya WBP lain yang positif HIV - Aids, maka dinas kesehatan MOU dengan Lapas.

Dimana nantinya jika ada penghuni lapas yang baru masuk, maka akan terlebih dahulu lakukan skrining HIV, Aids, TBC dan Hepatitis.

"Setiap petugas kesehatan lapas kelas IIB Kayuagung kita berikan pelatihan agar paham mengenai skrining dan kita berikan alat Tes HIV atau disebut dengan Voluntary Counseling and Testing (VCT)," tuturnya.

Dirinya berharap semakin banyak warga yang sadar dan secara sukarela melakukan skrining dengan mendatangi fasilitas kesehatan terdekat.

"Jika merasakan gejala-gejala berupa sariawan, batuk dan mencret-mencret yang tidak kunjung sembuh. Maka sebaiknya lakukan pengecekan agar bisa segera diberikan pertolongan," pungkasnya.


Belum Ada VCT ODHA

Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) mencatat tahun 2022 ini masih ada tiga orang penyintas HIV/AIDS di daerah ini. Sejak empat tahun terakhir total ada 11 orang penderita penyakit tersebut.

"Tahun ini ada tiga, kalau dari 2019 ada 11 orang. Tapi mohon maaf kami tidak bisa mengungkapkan identitas dan alamatnya. Yang jelas mereka terus dalam pantauan kami," kata Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Muratara, Eva Elizah, Sabtu (3/12/2022).

Pihaknya mengklaim terus melakukan upaya penekanan terhadap penyebaran HIV/AIDS, walaupun dalam kondisi keterbatasan sarana dan prasarana yang ada.

Eva menyebutkan, hingga saat ini di Kabupaten Muratara belum memiliki klinik Voluntery Conselling and Testing (VCT).

Diketahui, VCT merupakan layanan konseling dan tes HIV yang dilakukan secara sukarela untuk membantu pencegahan penularan, perawatan, dan pengobatan bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

"Kita belum ada VCT, semua pasien ODHA kita rujuk ke rumah sakit dokter Sobirin di Kota Lubuklinggau, karena di sana ada pelayanan VCT-nya," kata Eva.

Dia menyatakan, mereka yang masih menyintas HIV/AIDS di daerah ini terus dipantau perkembangan kesehatannya, serta pencegahan penularannya.

Dinas Kesehatan setempat mengklaim rutin melakukan pemeriksaan secara gratis sebagai langkah deteksi dini terhadap bahaya penyebaran penyakit tersebut.

"Kami juga nanti akan melakukan pemeriksaan terhadap orang-orang dari luar daerah yang bekerja di perusahaan di wilayah kita," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Muratara, dr Arios Saplis.

Dia mengharapkan bantuan pemerintah kecamatan, desa, dan kelurahan sebagai ujung tombak pemerintah daerah untuk mensosialisasikan kepada masyarakat tentang bahaya penyakit HIV/AIDS.

"Kami berharap sekali seluruh elemen masyarakat dapat membantu kami untuk mensosialisasikan kepada semua orang tentang bahaya penyakit ini," harap Arios.

Diketahui, HIV adalah virus yang menyerang penurunan daya tahan tubuh, dan AIDS yakni kumpulan berbagai gejala penyakit sebagai akibat menurunnya sistem dan fungsi kekebalan tubuh oleh virus HIV.

Sementara penularan penyakit tersebut bisa dengan berbagai metode, seperti seks bebas, berganti-ganti pasangan, atau melalui jarum suntik yang sudah tidak steril lagi.

Bahayanya, sasaran penyakit itu mulai dari bayi baru lahir yang menular dari orang tuanya, hingga orang dewasa yang sering melakukan seks bebas sehingga tertular dari lawan pasangannya yang telah terjangkit.

Untuk diketahui pula, Dinas Kesehatan Kabupaten Muratara mencatat di tahun 2017 ada dua warga di daerah ini yang mengidap penyakit HIV/AIDS, namun keduanya telah meninggal dunia.

Sementara di tahun 2018, tercatat kembali ada dua penderita HIV/AIDS di Kabupaten Muratara, namun satu orang meninggal dunia, satunya lagi sudah pindah daerah.

"Tahun 2017 dua orang, semuanya sudah meninggal dunia. Tahun 2018 ada dua orang lagi, satu meninggal, satunya lagi dia sudah tidak tinggal di Muratara, sudah pindah ke Batam," kata pejabat Kepala Dinas Kesehatan Muratara kala itu.

Rajin Berobat

Sementara itu empat orang di Kota Lubuklinggau Sumatra Selatan (Sumsel) dinyatakan pengidap HIV/AIDS selama tahun 2022.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau, Erwin Armeidi menyampaikan empat orang ODHA tersebut saat ini rajin berobat.

"Ada dua rumah sakit tempat mereka berobat yakni di RS Siti Aisyah dan RS Ar Bunda Lubuklinggau," ungkap Erwin pada wartawan, Sabtu (3/11/2022).

Menurut erwin pengidap HIV/AIDS di Kota Lubuklinggau terus mengalami penurunan sejak empat tahun terakhir.

"Tahun 2019 terdata 8 kasus, 2020 terdata 9 kasus, tahun 2021 terdata 6 kasus dan tahun 2022 terdata 4 kasus, karena ada yang meninggal dunia," tambahnya.(ndo/cr14/joy)

Baca berita lainnya langsung dari google news

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved