Berita Nasional

Awal Mula Ferdy Sambo Simpan Dendam Brigadir J Usai Wanita Misterius Menangis, Penjelasan Kamaruddin

Wanita Misterius menangis di rumah pribadi Ferdy Sambo di Jalang Bangka disebut jadi pemicu kemarahan sang jenderal hingga memusuhi sang ajudan Brigad

Editor: Moch Krisna
Kolase/IST
Cerita Awal Mula Ferdy Sambo Simpan Dendam ke Brigadir Yosua Berujung Rencana Pembunuhan, Pernyataan Kamaruddin 

TRIBUNSUMSEL.COM -- Dugaan Wanita Misterius menangis di rumah pribadi Ferdy Sambo di Jalang Bangka disebut jadi pemicu kemarahan sang jenderal hingga memusuhi sang ajudan Brigadir Yosua dikuak.

Analisa tersebut dikuak pengacara keluarga Brigadir Yosua, Kamaruddin Simanjuntak saat tampil di program Kontroversi metrotv, Sabtu (3/12/2022).

Kamaruddin mengatakan Brigadir Yosua dianggap Ferdy Sambo telah memberitahu terkait wanita misterius tersebut kepada Putri Candrawathi.

Tidak hanya satu wanita, Kamaruddin mengungkapkan Brigadir Yosua juga disebut telah memberitahu keberadaan wanita lain kepada Putri Candrawathi dan hal itu juga diketahui oleh Ferdy Sambo.

“Yosua ini dianggap awalnya berpihak kepada Putri, dianggap memberitahu si cantik itu ketika mereka cari-cari sampai membawa laras panjang di daerah Kemang itu,” ujarnya.

“Kemudian, (wanita misterius) yang masuk sampai ke rumah Bangka itu dan di sana ada wanita cantik yang menangis itu,” imbuhnya.

Akibat Brigadir Yosua memberitahu keberadaan kedua wanita tersebut kepada Putri Candrawathi, maka Ferdy Sambo merencanakan pembunuhan terhadap ajudannya tersebut.

“Hubungannya karena si PC ini kan sering mengajak salah satu ajudannya yaitu Yosua dianggap memberitahu keberadaan wanita ini.

Alasan Bharada E mengaku tak bisa menolak perintah Ferdy Sambo untuk menembak Brigadir J lantaran dirinya memiliki pakat terendah dikepolisian.
Alasan Bharada E mengaku tak bisa menolak perintah Ferdy Sambo untuk menembak Brigadir J lantaran dirinya memiliki pakat terendah dikepolisian. (Kompas TV)

Dari situlah awalnya dendam FS pertama kali, di bulan Juni dia (Brigadir J) sudah sering diancam (Ferdy Sambo),” jelasnya.

 Sementara terkait pembunuhan terhadap Brigadir J, Kamaruddin menyebut telah direncanakan sejak di Magelang.

Menurutnya, hal itu dibuktikan dengan diamankannya senjata milik Brigadir J oleh Bripka Ricky Rizal alias Bripka RR.

“Terbukti Ricky Rizal itu, ketika dia di Magelang sudah melucuti senjatanya Yosua. Artinya rencana (pembunuhan Brigadir J) sudah mereka rencanakan jauh hari,” katanya.

Ferdy Sambo Bantah Soal Wanita Menangis

Ferdy Sambo melalui kuasa hukumnya, Arman Hanis membantah soal adanya sosok wanita misterius yang ditudingkan Bharada Richard Eliezer saat menjadi saksi kasus pembunuhan brigadir Yosua.

Secara tegas Arman Hanis menyebut keterangan yang disampaikan Bharada E dalam persidangan di PN Jaksel Rabu (30/11) kemarin hanyalah karangan semata.

Selain itu, ia menyebut keterangan Bharada E juga tidak didukung bukti-bukti terkait lainnya.

"Saya tegaskan keterangan itu tidak benar dan hanya karangan RE saja dan juga tidak ada dalam dakwaan klien kami," ujarnya

"Pasti kita bantah karena tidak ada bukti pendukungnya, hanya keterangan dan karangan RE saja," sambungnya.

Selain itu, Arman juga mempertanyakan klaim Bharada E yang mengaku mendatangi rumah pribadi kliennya yang terletak di Bangka, Jakarta Selatan.

"Tidak benar, karena kalau RE tidak berdinas dia tidak di Saguling, tapi di rumah posko Duren Tiga," tegasnya.

Sebelumya, Bharada E mengungkapkan bahwa wanita misterius yang keluar dari rumah Ferdy Sambo di Jalan Bangka, Jakarta Selatan mengubah kebiasaannya.

Kebiasaan yang dimaksud Bharada E adalah Ferdy Sambo lebih sering menetap di rumah yang berada di Jalan Saguling.

Bharada E berujar ketika peristiwa wanita misterius menangis tersebut terjadi, ajudan yang mengawal Putri Candrawathi adalah Brigadir J dan Mathius.

"Ada kejadian Yang Mulia. Jadi saya lagi di rumah, Mathius juga di rumah, almarhum (Brigadir J) datang turun dari lantai dua bawa senjata langsung taruh di dalam mobil," katanya dalam persidangan dikutip dari Wartakotalive.com.

Kemudian, Putri memanggil Mathius dan Richard Eliezer untuk ikut pergi bersama. Putri meminta Mathius ikut di mobilnya bersama Brigadir J. Sementara Richard diminta ikut dengan mengendari mobil sendiri.

“Ibu bilang, 'Dek Mathius nanti di mobil ibu ya, Dek Richard sendiri ya di mobil belakang',” ujar Bharada E menirukan perintah Putri Candrawathi.

“Jadi kami jalan ke arah Kemang, tapi belum ke kediaman. Jadi kita kan biasa komunikasi dengan HT, saya sempat nanya beberapa kali ke almarhum, ‘bang izin’. (Dijawab) ‘udah Chad ikut saja dulu’,” kata Bharada E menirukan komunikasinya dengan Yosua.

“Itu kita mutar-mutar di Kemang Yang Mulia. Akhirnya, kita balik ke kediaman Bangka Yang Mulia,” ujarnya.

Benarkah ada pelecehan yang dilakukan Brigadir J kepada Putri Candrawathi di Magelang?
Benarkah ada pelecehan yang dilakukan Brigadir J kepada Putri Candrawathi di Magelang? ((kolase tribunjakarta))

Setibanya di Bangka, kata Bharada E, Putri Candrawathi kemudian terlihat marah. Kemudian, ia diminta oleh Brigadir J untuk memarkirkan mobil di belakang rumah.

“Pada saat sampai di kediaman Bangka ibu turun kayak lagi marah jadi saya juga tidak berani nanya,” kata Bharada E.

“Mungkin setengah jam kemudian Pak FS (Ferdy Sambo) pulang ke Jalan Bangka,” ujarnya lagi.

Menurut Bharada E, saat itu Ferdy Sambo juga terlihat marah. Kemudian, Brigadir J menginformasikan kepada para ajudan lain bahwa rekan Ferdy Sambo akan datang ke rumah Bangka.

“Abis itu almarhum (Brigadir J) bilang nanti ada Pak Eben yang mau datang,” katanya.

“Siapa?” tanya Hakim Ketua Majelis Wahyu Iman Santoso. “Pak Eben yang mulia, rekannya Pak FS,” jawab Bharada E.

“Tapi, karena pada saat itu saya di belakang waktu Pak Eben datang itu saya tidak lihat. Saya tidak tahu pak Eben datang sama siapa,” ujarnya.

Kemudian, Brigadir J meminta ajudan lain tidak ada yang berada di dalam rumah Bangka. Menurut Richard, yang berada di dalam rumah hanya Brigadir J dan Mathius, serta Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi.

“Almarhum bilang sama Bang Mathius ‘tidak ada selain kami berdua’. Maksudnya, almarhum sama Bang Mathius yang ada di dalam area rumah,” kata Bharada E.

“Semua nunggu di luar, jadi yang di belakang ada Bang Romer, Sadam, Somad ART. Mereka berempat di balakang, lalu ada saya, Alfons sama Farhan jaga di depan,” imbuhnya.

Selang beberapa jam kemudian, Richard Eliezer mengaku melihat perempuan keluar dari rumah Ferdy Sambo. Perempuan itu, kata Richard, lantas keluar mencari sopirnya dalam keadaan menangis.

“Kita engga tahu ada kejadian apa di dalam, sekitar 1-2 jam tiba-tiba ada orang keluar dari dalam rumah. Kan pagar di tutup, jadi dia ketuk dari dalam pagar. Terus, aku bukain pagar. Terus, saya lihat ada peremuan yang mulia,” katanya

“Saya tidak kenal yang mulia, perempuan itu nangis. Saya tidak ada waktu dia datang, peremuan itu cari driver-nya dia. Saya lari ke samping, saya panggil driver-nya,” ujarnya.

Lantas, wanita itu pun pergi meninggalkan rumah Bangka bersama sopirnya menggunakan mobil Pajero berwarna hitam.

“Dari situ yang mulia, semenjak kejadian itu Pak FS sudah lebih sering (tinggal) di Saguling,” ungkap Bharada E.

Sementara sebelum kejadian itu kata Bharada E, Ferdy Sambo lebih sering tinggal di Jalan Bangka dan hanya akhir pekan saja ke rumah di Saguling dimana Putri Candrawathi tinggal.

(*)

Baca berita lainnya di Google News

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved