Berita Nasional

Riwayat Percakapan di Dua Ponsel Milik Korban Satu Keluarga Tewas Kalideres, Tak Ada Masalah Hutang

Isi pesan telepon milik salah satu korban di keluarga tewas perumahan citra grand 1 extension Kalideres diungkap kepolisian, Rabu (23/11/2022).

Editor: Moch Krisna
(Sumber: Kompas.com)
Polisi masih terus menyelidiki kenapa tidak ada bahan makanan dan minuman di rumah satu keluarga yang tewas di Kalideres. 

TRIBUNSUMSEL.COM -- Isi pesan telepon milik salah satu korban di keluarga tewas perumahan citra grand 1 extension Kalideres diungkap kepolisian, Rabu (23/11/2022).

Melansir dari kompas TV,  Ditkrimum Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi dalam riwayat percakapan dari dua ponsel milik satu keluarga yang tewas tidak ditemukan masalah utang piutang yang menjerat keluarga tersebut.

Menurut Hengki bahasa yang digunakan juga sangat rapi dan terkesan pengirim pesan berpendidikan. 

"Ada bahasa inggris di sela tulisan tersebut. Sepertinya wanita yang menulis," ujar Hengki, Selasa (22/11/2022). 

Selain itu pihaknya juga menemukan percakapan yang berisi kata-kata tentang emosi dengan satu arah komunikasi ke satu ponsel.

"Jadi banyak sekali kata-kata berisi tentang emosi yang bersifat negatif," ujarnya

Hengki menambahkan tim forensik masih terus mendalami penyebab kematian satu keluarga ini malalui sejumlah alat bukti yang didapat. 

Termasuk mendalami riwayat percakapan dalam dua ponsel yang diamankan

Menurut Hengki masih belum diketahui siapa yang aktif menggunakan ponsel tersebut lantaran alat komunikasi ini dipakai seluruh keluarga.

 Dari keempat orang tersebut, satu handphone digunakan oleh masing-masing dua orang.

"Ini sedang di analisis tim ahli dari psikologi forensik karena HP itu di pakai sama sama. Di riwayat percakapan enggak ada masalah utang," ujar Hengki.

Menjual Barang dan rumah  

Lebih lanjut Hengki menjelaskan dari pendalaman barang bukti ponsel, penyidik juga menemukan salah satu korban bernama Budianto Gunawan (68) sempat menghubungi sebuah nomor untuk menjual barang-barang yang ada di rumah. 

Seperti kendaraan AC, kulkas, blender, TV. Korban juga secara proaktif menghubungi pihak mediator untuk menjual rumah dan pegawai koperasi simpan pinjam untuk menggadaikan sertifikat rumah korban.

Penyidik kemudian mendapati fakta baru dari para pihak yang dihubungi tersebut. Diketahui korban Rudyanto Gunawan (71), Margaretha (68) sudah meninggal sekitar Mei 2022. 

Sedangkan Budianto Gunawan, dan Dian (42), masih hidup. 

Polisi dan tim gabungan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di kawasan Kalideres, Jakarta Barat pada Rabu (16/11/2022). Gelagat Dian, salah satu keluarga yang tewas sebelum meninggal dunia dicurigai kriminolog
Polisi dan tim gabungan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di kawasan Kalideres, Jakarta Barat pada Rabu (16/11/2022). Gelagat Dian, salah satu keluarga yang tewas sebelum meninggal dunia dicurigai kriminolog (KOMPAS.COM/ZINTAN PRIHATINI)

Hal ini diketahui saat pegawai koperasi simpan pinjam datang ke rumah dan mencium bau busuk, pada Mei 2022. 

Para saksi ingin bertemu dengan Reni Margareta yang namanya tertulis sebagai pemilik rumah. Namun, saat itu mereka ditemui oleh anak Reni Margareta bernama Dian.

Dian mengatakan jika ibunya sedang tidur di kamar.

"Saat pegawai koperasi di dalam kamar menyampaikan bahwa ibunya sudah jadi mayat, Dian jawab ibu saya masih hidup, tiap hari saya berikan minum susu, sambil disisir dan rambutnya rontok semua," ujar Hengki, Senin (21/11/2022).

Pakar Analisa Sikap Dian

Pakar kriminologi Adrianus Meliala menyoroti kelakuan Dian salah satu anggota keluarga di Kalideres yang meninggal dunia misterius. 

Apalagi Dian menganggap seolah-olah sang ibu, Renny Margaretha masih hidup.

Dugaan gejala sakit jiwa pada Dian dianalisa oleh Adrianus.

"Selain terkait ada keyakinan tertentu, nampaknya ada indikasi delusi juga. Anak yang memberi susu pada jenazah ibunya dan seterusnya, itu gejala sakit jiwa psikotik," ungkap Adrianus Meliala dikutip pada Selasa (22/11/2022) dari Kompas.com.

Lantaran dugaan terebut, Adrianus menyebut perlunya psikolog forensik menyelidiki karakter satu persatu anggota keluarga Rudyanto.

Hal itu perlu dilakukan guna menginstruksikan suasana saat kejadian satu persatu kematian anggota keluarga Rudyanto tersebut.

Adrianus juga menyebut bahwa penyelidikan dalam kasus tersebut terbatas dilakukan.

Hal tersebut disebabkan seluruh pihak yang terlibat sudah tewas di rumahnya sendiri.

Guna mendalami kasus tersebut menurut Adrianus, perlu juga adanya observasi TKP dan penilaian 360 derajat terhadap semua orang yang pernah berkontak dengan korban.

"Semoga bisa dibentuk pandangan tentang suasana sebelum mereka mati," kata Adrianus.

(*)

Baca berita lainnya di Google News.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved