Mahasiswa UIN Korban Pelecehan Senior

Korban Kekerasan Mahasiswa UIN di Palembang Ungkap Detik Penganiayaan, Diikat Tanpa Busana di Pohon

Arya Lesmana Putera (19) korban kekerasan mahasiswa UIN Raden Fatah di Palembang menceritakan detik penganiayaan oleh seniornya. Diikat tanpa busana.

TRIBUN SUMSEL/SHINTA DWI ANGGRAINI
Arya Lesmana Putera (19) korban kekerasan mahasiswa UIN Raden Fatah di Palembang menceritakan detik penganiayaan oleh seniornya. Diikat tanpa busana. 

Akan tetapi hal itu tak membuat mereka menghentikan penyiksaan.

Bahkan Arya kembali dibawa ke pinggir danau dan diancam untuk ditenggelamkan akibat perbuatannya.

"Setelah dari sana saya dibawa lagi menuju pohon dan sempat dipukul menggunakan sebuah kayu seperti gagang sapu," ungkap dia.

Diketahui, sempat beredar video permintaan maaf yang disampaikan Arya ke UKMK Litbang terkait penyebaran informasi pungli.

Kala itu Arya mengaku menyebarkan informasi pungli itu dibawah tekanan.

Namun ternyata video permintaan maaf itu dibuat Arya dengan intimidasi dari rombongan pelaku.

Arya mengaku mendapat ancaman bakal kembali dipukul bila tidak mengucapkan narasi sebagaimana yang telah diatur rombongan pelaku.

"Sebelumnya saya diminta untuk menghafal kata-kata yang mereka tulis di kertas. Setelah itu kepala saya ditutup dengan menggunakan tas mukenah yang ada disana. Setelah selesai saya take video hingga beberapa kali, karena teks nya panjang dan sulit dihafalkan akhirnya pukulan demi pukulan kembali saya terima," ujarnya.

Dalam sesi ini paling tidak Arya telah menghabiskan sepanjang tiga jam yakni sejak pukul 19.00 WIB hingga 22.00 WIB untuk membuat video klarifikasi tersebut.

"pas ambil video itu setiap pukulan ada levelnya, jadi kalau saya salah satu kali pukulan masih ringan tapi semakin sering salah semakin sakit pula pukulannya. Karena ingin mengindari pukulan mereka menggunakan tangan, sampai-sampai jam saya hancur dan pecah," jelasnya.

Akan tetapi, lanjutnya, para pelaku juga menjanjikan apabila dia berhasil membuat video permohonan maaf tersebut, mereka akan memberikan tepuk tangan dan membebaskannya.

"Akhirnya saat mendekati malam saya berhasil membuat video itu, karena sebelumnya OK yang juga ketua umum sekaligus ustadz saya saat hafalan Al-quran di Baturaja meminta saya untuk menghafalkannya seperti saat saya belajar dengannya, dan akhirnya saya bisa dan mereka memberikan tepuk tangan. OK sendiri sebetulnya juga ikut menghajar saya dengan menendang perut saya," ungkap Arya lagi.

Kata Arya, ada sekitar 90 orang termasuk dirinya dan komplotan pelaku yang menjadi panitia dalam kegiatan diksar tersebut.

Namun saat dirinya dianiaya, tidak ada satupun yang berani menolong.

Meski ada yang sempat ingin menghentikan penyerangan hingga menangis, namun permintaan tersebut justru tidak didengarkan oleh rombongan pelaku.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved