Apa itu Stunting ? Rajin Lakukan Pemeriksaan, Solusi Cegah Kasus Stunting Meningkat
Hal ini memacu pemerintah untuk segera mencari solusi guna menurunkan kasus stunting yang semakin besar jumlahnya. Guna menanggulangi hal tersebut
TRIBUNSUMSEL.COM - Pada tahun 2021 kasus stunting di Indonesia tercatat sebesar 24,4 persen dari tahun sebelumnya.
Hal ini memacu pemerintah untuk segera mencari solusi guna menurunkan kasus stunting yang semakin besar jumlahnya. Guna menanggulangi hal tersebut, hampir setiap desa dibentuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Organisasi ini dimaksudkan agar dapat membantu masyarakat mewujudkan keluarga sejahtera dan berkualitas dengan lahirnya generasi sehat bebas stunting. Namun hal ini harus didukung oleh tenaga kesehatan setempat serta kesadaran orang tua agar secara rutin melakukan pemeriksaan.
Dalam meningkatkan pengetahuan serta kesadaran tersebut tenaga kesehatan dapat memberikan edukasi atau promosi kesehatan kepada masyarakat tentang pentingnya rutin melakukan pemeriksaan pada anak dan kehamilan untuk mencegah terjadinya stunting pada anak.
BKKBN saat ini sedang merencanakan suatu program untuk meminimalisir atau mencegah meningkatnya angka stunting disetiap desa, maka dari itu masyarakat diharapkan penuh untuk ikut berkolaborasi atau ikut serta dalam mewujudkan atau merealisasikan program yang telah direncakan oleh tim BKKBN agar menambah pengetahuan keluarga berencana tentang pencegahan stunting.
Selain itu keluarga berencana juga dapat lebih memahami kapan harus dilakukan pemeriksaan pada saat kehamilan dan kapan harus membawa anak ke posyandu serta hal apa yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kejadian stunting pada anak.
Hampir semua orang beranggapan bahwa orang pendek itu stunting, stunting sendiri merupakan sebuah kondisi yang upnormal atau kondisi gagal tumbuh anak atau yang sering dikenal sebagai kondisi tubuh yang lebih pendek dari standar usia, dimana stunting ini dapat disebabkan oleh kekurangan gizi yang menjadi masalah utama bagi anak dan balita di indonesia, maka dari itu masalah tersebut harus segera diatasi agar kasus stunting tidak semakin meningkat.
Beberapa dari orang yang memiliki anak atau keluarga dengan kondisi stunting sering kali dianggap sebagai aib, mengapa dapat dikatakan demikian karena sebagian dari mereka merasa malu karena memiliki salah satu anggota keluarga atau anak yang stunting.
Bagi mereka yang menganggap kondisi stunting adalah suatu kondisi yang mungkin sedikit memalukan maka dari itu anak tersebut akan dibatasi pergaulannya dengan tidak memperbolehkan bermain diluar rumah bersama teman-teman seumurnya.
Dari hal tersebut akan dapat memberikan efek atau dampak tertentu terhadap anak seperti tidak memiliki keberanian untuk bertemu orang-orang, kurangnya pengetahuan dan pengalaman terhadap lingkungan luar, anak akan merasa tertekan dan merasa HDR atau harga diri rendah atau yang sering dikenal dengan kata minder terhadap orang lain serta anak bisa mengalami isolasi sosial yang mengakibatkan anak tidak suka berbaur atau berinteraksi dengan orang lain bahkan menjadi anak yang tertutup (Introvert).
Dari stigma yang diketahui oleh masyarakat ada ungkapan dari Hasto Wardoyo selaku kepala BKKBN
“ Orang stunting pada umumnya memang terlihat memiliki fisik yang dapat dikatakan pendek, tetapi tidak semua orang yang memiliki tubuh pendek dapat dikatakan stunting karena orang yang stunting juga memiliki gejala lain atau tanda gejala lain seperti tingkat kecerdasan yang berada dibawah rata – rata dari umumnya, cenderung memiliki penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi (Hipertensi), stroke, dan juga kencing manis atau penyakit diabetes” kata ketua BKKBN yang dikutip dari Kompas TV.
Adapun juga ungkapan mengenai apa itu stunting dari salah satu warga desa
“Stunting itu merupakan gangguan pertumbuhan tinggi badan yang tidak sesuai dengan usianya namun anak yang berbadan pendek belum tentu stunting karena stunting sendiri disebabkan oleh belum tercukupnya nutrisi sejak anak didalam kandungan, untuk pencegahan dapat dilakukan mulai dari masa kehamilan yang sudah rutin mengkonsumsi makanan yang bergizi dan juga dapat dicegah dari 1000 hpk” kata salah satu warga desa
Selain itu juga ada ungkapan dari MTR yang merupakan salah satu tenaga pengajar mata kuliah keperawatan anak Fikes UKMC
"Stunting itu adalah kondisi gagal tumbuh kembang yang dialami oleh anak-anak. Setiap tumbuh kembang itu mempunyai periode emasnya masing-masing, nah anak yang mengalami stunting ini gagal untuk mencapai tonggak perkembangannya" ujarnya
Hal ini biasanya disebabkan oleh kondisi kesehatan atau nutrisi yang tidak seimbang, secara awam memang anak yang mengalami stunting itu biasanya memiliki tubuh yang pendek dan biasanya nilai HAZ nya dibawah -2SD, namun tidak semua anak yang memiliki tubuh yang pendek itu langsung disebut mengalami stunting.
"Yang perlu ditekankan adalah stunting diakibatkan oleh kondisi kesehatan dan nutrisinya, jika memang dari genetiknya memiliki tubuh yang pendek maka itu juga belum bisa disebut sebagai stunting. Hal yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting tentunya dengan memperhatikan kecukupan asupan nutrisinya yang sudah bisa dimulai dari masa kehamilan," lanjutnya
Akademisi politeknik kesehatan Aceh telah melakukan penelitian terkait stunting baru-baru ini di Aceh, latar belakang dilakukan penelitian tersebut karena provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi dengan prevalensi stunting tinggi dengan angka prevalensi (33,2 persen ) per tahun 2021
Didalam penelitian tersebut dilakukan di 13 kabupaten/ kota di Aceh, diantaranya ada regional selat malaka, regional gayo alas dan regional samudra hindia ( dikutip dari berita Banda Aceh, selasa 20/09/2022 pukul 18:36 wib).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh kelompok Akademisi politeknik kesehatan di Aceh didapatkan hasil bahwa ada beberapa faktor yang menjadi penghambat implementasi atau kebijakan stunting diantaranya adalah kurangnya tingkat kesadaran dan kepedulian masyarakat tentang stunting, kegiatan dan koordinasi proses kinerja TPPS yang belum maksimal, koordinasi antara provinsi dan kabupaten belum terbentuk, media edukasi dan sistem informasi di desa yang masih terbatas. (Muocharla Frisca)
