Kerusuhan Kanjuruhan Malang

Nirmala Dewi Desak Stadion Sepak Bola Harusnya Sediakan Tribun Khusus Ibu dan Anak

Belakar dari kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, Nirmala Dewi menyebut stadion sepak bola harusnya menyediakan tribun khusus perempuan dan anak.

DOKUMEN PRIBADI
Direktur Marketing perusahaan pengelola Sriwijaya FC tahun 2013-2018, Nirmala Dewi 

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Linda Trisnawati


TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan terjadi setelah laga Liga 1 antara tuan rumah Arema FC dan tim tamu Persebaya Surabaya rampung digelar pada Sabtu (1/10/2022) malam WIB.

Setelah pertandingan Arema Fc dan Persebaya tuntas dengan skor 3-2 untuk kemenangan tim tamu, sejumlah oknum suporter Arema FC dilaporkan turun ke lapangan.

Para oknum suporter Arema FC turun ke lapangan karena tidak puas dengan hasil akhir pertandingan.

Sebanyak 125 orang meninggal dunia dan belasan orang diantaranya yakni anak-anak usia dibawah 12 tahun.

Menurut Direktur Marketing perusahaan pengelola Sriwijaya FC tahun 2013-2018, Nirmala Dewi menyebut stadion sepak bola harusnya menyediakan tribun khusus perempuan dan anak.

"Saya sedih dan prihatin sekali atas kejadian di Stadion Kanjuruan. Apalagi mendengar ada seorang ibu meninggal karena berupaya mencari anak dan suaminya saat kejadian," kata Nirmala Dewi, Senin (3/10/2022)

Nirmala yang kini menjabat Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Indonesia Seluruh Indonesia mengaku berduka atas tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur.

Untuk itu, sebagai penggiat olahraga, Nirmala mendesak pemerintah membuat regulasi yang didalamnya mengatur mengenai pemberian tempat khusus untuk anak-anak dan perempuan.

"Jangan sampai kejadian ini menimbulkan dampak buruk sehingga memunculkan ketakutan para ibu untuk menonton pertandingan sepak bola," katanya

Padahal dalam pertandingan olahraga itu banyak hal baik yang dapat dicontoh seperti sportivitas, semangat juang pantang menyerah dan solidaritas.

Olahraga sangat baik untuk pembentukan karakter anak.

Menurut Nirmala Dewi, hingga kini belum ada kiat ampuh untuk mencegah konflik antarkelompok suporter. 

Adanya militansi berlebihan terhadap klub menjadi pemicu utama konflik sering terjadi, apalagi jika tim kesayangan mengalami kekalahan. 

Nirmala mengaku sempat juga dihadapkan pada perseteruan antarsuporter saat menjadi bagian manajemen Sriwijaya FC asal Sumatera Selatan.

"Bedanya di Sriwijaya FC itu konfliknya bersifat internal karena ada tiga kelompok suporter," kata Nurmala 

Baca juga: Resmi, Kapolri Copot Kapolres Malang, AKBP Ferli Hidayat, Usai Kerusuhan Kanjuruhan Malang, Nasibnya

Menurutnya, sudah ada program klub untuk mengedukasi para suporter.

Namun disayangkan, program tersebut tidak berjalan dengan konsisten atau hanya bersifat spontan setelah adanya kerusuhan.

"Untuk itu, program edukasi kepada supporter sebaiknya dilakukan secara konsisten. Jangan pada saat setelah kejadian saja agar mereka merasa dilibatkan," cetusnya.

Lalu mengenai pengaturan posisi duduk untuk perempuan dan anak juga perlu diatur, sehingga jika terjadi hal darurat dapat mengurangi resiko korban terhadap perempuan dan anak-anak.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved