Kerusuhan Arema Vs Persebaya
Kerusuhan Arema FC vs Persebaya : Langgar Aturan FIFA, Kapolri Diminta Copot Jabatan Kapolres Malang
DIketahui, gas air mata diyakini menjadi faktor banyaknya korban berjatuhan di Tragedi Kanjuruhan pasca-laga Arema vs Persebaya di Liga 1 Indonesia.
TRIBUNSUMSEL.COM - Kerusuhan Arema FC vs Persebaya yang menelan setidaknya 174 korban jiwa tampaknya berbuntut panjang.
Akibat kerusuhan Arema FC vs Persebaya ini, jabatan Kapolres Malang, AKBP Ferli Hidayat terancam dicopot.
Pasalnya, AKBP Ferli Hidayat menjadi orang yang paling bertanggung jawab karena penembakan gas air mata saat terjadi kerusuhan Arema FC vs Persebaya.
Kapolri, Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo diminta untuk mencopot jabatan AKBP Ferli Hidayat.
DIketahui, gas air mata diyakini menjadi faktor banyaknya korban berjatuhan di Tragedi Kanjuruhan pasca-laga Arema vs Persebaya pada Sabtu, (1/10/2022) malam WIB.
Hingga artikel ini dibuat, laporan dari Wakil Gubernur Jatim, Emil Dardak, menyebutkan sudah ada 174 nyawa yang hilang di tragedi Kanjuruhan.
Seperti yang kita tahu, kericuhan terjadi di Stadion Kanjuruhan pasca-laga Arema vs Persebaya yang berakhir dengan skor 2-3.
Supporter tuan rumah, Arema FC merasa kecewa dengan kekalahan Singo Edan dan merangsek masuk ke lapangan Kanjuruhan.
Ketua Indonesia Police Watch (IPW), Sugeng Teguh Santoso menyoroti sistem keamanan yang dipakai oleh aparat kepolisian guna mengamankan kericuhan.
Menurutnya, penggunaan gas air mata menjadi pemicu banyaknya korban berjatuhan di tragedi kanjuruhan laga Arema vs Persebaya.
"Akibat gas air mata, banyak penonton yang sulit bernapas dan pingsan." kata Sugeng Teguh Santoso dalam keterangan yang diterima Tribunnews, Minggu (2/1/2022).
"Sehingga, banyak jatuh korban yang terinjak-injak di sekitar Stadion Kanjuruhan Malang," lanjutnya.
"Karena itu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit juga harus mencopot Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat yang bertanggung jawab dalam mengendalikan pengamanan pada pertandingan antara tuan rumah Arema FC Malang melawan Persebaya," katanya.
Faktanya, penggunaan gas air mata dalam keaaman sepakbola sudah dilarang oleh bapak federasi sepakbola dunia, FIFA.
Aturan itu tertuang dalam regulasi FIFA terkait pengamaman dan keamanan stadion atau FIFA Stadium Safety and Security Regulations, tepatnya pasal 19 poin b.
"No firearms or 'crowd control gas' shall be carried or used"
"Senjata api atau 'gas pengendali massa' tidak boleh dibawa atau digunakan," demikian bunyi aturan tersebut.
Baca juga: Presiden FIFA Akhirnya Bicara Soal Kerusuhan Arema FC vs Persebaya yang Telan 174 Korban Jiwa
Baca juga: Alasan PT LIB dan Panpel Tetap Gelar Arema FC vs Persebaya Sesuai Jadwal, Saat Polisi Minta Majukan
Polisi Minta Jadwal Arema FC vs Persebaya Dimajukan
Kerusuhan Arema FC vs Persebaya terjadi dalam lanjutan di Liga 1 Indonesia, usai Arema FC menelan kekalahan dari Persebaya.
Polres Malang sebenarnya sudah mewanti-wanti terjadi kerusuhan antara Arema FC vs Persebaya.
Bahkan, Polres Malang sudah mengirimkan surat ke PT LIB agar jadwal pertandingan Arema FC vs Persebaya ini dimajukan demi keamanan.
Namun, nyatanya PT LIB menolak hal tersebut, dan pertandingan Arema FC vs Persebaya tetap berjalan sesuai jadwal.
Seperti diektahui, Pertandingan antara Arema FC vs Persebaya yang digelar di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) sempat diminta oleh Polres Malang untuk dimajukan pada pukul 15.30 WIB.
Hal ini berdasarkan surat yang diterima Tribunnews.com terkait permohonan perubahan jadwal pertandingan.
Pada surat tersebut tertulis bahwa Polres Malang meminta kepada panitia pelaksana (Panpel) Arema FC agar mengajukan surat permohonan perubahan jadwal pertandingan ke PT LIB.
Permintaan tersebut merujuk pada Surat Panpel Arema FC Nomor: 014/PANPEL/ARM/IX/2022 tertanggal 12 September 2022 tentang rekomendasi pertandingan dan bantuan keamanan pertandingan sepakbola antara Arema FC dan Persebaya.
Serta Perkiraan Intelejen Singkat Nomor: R/KIRKAT-110/IX/2022/Intelkam tertanggal 13 September 2022 tentang kerawanan sepak bola Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya.
“Sehubungan dengan rujukan di atas, bersama ini mohon bantuannya kepada Panpel Arema FC agar mengajukan surat permohonan perubahan jadwal pertandingan sepakbola BRI Liga 1 Tahun 2022 kepada PT Liga Indonesia terkait rencana pertandingan sepakbola antara Arema FC vs Persebaya pada hari Sabtu tanggal 1 Oktober 2022 yang sedianya main pada pukul 20.00 WIB agar diajukan menjadi pada pukul 15.30 WIB dengan pertimbangan keamanan,” demikian tertulis dalam surat tersebut.
Adapun surat tersebut ditandatangani oleh Kapolres Malang, AKBP Feri Hidayat tertanggal 18 September 2022.
Balasan PT LIB: Pertandingan Digelar Sesuai Jadwal
Menanggapi surat permohonan itu, PT LIB mengirimkan surat balasan kepada pihak manajemen Arema FC tertanggal 19 September dengan nomor surat 497/LIB-KOM/IX/2022.
Pada isi surat tersebut, PT LIB menegaskan bahwa pertandingan antara Arema FC vs Persebaya tetap digelar sesuai jadwal yaitu pada Sabtu (1/10/2022) pukul 20.00 WIB.
“Maka perkenankanlah kami PT. Liga Indonesia Baru (PT.LIB) menyampaikan bahwa meminta kepada Klub Arema FC untuk berkoordinasi secara optimal kepada pihak keamanan dalam hal ini khususnya dengan KAPOLRES Malang untuk TETAP melaksanakan pertandingan BRI Liga 1-2022/2023 NP antara Arema FC vs Persebaya Surabaya DILAKSANAKAN SESUAI DENGAN JADWAL YANG TELAH DITENTUKAN,” demikian tertulis dalam surat dari PT LIB yang diterima Tribunnews, Minggu (2/9/2022).
Baca juga: Kerusuhan Arema FC vs Persebaya : Kini Sepakbola Indonesia Jadi Sorotan Media Luar Negeri, Dampaknya
Baca juga: Bos Arema FC Juragan 99 Terpukul dengan Tragedi Kanjuruhan, Unggah Pita Putih di Akun Instagramnya
Surat tersebut ditandatangani oleh Dirut PT LIB, Akhamd Hadian Lukita. Diketahui, kerusuhan terjadi di Stadion Kanjuruhan seusai pertandingan Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya.
Pada update terbaru, korban meninggal dunia mencapai 130 orang dan korban luka-luka sebanyak 191 orang.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Wiyanto Wijoyo.
“Korban meninggal dunia 130 orang. Luka-luka total 191 orang. Yang jelas itu mereka berdesak-desakan, diinjak-injak,” ujarnya dikutip dari Breaking News Kompas TV, Minggu (2/9/2022).
Sementara terkait penyebab kerusuhan bisa terjadi, Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta mengungkapkan motif para suporter Arema FC turun ke lapangan dengan maksud berusaha mencari pemain official Arema FC.
“Mereka bermaksud menanyakan ke pemain dan official kenapa sampai kalah (melawan Persebaya),” jelasnya.
Merangseknya suporter Arema FC ke dalam lapangan membuat petugas keamanan melakukan upaya-upaya pencegahan.
Salah satunya dengan menembakkan gas air mata.
“Upaya-upaya pencegahan dilakukan hingga akhirnya dilakukan pelepasan gas air mata.”
“Karena sudah tragis dan sudah mulai menyerang petugas dan merusak mobil,” kata Nico.
Menurut Nico, ada sekitar 3.000 penonton turun ke lapangan dari total 40 ribu orang yang hadir menonton.
“Hanya sebagian 3.000-an yang turun ke lapangan sedangkan yang lain tetap di tribun stadion,” ujarnya.
Sementara terkait tindakan penembakan gas air mata, Nico mengungkapkan dalam rangka merespon terhadap kelakuan suporter.
“Semua ini ada sebab akibatnya, kami akan menindaklanjuti dan sekali lagi kami mengucapkan belasungkawa kita akan melakukan langkah-langkah agar tidak terjadi tragedi lagi,” kata Nico.
Jokowi Minta PSSI Hentikan Liga 1 BRI hingga Evaluasi Menyeluruh Selesai
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan PSSI untuk menghentikan sementara pertandingan Liga 1 BRI seusai terjadinya kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang saat Arema FC vs Persebaya bertanding pada Sabtu (1/10/2022).
“Untuk itu saya juga memerintahkan PSSI untuk menghentikan sementara Liga 1 sampai evaluasi dan perbaikan prosedur pengamanan dilakukan,” ujar Jokowi dalam konferensi pers yang ditayangkan di YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (2/10/2022).
Selain itu, Jokowi juga memerintahkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk melakukan investigasi terkait kerusuhan yang menewaskan 127 orang ini.
“Khusus kepada Kapolri, saya minta investigasi dan mengusut tuntas kasus ini,” tegasnya.
Jokowi juga meminta Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin dan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawangsa untuk memantau terkait pelayanan terhadap korban luka akibat kerusuhan ini.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga berharap tragedi kerusuhan ini menjadi insiden terakhir dalam sepakbola Indonesia.
“Saya menyesalkan terjadinya tragedi ini dan saya berharap ini adalah tragedi terakhir sepakbola di Tanah Air. Jangan sampai ada lagi tragedi kemanusiaan seperti ini di masa yang akan datang," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Surya Malang)(YouTube Kompas TV)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com