Santri Gontor Tewas
Di Palembang, Wapres Maruf Amin Bicara Soal Santri Gontor Meninggal Diduga Dianiaya
Wakil Presiden (Wapres) RI Prof. Dr. K. H. Ma'ruf Amin turut buka suara tekait kasus santri gontor meninggal diduga dianiaya.
Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Yohanes Tri Nugroho
Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Linda Trisnawati
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Kasus AM, santri Pondok Modern Darussalam Gontor 1 Ponorogo Jawa Timur (Jatim) meninggal diduga dianiaya viral di media sosial (Medsos).
Kasus santri asal Palembang meninggal diduga dianiya itu kini telah ditangani oleh pihak kepolisian.
Wakil Presiden (Wapres) RI Prof. Dr. K. H. Ma'ruf Amin turut buka suara tekait kasus santri meninggal itu.
Menurutnya, kalau memang dari pihak keluarga mau diproses segera diproses.
"Sebenarnya jubir saya juga sudah menyampaikan pertanyaan itu. Saya kira itu kalau memang dari pihak keluarga mau diproses segera diproses," kata Ma'ruf Amin saat di Bank Sumsel Babel, Rabu (7/9/2022).
Menurut Ma'ruf Amin, dengan adanya kejadian ini diharapkan masyarakat tidak mendiskreditkan pesantren.
Karena dari dulu semua pesantren mendidik santrinya, agar beraklah mulia.
"Tujuan pesantren itu ada dua pertama memberi ilmu yaitu ilmu agama dan paham agama. Kedua memiliki akhlak yang mulia," ungkapnya
Menurut Ma'ruf Amin, memang belakang ini terjadi seperti itu, mestinya kan akhlak nya dibangun untuk menghormati satu sama lain, menghargai, dan mencintai.
"Kenapa sampai kejadian ini terjadi, nah ini juga yang masih menjadi perhatian kita," kata Ma'ruf Amin singkat
Sang Ibu Menangis di Makam
Kesedihan mendalam masih sangat dirasakan pasangan suami istri, Soimah dan Rusdi atas meninggalnya, AM (17) anak mereka santri Gontor yang meninggal diduga dianiaya di Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) Ponorogo, Jawa Timur.
Saat mendatangi makam anaknya di TPU Sei Selayur Jalan Mayor Zen Kecamatan Kalidoni Palembang, Soimah dan Rusdi sama-sama tak kuasa menahan tangis mengenang anaknya santri Gontor meninggal dugaan dianiaya.
Tangisan keduanya makin pecah manakala lantunan ayat suci Al-Quran dibacakan untuk almarhum AM, santri Gontor meninggal dugaan dianiaya
"Umi lanjutkan perjuanganmu ya Nak," ucap Soimah dengan berurai air mata di depan kuburan anaknya, Rabu (7/9/2022).
Sesekali Soimah menyeka air mata sang suami, meski tangisnya sendiri sulit dibendung.
"Saya tetap memohon keadilan bagi anak saya. Tetap saya memohon doa atas perjuangan ini," ujarnya.

Soimah sangat berharap tindak kekerasan hingga mengakibatkan korban jiwa seperti yang dialami anaknya tidak akan terulang kembali.
Apalagi kekerasan itu sampai terulang di lembaga pendidikan.
"Semoga kejadian serupa tidak terjadi ke anak-anak lain. Bukan hanya di pondok tapi juga di lembaga pendidikan lain. Cukup dia anak saya saja," ujarnya.
Polisi Akan Autopsi Jenazah AM
Tim forensik gabungan Polres Ponorogo dan Polda Sumsel berencana akan membongkar makam santri asal Palembang berinisial AM (17), Kamis (6/9/2022).
Diketahui, AM santri asal Palembang meninggal dunia karena diduga jadi korban kekerasan di Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) Ponorogo, Jawa Timur.
Dokter Forensik RS Bhayangkara Moh Hasan Palembang, AKBP Mansuri saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya telah siap untuk melakukan proses autopsi terhadap jenazah santri AM.
Namun proses itu dilakukan mesti atas izin dari keluarga.
"Memang direncanakan Kamis karena besok (Rabu) masih ada kunjungan RI 2 (di Palembang). Cuma info terakhir yang saya terima, katanya masih menunggu persetujuan keluarga. Jadi belum tau," ujarnya saat dikonfirmasi, Selasa (6/9/2022).
Meski demikian, Mansuri sendiri belum bisa memastikan tim gabungan yang akan turun guna melakukan proses autopsi tersebut.
"Kalau dari kita (RS Bhayangkara Palembang) malam ini mau laporan. Mungkin dari Mabes ada yang mau datang juga. Kalau dari Palembang ada saya dan mungkin ditambah dr Indra yang turun," ujarnya.
Untuk diketahui, jenazah AM sendiri telah dimakamkan sekira dua minggu lamanya di TPU Sei Selayur Jalan Mayor Zen Palembang.
Mansuri menjelaskan, kondisi lahan pemakaman juga akan bisa menjadi faktor penyebab kesulitan saat melakukan proses autopsi.
"Yang jelas proses pembusukan jenazahnya akan lebih cepat apalagi di pemakamannya yang struktur tanahnya basah atau lembab," ujarnya.