Kapan Rebo Wekasan 2022? Ini Jadwal Lengkap Pengertian Serta Asal-usulnya
Artikel ini memuat tentang kapan jadwal Rebo Wekasan beserta pengertian serta asal-usulnya.
Penulis: Novaldi Hibaturrahman | Editor: Novaldi Hibaturrahman
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG- Simak kapan jadwal Rebo Wekasan beserta pengertian serta asal-usulnya.
Rebo Wekasan merupakan tradisi turun temurun yang diperingati masyarakat daerah Jawa Tengah dan juga di daerah luar pulau Jawa.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tradisi Rebo Wekasan berupa tahlilan atau zikir berjemaah, salat sunah untuk tolak bala, dan berbagi makanan dalam bentuk selamatan.
Tahun ini, Rebo Wekasan akan jatuh bertepatan dengan Rabu 21 September 2022.
Lantas apa itu Rebo Wekasan? Berikut penjelasan singkatnya.
- Defenisi Rebo Wekasan
Rebo Wekasan adalah ritual tradisi masyarakat Jawa pada hari Rabu terakhir Bulan Safar atau bulan ke dua penanggalan Hijriyah.
Adapun nama lain dari Rebo Wekasan adalah adalah Rabu Pamungkas, Arba Mustakmir, atau Arba Musta'mir.
Sejumlah masyarakat percaya di waktu itu akan turun bencana dan sumber penyakit, sehingga harus melaksanakan sejumlah ritual tradisi tolak bala.
- Asal-usul Rebo Wekasan
Mengutip dari Kompas.com, Rebo Wekasan pertama kali diadakan pada masa Wali Songo, di mana banyak ulama yang menyebutkan bahwa pada bulan Saffar, Allah menurunkan lebih dari 500 macam penyakit.
Untuk mengantisipasi penyakit dan agar terhindar dari musibah, banyak ulama melakukan tirakatan dengan banyak beribadah dan berdoa.
Tujuannya adalah supaya Allah menjauhkan dari segala penyakit dan malapetaka yang dipercaya diturunkan pada hari Rabu terakhir bulan Safar.
Hingga sekarang, tradisi itu masih dilestarikan oleh sebagian umat Islam di Indonesia dengan sebutan Rebo Wekasan.
Sementara itu, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa tradisi Rebo Wekasan muncul pada awal abad ke-17 di Aceh, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku
Tradisi Rebo Wekasan juga memiliki nama-nama lain di berbagai daerah.
Di Aceh, tradisi Rebo Wekasan dikenal dengan istilah Makmegang, di mana ritualnya dilakukan di tepi pantai dengan berdoa bersama yang dipimpin oleh seorang Teungku, dan diikuti oleh tokoh agama, tokoh masyarakat dan berbagai elemen warga Aceh.