Pilpres 2024
Pengamat Wanti-wanti Prabowo Jangan Sampai Terbuai: Pemilih PKB Belum Tentu Mau Pilih Cak Imin
Pengamat mewanti-wanti Prabowo jangan salah langkah jika menggandeng Cak Imin di Pilpres 2024.
TRIBUNSUMSEL.COM - Pengamat mewanti-wanti Prabowo jangan salah langkah jika menggandeng Cak Imin di Pilpres 2024.
Sebab pengamat menilai pemilih PKB belum tentu memilih Cak Imin di Pilpres.
Koalisi Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Gerindra sangat menguntungkan dilihat dari keterpilihan partai, tapi bisa rumit dalam konteks pemilihan calon presiden dan wakil presiden maupun saat Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar diduetkan pada 2024 nanti.
Analisis itu diungkapkan Direktur Ekseksutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, tentang untung rugi PKB-Gerindra ketika nanti jadi mengusung Prabowo-Cak Imin di 2024.
Hal ini lantaran, secara elektabilitas Cak Imin masih belum tinggi dan para pemilih Nahdliyin atau PKB yang belum tentu semuanya ke Cak Imin.
“Dalam beberapa simulasi survei, pasangan Prabowo-Imin kalah jika berhadapan dengan nama besar Ganjar-RK atau Ganjar-Sandi. Atau Prabowo-Imin kalah jika melawan Anies-AHY,” paparnya kepada KOMPAS.TV Selasa (9/8/2022).
“Itu artinya, jika Prabowo-Cak Imin jadi berpasangan tentu butuh kerja keras," kata dia. "Baik dari segi Prabowo maupun Cak Imin."
Ia lantas menjelaskan lebih lanjut tentang keduanya yang harus memastikan angka psikologis keduanya untuk bertarung di gelanggang pemilu 2024.
Prayitno memaparkan, “pasangan ini harus memastikan bisa menyentuh angka psikologis 45 persen ke atas sebagai modal bertanding.”
“Sementara dari segi Cak Imin harus bisa memastikan bahwa elektabilitasnya naik, terutama mengkonversi suara PKB yang 9,6 persen menjadi suara Cak Imin," sambungnya. "Karena sejauh ini ada jarak pemilih PKB dengan pemilih Cak Imin."
Jarak itu, katanya, yang menyebabkan Gerindra harus pintar-pintar melihat adanya potensi tidak bulatnya suara PKB ketika nanti menduetkan Prabowo-Cak Imin sebagai capres dan cawapres.
“Dengan kata lain, pemilih PKB tak otomatis pilih Imin," sambungnya.
Sebabnya, menurut dia, lantaran adanya perbedaan politik di internal Nahdliyin, serta PKB yang disebutnya bisa berbeda dengan PBNU maupun Gusdurian yang dinilai akan sulit merapat ke PKB.
Sebelumnya seperti diberitakan KOMPAS.TV, kedua partai itu bersama-sama ke KPU untuk melakukan pendaftaran Pemilu 2024 pada 8 Agustus 2022.
Mereka disinyalir tinggal menunggu waktu mengumumkan koalisi yang disebut akan bernama Kebangkitan Indonesia Raya, diambil dari nama PKB dan Gerindra.