Putra Ridwan Kamil Hilang di Swiss
Kisah Perjuangan Ridwan Kamil saat Eril Anaknya yang Hilang Masih dalam Kandungan,Tak Seindah Drakor
Ridwan Kamil bercerita pengalaman jadi pekerja migran atau TKI selama 7 tahun dari 1997 hingga 2004.
Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNSUMSEL.COM, BANDUNG - Mengingat cerita perjuangan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, saat putra sulungnya Emmiril Kahn masih dalam kandungan Atalia Praratya.
Cerita itu dikisahkan Ridwan Kamil dalam pertemuan dengan BP2TKI di Gedung Sate pada 29 Maret lalu.
Diketahui, Eril, sapaan Emmiril Kahn, kini tengah dicari usai dinyatakan hilang di Swiss.
Eril hilang dibawa arus saat berenang di Sungai Aare, Bern, Swiss pada Kamis (26/5/2022).
Hingga berita ini terbit, Eril belum ditemukan.
Eril lahir di Amerika Serikat.
Ridwan Kamil bercerita pengalaman jadi pekerja migran atau TKI selama 7 tahun dari 1997 hingga 2004.
Dengan rincian, 4,5 tahun bekerja di Amerika Serikat dan selama 2,5 tahun di Hongkong, sebagai arsitek.
Baca juga: Sorot Mata Ridwan Kamil Disorot saat Layani Foto Bersama Usai Bekerja di Tengah Hilangnya Eril
Emmiril Kahn lahir saat Ridwan Kamil bertahan hidup sebagai pekerja migran di New York, Amerika Serikat.
Bukan cerita sukses awalnya yang didapat Ridwan Kamil.
Ia pernah mengalami PHK, bahkan sempat tercatat sebagai warga miskin penerima bantuan sosial.
"Di tahun 1998, setahun setelah jadi PMI saya di-PHK. Saat itu ekonomi Indonesia sedang krisis. Bayangkan, saya harus dipulangkan ke Indonesia, setelah setahun sebelumnya berangkat dengan bangga, diantar keluarga satu bus dadah-dadah. Tapi setahun kemudian harus pulang sebagai orang yang di-PHK," kata Ridwan Kamil.
Pilihan saat itu hanya dua. Pulang sebagai pecundang atau nekad bekerja di negeri orang, walau tanpa jaminan. Akhirnya setelah memohon agar visa-nya tidak dicabut, ia melamar ke sekitar 100 perusahaan di Amerika Serikat, dan hanya mendapat 5 kali kesempatan wawancara.
Baca juga: Ridwan Kamil : Kami Mohon Doa agar Eril Segera Ditemukan Dalam Keadaan Selamat dan Baik
Dua wawancara pertamanya tidak berjalan baik karena pihak perusahaan merendahkan kemampuannya sebagai arsitek dan memandang lulusan perguruan tinggi di Indonesia tidak prospektif.
Pada wawancara di perusahaan ketiga, ia akhirnya bisa diterima setelah percaya diri menyatakan ia sempat menjadi mentor komputer kepada rekan-rekannya di Indonesia.
Di perusahaannya ini, ia kemudian meniti karier dari bawah sampai menjadi kepercayaan perusahaan. Ia dipercaya mengerjakan proyek Beijing Finance Street. Dengan kerja kerasnya, ia sempat jadi bos setelah naik jabatan di perusahaan tersebut.
Namun cerita manis ini tak berlangsung seterusnya.
Baca juga: Eril Anak Ridwan Kamil Belum Ditemukan, Polisi Swiss Beberkan Proses Pencarian, Temukan 2 Kesulitan
Akibat kelalaian HRD yang lupa mengurus visa kerjanya, karier Ridwan Kamil harus terputus.
Di sinilah ia merasa sangat kesulitan, sendirian, karena saat itu ia tidak memiliki perlindungan sebagai PMI layaknya saat ini.
"Hidup saya tak seindah drama Korea. Saya ganti perusahaan ada empat kali, di perusahaan ketiga di-PHK lagi karena HRD lupa memperpanjang visa saya. Bagai disambar geledek di New York. Visa sudah expired, saya tidak bisa ngelawan. Makanya saya sekarang lahirkan Jabar Migrant Service Center supaya PMI lain tidak mengalami hal buruk yang saya alami," katanya.
Atalia Praratya Hamil Emmiril Kahn
Saat kena PHK untuk kedua kalinya, istri tercintanya Atalia Praratya hamil delapan bulan.
Ia dan istrinya tidak bisa segera pulang ke Tanah Air karena wanita hamil berusia delapan bulan tidak boleh naik pesawat.
Pilihan nekat saat itu, dia tetap bertahan hidup di Amerika walau tanpa visa.
"Di-PHK tidak ada pesangon, tidak ada asuransi, dan biaya melahirkan di Amerika Serikat itu Rp 70 juta, uang dari mana. Yang dilakukan, saya pun akhirnya pernah bekerja tanpa visa, dengan julukan ilegal migran. Saya kerjanya tukang ukur bangunan. Dengan gaji UMR, anjlok dari gaji profesional," katanya.
Akhirnya sang istri melahirkan anak pertamanya, di rumah sakit khusus warga miskin kota New York demi mendapatkan jaminan pembiayaan persalinan.
"Pendapatan saya yang di atas UMR itu nanggung, asuransi tidak punya dan gaji juga tidak cukup untuk membayar biaya persalinan. Saya minta gaji saya diturunkan sedikit di bawah UMR supaya masuk ke rumah sakit itu. Anak pertama Gubernur Jabar akhirnya lahir dengan status warga miskin kota penerima bansos," katanya.
Baru setelah dua bulan melahirkan anak pertamanya, yakni Emmiril Kahn Mumtadz, mereka pun baru bisa pulang ke Tanah Air.
"Itu jatuh bangun saya sebagai pekerja migran, semua sendiri. Saya tidak mau kisah saya ini terulang, makanya kalau ada apa-apa, PMI segera register di Jabar Migrant Service Center," tuturnya.
Emmiril Kahn Belum Ditemukan
Pencarian Emmeril Kahn di Sungai Aare, Bern, Swiss, pada hari kedua Jumat (27/5), belum membuahkan hasil. Gubernur Jabar Ridwan Kamil meminta doa masyarakat agar putra sulungnya segera ditemukan dalam kondisi selamat.
Melalui pesan singkat yang diterima Pemprov Jabar, Jumat (27/5) pukul 21.00 WIB, Ridwan Kamil mengatakan Tim SAR Swiss masih melakukan pencarian putra sulungnya yang hilang terbawa arus Sungai Aare tersebut.
"Mohon doanya agar putra kami, Emmeril Kahn Mumtadz dapat segera ditemukan dalam keadaan baik dan selamat. Sampai saat ini Tim SAR Swiss masih melakukan pencarian. Terima kasih atas perhatian dan dukungan doa dari Bapak Ibu sekalian," kata Ridwan Kamil.
Ia mengatakan informasi mengenai pencarian putra pertamanya tersebut akan terus diperbaharui melalui perwakilan keluarganya di Indonesia dan Kepala Biro Administrasi Pimpinan Setda Pemprov Jabar.
Sebelumnya diberitakan, perwakilan pihak keluarga yang merupakan paman Emmeril Kahn, Elpi Nazmuzaman, mengatakan sebelum kejadian, Emmeril Kahn bersama keluarga tengah mencari universitas dan beasiswa S2 untuk Emmeril dan adiknya, Cammilia Laetitia Azzahra.
Di sela waktunya di Swiss, Emmeril yang akrab disapa Eril ini berenang bersama adik dan temannya, namun adik dan temannya ini bisa menyelamatkan diri, sedangkan Emmeril terbawa arus.
"Dalam rangka kegiatan itu terjadi musibah, beliau hanyut saat berenang di sungai. Kami terima beritanya kemarin pukul 17.00 WIB. Pihak keluarga dibantu sangat baik oleh KBRI, Pak Dubes, beserta jajarannya," katanya.
"Berdasarkan informasi yang kami terima berdasarkan keluarga di lokasi, yang berenang Eril dan adiknya, sedangkan Bu Atalia tidak ikut, ditemani family kami yang ada di sana. Saat akan naik ke atas, ada kesulitan, kami tidak paham kondisinya, barangkali lalu ada arus, singkatnya yang lain bisa naik ke darat, Eril terbawa arus," tambah Elpi.
Ia mengatakan pencarian sudah dilakukan di hari pertama selama enam jam sepanjang matahari masih ada sinarnya dari siang samapi sore. Pencarian dihentikan pada saat gelap, jam 23.00 WIB dan di sana pukul 18.00, dan Emmeril belum ditemukan. Kemudian pencarian dilanjutkan pada hari kedua.
"Kami atas nama keluarga mohon doanya, agar dimudahkan bertemu dengan Eril dalam keadaan selamat. Tidak ada harapan yang bisa kami gantungkan kecuali kepada Allah SWT," katanya.
Baca berita lainnya di Google News