Berita Internasional
Volodymyr Zelensky Dinobatkan Sebagai Komunikator Perang Handal Penampilannya Jadi Sorotan Dunia
Penampilan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy selama invasi Rusia menyita perhatian dunia dan mungkin paling dinanti.
TRIBUNSUMSEL.COM - Situasi panas kini tengah terjadi Ukraina.
Hal tersebut tak lepas karena sejumlah serangan Rusia ke Ukraina.
Kini, sejumlah pro dan kontrapun muncul.
Penampilan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy selama invasi Rusia menyita perhatian dunia dan mungkin paling dinanti.
Zelenskyy adalah cerminan penderitaan dan semangat rakyatnya.
Kata-kata maupun penampilannya sering kali tegas, meski terkadang ia tampak kuyu.
Hanya beberapa hari sejak perang berkecamuk di negaranya, Zelenskyy didapuk menjadi komunikator dalam masa perang yang efektif dan menggugah.
Bahkan ia disandingkan dengan tokoh-tokoh perang dalam sejarah.
Zelenskyy hadir dengan sentuhan modern, yaitu dalam format siaran langsung di televisi dan media sosial yang membuat pesan yang ia sampaikan terasa lebih ‘personal.’
Wajah baby face Zelenskyy akhir-akhir ini tampak terlihat bengkak dan pucat, dengan janggut yang tumbuh samar-samar. Jas dan kemejanya telah diganti dengan pakaian bergaya militer berwarna hijau tentara. Suara seraknya menunjukkan kelelahan.
Dengan tampilan tersebut serta bantuan narasi atas keberaniannya menjadikan kisah yang tercipta seperti cerita David melawan Goliat yang perkasa dan menolak perjalanan yang aman keluar dari Tanah Airnya.
Semua hal tersebut terwujud dalam pernyataan yang ia sering sampaikan bahwa ia membutuhkan "amunisi, bukan tumpangan."
Begitulah kondisi terakhir mantan aktor dan komedian TV Ukraina, yang beberapa minggu lalu masih diremehkan dan disebut sebagai pemain politik pemula yang terlalu bersemangat untuk berkompromi dengan Moskow.
“Ini adalah pria yang pada dasarnya dianggap enteng, tidak mengerti apa yang ia kerjakan, serta akan dihancurkan oleh negara adidaya besar di sebelahnya. Dan hal itu tidak terjadi,” kata Andrew J. Polsky, seorang profesor ilmu politik di Hunter College di New York dan penulis buku tentang presiden AS pada masa perang.
"Saya pikir orang-orang benar-benar mengira bahwa ia akan melarikan diri dan saya pikir ia mengejutkan orang-orang dengan berbagi bahaya yang dapat dipahami orang-orang."