Berita Internasional

6 Hari Sembunyi di Bunker dan Minum dari Pipa, Kisah Mahasiswa Melarikan Diri saat Ukraina Diserang

Pada malam penggempuran, Soumya menceritakan ia dan teman-temannya meraih "apa pun yang mereka bisa" dan berlari ke toko kelontong, dan kemudian bunke

Editor: Weni Wahyuny
AFP/ARIS MESSINIS
Seorang pria menggunakan karpet untuk menutupi tubuh yang tergeletak di tanah setelah pemboman di kota Chuguiv, Ukraina timur. Kamis (24 Februari 2022), 

Ribuan mahasiswa India diyakini masih terdampar di Kharkiv sementara peluru artileri terus menggempur kota itu.

India telah menggencarkan upaya evakuasi di tengah kesulitan logistik untuk membawa pulang warganya.

Sekitar 12.000 mahasiswa sudah pulang sejauh ini, kata menteri luar negeri India.

Kementerian luar negeri negara itu menyarankan warga India untuk pergi ke daerah perbatasan dan menyeberang untuk naik penerbangan khusus dari Polandia, Hongaria, Slovakia, dan Rumania.

Mereka telah mengirim para menteri ke masing-masing negara ini untuk membantu upaya penyelamatan.

Seperempat dari 76.000 mahasiswa asing di Ukraina, kira-kira 20.000, adalah warga India, yang merupakan kelompok terbesar, menurut data resmi.

Banyak dari mereka mengambil jurusan kedokteran di universitas negeri, yang menyediakan pendidikan berkualitas dengan biaya terjangkau.

Banyak mahasiswa India juga tertahan di dekat atau di lintas perbatasan saat mereka melarikan diri dari pasukan Rusia ke arah barat.

Robin, yang hanya menggunakan nama depannya, juga berada di Kharkiv sampai Selasa tetapi berhasil naik kereta ke "suatu tempat di barat" negara itu pada sore hari.

Pria itu mengatakan ia hanya sempat membawa paspornya sebelum meninggalkan asrama - ia berharap bisa lebih siap, tetapi ketika serangan dimulai, ia berkata penggempuran begitu "ganas" sehingga "bahkan tidak ada waktu untuk berlari".

Robin, mahasiswa tahun ketiga di universitas kedokteran, berlindung di stasiun metro bawah tanah yang sama dengan Naveen, mahasiswa India yang tewas. Ia mengatakan mereka pergi sekitar waktu yang sama.

Saat Naveen keluar untuk membeli makanan, Robin dan teman-temannya berusaha mencari jalan ke stasiun kereta api.

Cuaca malam itu begitu dingin, kata Robin. Orang-orang tampak seperti siluet di bawah sorotan lampu depan saat mobil-mobil dengan panik melaju melewatinya, hanya untuk terjebak di depan gundukan puing-puing dari bangunan yang dihantam peluru artileri.

Ia bercerita tentang antrean mengular di toko kelontong dan bangunan-bangunan yang runtuh, beberapa tinggal tumpukan batu, dengan puing-puing dan kendaraan yang terbakar berserakan di sepanjang jalan.

"Saya masih mencari taksi ketika kami mendengar gemuruh ledakan dari jauh," katanya. "Beberapa menit kemudian kami mengetahui bahwa Naveen telah meninggal."

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved