Berita Nasional
Pimpinan KPK Buka Suara Soal Tuduhan Suka Berbohong oleh Novel : Saya Maafkan, Jangan Diperpanjang
Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron memaafkan tudingan Novel Baswedan terkait melakukan kebohongan terkait kegiatan rapat kerja (raker) di hotel
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama
TRIBUNSUMSEL.COM, JAKARTA - Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akhirnya buka suara terkait penyataan Novel Baswedan eks penyidik KPK soal pimpinan KPK suka berbohong.
Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron mengatakan memaafkan tudingan Novel Baswedan terkait melakukan kebohongan terkait kegiatan rapat kerja (raker) di hotel bintang 5 di Yogyakarta.
"Atas tuduhan suka berbohong dari Mas Novel kepada saya, saya maafkan dan tidak perlu diperpanjang lagi," kata Ghufron dalam keterangannya, Sabtu (30/10/2021).
Menurut Ghufron, Novel sepertinya lupa jikalau dua mantan pegawai KPK, eks Direktur Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi Giri Suprapdiono dan bekas Direktur Pembinaan Kerja Antarkomisi dan Instansi (PJKAKI) KPK Sujanarko sudah mengakui pernah mengikuti kegiatan rapat kerja (raker) serupa.
Bahkan kegiatan raker yang diikuti Giri Suprapdiono dan Sujanarko juga dilaksanakan di hotel bintang 5.
Kata Ghufron, dirinya merasa tak perlu mengklarifikasi hal tersebut kepada Giri Suprapdiono dan Sujanarko. Soalnya dia takut kalau nanti disebut berbohong lagi.
Baca juga: Raker di Hotel Mewah, Aktivis Ungkap Pemborosan Anggaran di KPK Sejak Firli Bahuri CS Jabat Pimpinan
"Mas Novel saja yang tidak mengetahui atau lupa, mengingat baik Mas Giri dan Pak Sujanarko dalam pemberitaan lain sudah mengakui mengikuti beberapa raker di tahun-tahun sebelumnya, juga di hotel bintang 5, itu saya tak perlu mengklarifikasi cukup tanya saja kepada Mas Giri dan Pak Sujanarko yang mengikuti kegiatan tersebut," kata dia.
"Kalau saya jelaskan nanti tidak percaya atau disebut bohong lagi, atau disebut anak-anak lagi setelah sampaikan ketidakkonsistenan kritiknya," lanjut Ghufron.
Dia kemudian menyindir, kenapa ketika mantan pegawai melakukan raker di hotel bintang 5 tak bersuara. Baru sekarang saat pimpinan jilid V raker di hotel berbintang, mereka baru bersuara.
"Dulu ketika dilaksanakan sendiri tidak bersuara, sekarang bersuara, silakan-lah masyarakat menilai," ujar Ghufron.
Seperti diberitakan sebelumnya, Novel Baswedan menyebut salah satu kelebihan Firli Bahuri cs ialah suka berbohong.
Hal itu disampaikan Novel untuk menyinggung Nurul Ghufron yang mengatakan bahwa raker di luar kantor KPK bukan baru kali ini saja digelar.
Seperti diketahui, saat ini pimpinan KPK jilid V tengah melaksanakan raker di salah satu hotel bintang 5, yaitu Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta.
"Salah satu kelebihan pimpinan KPK skrg adalah suka berbohong. Sebelumnya raker KPK paling di hotel bintang 3, Puncak, Bogor.
Tidak pernah di hotel bintang 5, booking 1 rumah makan dan acara sepeda santai di jam kerja. Coba ditunjuk dengan jelas," cuit Novel di akun Twitter miliknya @nazaqistsha.
Di kolom komentar di bawahnya, Novel juga mempertanyakan biaya perjalanan para pejabat KPK ke Yogyakarta untuk jumlah peserta sekitar 100 orang.
Meski terdapat maksud membantu menggerakkan sektor pariwisata yang terpukul karena pandemi Covid-19, Novel menilai upaya tersebut tidak bisa menggunakan uang negara.
"Kalau mau bantu gerakkan pariwisata, jangan pakai uang negara.
Apalagi bermewah-mewahan. Semoga tidak banyak pejabat yang tidak peka dan tidak malu seperti ini," kata Novel.
Diberitakan sebelumnya, Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron mengatakan raker digelar di Yogya, salah satunya agar APBN bisa terdistribusi ke daerah.
"Kalau kemudian hanya kami belanjakan di Jakarta, maka daerah tidak akan mampu menyerap atau menggunakannya sehingga kami laksanakan di Yogyakarta," kata Ghufron saat ditemui di sela acara raker KPK di Yogyakarta, Kamis (28/10/2021).
Dia menyebut setidaknya ada tiga agenda utama raker di Yogyakarta, yakni rapat tinjauan kinerja, evaluasi proses alih status pegawai KPK menjadi ASN, dan terakhir penyusunan struktur baru setelah pegawai lembaga antirasuah itu beralih menjadi ASN.
KPK, ujar Ghufron, merupakan bagian dari struktur ketatanegaraan yang turut menggunakan dana APBN yang di antaranya dihimpun dari penerimaan yang bersumber dari uang rakyat.
"Fungsi dari APBN adalah distribusi, bahwa uang yang dikumpulkan dari rakyat itu harus didistribusikan seluas-seluasnya kepada rakyat," ujarnya.
Ghufron menegaskan bahwa seperti tahun-tahun sebelumnya sejumlah kegiatan rapat di luar daerah diikuti seluruh pegawai, termasuk pejabat struktural yang kini sudah tidak menjadi bagian dari KPK.
"Misalnya Pak Giri (Giri Suprapdiono) dulu Direktur Dikmas (Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat) mereka juga ikut, Pak Koko (Sujanarko) juga ikut, Mas Febri sebagai Karo Humas KPK juga ikut.
Jadi (diikuti) semua struktur. Bukan hanya hari ini sebelum-sebelumnya ketika mereka masih menjadi bagian dari KPK pun menjadi bagian yang ikut serta," jelasnya.
"Jadi kalau kemudian sekarang dikritik, Anda yang bisa menyimpulkan sendiri," kata Ghufron kepada awak media.
Baca berita lainnya di Google News