Mayat Ibu dan Anak di Bagasi
Makam Ibu dan Anak yang Ditemukan Tewas di Bagasi Dibongkar, Berikut Penjelasan Baru Polisi
Makam korban bernama Amalia Mustika Ratu (24) dan ibunya, Tuti (54) dibongkar polisi pada Sabtu (2/10/2021) dengan tujuan untuk autopsi.
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nazmi Abdurahman
TRIBUNSUMSEL.COM, BANDUNG - Babak baru kasus tewasnya ibu dan anak di bagasi Alphard di Subang, Jawa Barat.
Makam korban bernama Amalia Mustika Ratu (24) dan ibunya, Tuti (54) dibongkar polisi pada Sabtu (2/10/2021) dengan tujuan untuk autopsi.
Diketahui, Amalia dan Tuti ditemukan mati tragis pada 18 Agustus dan mayatnya ditemukan di bagasi Toyota Alphard.
Hingga awal Oktober, kasus perampasan nyawa itu belum terungkap.
Namun, polisi masih terus bekerja mengungkap pelaku perampasan nyawa Amalia Mustika Ratu dan Tuti itu.
Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Erdi A Chaniago mengakui ada temuan baru dalam pengungkapan kasus perampasan nyawa tersebut.
Dikatakan Erdi, autopsi dilakukan untuk mencocokan dengan bukti dan petunjuk baru yang dimiliki penyidik.
"Jadi, kenapa kita lakukan autopsi lagi, karena kita sedang mencari kesesuaian antara bukti dan petunjuk yang telah kita temukan yang baru dengan penyebab kematian," ujar Kombes Pol Erdi A Chaniago, saat dihubungi Senin (4/10/2021).
Dari autopsi itu, kata dia, diharapkan adanya petunjuk baru terkait penyebab luka pada tubuh korban sebelum meninggal dunia.
"Kita tentunya ingin melihat lagi luka korbannya itu seperti apa. Apakah berasal dari benda tumpul atau benda tajam atau penyebab lainnya," katanya.
Dari autopsi ini, kata dia, nantinya akan ketahuan apakah korban sempat melakukan perlawanan atau tidak.
"Apakah itu ada perlawanan atau tidak, nanti itu kan dari autopsi kelihatan," ucapnya.
Autopsi ini, kata Erdi, dilakukan oleh tim gabungan dari Mabes Polri, Polda Jabar dan Polres Subang. Hanya saja, soal temuan baru kasus Subang itu, Kombes Pol Erdi A Chaniago tidak mengungkapnya.
"Tentunya hasilnya seperti apa, itu masih menjadi konsumsi internal penyidik," katanya.
Autopsi Libatkan Kombes Pol dr Sumy Hastry Purwanti
Salah satu anggota Polri yang melakukan autopsi ulang adalah Kombes Pol dr Sumy Hastry Purwanti. Di dunia forensik, terutama di Indonesia, sosok dr Sumy Hastry Purwanti bukan nama asing.
Ia sudah sering terlibat dalam proses identifikasi korban dari peristiwa besar di Indonesia.
Misalnya saja bencana gempa bumi Yogyakarta (2006), bom Hotel JW Marriott, Jakarta (2009), identifikasi jenazah teroris Noordin M Top (2009), gempa bumi Padang, Sumatera Barat (2009), dan kecelakaan pesawat Sukhoi SSJ-100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat (2012).
Dalam Kompas edisi 26 Agustus 2015, perempuan yang akrab disapa dr Hastry ini mulai fokus pada bidang forensik ketika terlibat dalam sebuah operasi di tempat kejadian pembunuhan pada 2000 silam.
Ketika itu, dr Hastry mendapat saran dari Kepala Satuan Reserse Kriminal Poltabes Semarang Ajun Komisaris Purwolelono untuk menekuni forensik.
”Ketika mendapat saran itu, saya termotivasi karena keahlian forensik ketika itu belum dimiliki polwan lain. Saya adalah polwan pertama yang menjadi dokter forensik,” kata Sumi.
Sejak saat itu, Sumi bergabung dalam berbagai operasi tim Identifikasi Korban Bencana atau Disaster Victim Identification (DVI) Polri.
Sumi merupakan perempuan pertama dari anggota tim forensik asal Indonesia. Tugas pertamanya ialah mengidentifikasi korban bom Bali I pada 2002.
Setelah itu, Sumi Hastry bertekad untuk mendalami bidang tersebut dengan melanjutkan studi kedokteran forensik di Universitas Diponegoro pada 2002-2005.
Di tengah proses studinya, Sumi mendapat tugas mengidentifikasi korban bom Kedutaan Besar Australia di Jakarta (2004), kecelakaan pesawat Mandala di Medan (2005), dan bom Bali II (2005).
Tak sampai di situ, ia juga terus menjalani pendidikan spesialisnya seperti mengikuti kursus DVI di Singapura pada 2006, kursus DNA di Malaysia (2007) dan kursus identifikasi luka ledakan di Perth, Australia (2011).
Perempuan kelahiran 23 Agustus 1970 ini juga pernah mengikuti sejumlah pertemuan ahli forensik dunia. Ia mengatakan, diperlukan ketelitian yang tinggi dan kesabaran dalam menentukan akurasi identitas jenazah.
”Saya lebih memilih tidak mengidentifikasi jenazah dibandingkan melakukan identifikasi yang salah,” kata dia.
Ia menyebutkan, kendala Tim DVI Indonesia terletak pada keinginan pihak keluarga atau pemerintah untuk segera mengetahui hasil identifikasi dalam waktu singkat.
"Ada dugaan, kami mempersulitlah. Padahal, semua membutuhkan proses agar hasil identifikasi kami dapat dipertanggungjawabkan," ujarnya.
Ketekunan dr Hastry dalam dunia forensik semakin telihat jelas ketika ia bekerja selama dua bulan penuh dalam tugas identifikasi korban pesawat AirAsia QZ 8501 pada 2015. Saat ini ia menjabat sebagai kepala Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Prof. Awaloeddin Djamin Semarang.
Sebelumnya pada 2019 Sumi pernah mengemban jabatan sebagai kepala Instalansi Forensik RS Bhayangkara Tk.I R. Said Sukanto.
Tangkapan layar media sosial Kombes Pol dr Sumy Hastry Purwanti yang melakukan autopsi ulang jasad Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu. (Tribunnewsbogor.com/kolase/istimewa)
Pasti Terungkap
Kombes Pol dr Sumy Hastry Purwanti ikut melakukan autopsi ulang jasad Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu. Hal tersebut terlihat dari laman Instagram Story dr Hastry.
Menurut pantauan TribunnewsBogor.com dari akun Instagram hastry_forensik, tampak dr Hastry tengah mengenakan seragam khusus warna biru.
Kemudian, bersama rekan-rekan yang lain, dr Hastry pun memulai untuk autopsi jenazah Tuti dan Amalia.
"Bismillah, mulai merumput lagi," tulis dr Hastry, Sabtu (2/10/2021).
Setelah pukul 17.00 WIB, dr Hastry pun memberi kabar kalau autopsi selesai. Menurut sang ahli forensik ini, ia yakin kalau penyebab sebenarnya kematian Tuti dan Amalia yang tewas itu akan segera terungkap.
Tak hanya itu, pelaku pembunuhan keji ibu dan anak di Subang tersebut juga akan terbongkar.
"Alhamdulillah, ini baru selesai TKP Subang. Pasti terungkap," tulis dr Hastry.
Sang ahli forensik ini mengaku sangat bersemangat melakukan tugasnya demi menguak kebenaran di balik pembunuhan ibu dan anak di Subang.
Bahkan dr Hastry ikut mendoakan kedua almarhumah Tuti dan Amalia agar bisa meninggal dengan tenang.
"Semangat nanti lanjut malam lagi. Semangat demi kemanusiaan, kasihan almarhumah menunggu. Biar korban tenang di sana," ucap dr Hastry.
Setelah itu, dr Hastry menyempatkan diri untuk berfoto di depan kantor Polres Subang.
Dalam caption, dr Hastry menyebut kebenaran akan segera terungkap.
"Percaya kamu bisa..karena utk kebaikan dan menolong sesama …Tuhan akan kasih kemudahan
#semoga terungkap #pasti terungkap #dokter polwan forensik #nevergiveup #kebenaran diatas segalanya," tulis dr Hastry.
Baca berita lainnya di Google News