Pelecehan Seksual Karyawan KPI Pusat

KPI Diserang Atas Kasus Pelecehan Seksual Karyawannya, 'Mari Tetap Kawal KPI'

Pelecehan seksual oleh sesama lelaki di Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) jadi perbincangan publik pembebasan Saipul Jamil dan penangkapan Coki Pardede

Editor: Slamet Teguh

TRIBUNSUMSEL.COM - Peristiwa pelecehan seksual oleh sesama lelaki di Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) jadi perbincangan publik di samping pembebasan Saipul Jamil dan penangkapan Coki Pardede.

Pasalnya kejadian itu berlaku di lembaga yang seharusnya menjaga mutu siaran.

Ironisnya justru di pusat lembaga pengawas penyiaran itu muncul peristiwa tercela itu.

Melihat kasus pelecehan seksual oleh karyawan KPI Pusat ini tenggelam oleh dua peristiwa itu, warganet tetap menyuarakan agar selalu mengawal kasus itu hingga tuntas.

Pendapat sebagian warganet dilantangkan ulang di media sosial oleh akun gosip Twitter, @AREAJULID, pada Kamis (2/9/2021) petang.

"Mari tetap kawal KPI," tulis admin melampirkan foto ilustrasi komik Spiderman.

Tenggelam oleh Saipul Jamil bebas dan penangkapan Coki Pardede, publik serukan agar tetap kawal kasus pelecehan seksual karyawan KPI pusat
Tenggelam oleh Saipul Jamil bebas dan penangkapan Coki Pardede, publik serukan agar tetap kawal kasus pelecehan seksual karyawan KPI pusat (Twitter/AREAJULID)

Pada foto itu, Coki Pardede digambarkan sebagai Spiderman yang coba menghalangi tertabraknya seorang anak kecil yang menyeberang di jalan.

Bus yang hendak menabrak dilambangkan sebagai warganet yang geram, sedangkan anak kecil itu disebut sebagai KPI.

Penggambaran ini cukup masuk akal mengingat kasus pelecehan itu sudah dilaporkan ke polisi pada 2019 tetapi tak digubris.

Justru masalah itu minta diselesaikan secara internal.

Tak heran warganet berkomentar minta agar tetap mengawal kasus itu sampai selesai.

"Makanya ketimbang fokus sama kasus coki Pardede, gw lbh fokus sama kasus KPI.

i mean public figure kena skandal narkoba udah banyak, tapi pembullyan di suatu instansi sosial itu yang jarang. Tetap kawal kasus KPI," saran @folksnghwa.

"AWAS AJA KALO GA SAMPE KELAR.

KUDU SAMPE TUNTAS DAN DICARI TAU SIAPA YANG BENER DAN SIAPA YANG SALAH," komentar @Ferignw21 dengan marah.

"Pantes aja acara tipi Indonesia ga berbobot. Rupanya isi manusianya kek gitu. Seram wak," kata @haejanie.

"Yaps... lebih fokus ngawal isu KPI ketimbang kabar mas mas tersesat. Soalnya lebih penting juga," tanggap @aku_mengasihimu.

Baca juga: Penyambutan Saipul Jamil Bebas dari Penjara Dicibir, Dibandingkan Pelaku Rudapaksa Anak di Korsel

Baca juga: Sikap Tegas Polisi Terhadap Terduga Pelaku Pelecehan Oknum Pegawai KPI

Nasib 7 Pelaku Pelecehan Seksual Karyawan KPI Pusat, Sanksi Tegas Diterapkan

Diberitakan Tribunsumsel.com sebelumnya melalui Tribunnews.com

Kasus dugaan pelecehan yang dilakukan oleh tujuh karyawan KPI Pusat menjadi viral.

Nasib tujuh pelaku bakal ditentukan hari ini oleh pimpinan mereka.

Seperti diketahui, MS seorang pria dibully dan dilecehkan.

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat mengagendakan bakal memeriksa para terduga pelaku pelecehan dan perundungan yang terjadi di lingkungan kerjanya.

Ketua KPI Pusat Agung Suprio mengatakan, pihaknya bakal melayangkan sanksi yang tegas jika para terduga pelaku yang jumlahnya sekitar 7 orang itu terbukti bersalah.

Tak hanya itu, Agung juga menyatakan, KPI akan siap mengikuti segala proses hukum yang berlaku jika nantinya ditemukan adanya indikasi kesalahan.

Bahkan, pihaknya dalam hal ini KPI berjanji, akan terbuka dan terus melakukan pendampingan terhadap terduga korban yang berinisial MS.

"Nanti kalau, sudah berkekuatan hukum tetap, nah inikan polisi yang bisa memberikan kepastian hukum atau kesalahan apapun itu, dan nanti ada pihak pengadilan kalau sampai kesana. Ya langkah-langkah itu harus ditempuh," kata Agung.

"Kalau misalnya korban ingin menuntaskan rasa keadilannya. KPI terbuka akan hal ini, bersedia mendamping korban," sambungnya.

Lebih lanjut, kata Agung, pihaknya juga akan menjadikan hasil keputusan dari pengadilan dan pihak kepolisian sebagai rujukan untuk memberikan sanksi tegas kepada terduga pelaku.

"Nanti kalau ada keputusan pengadilan atau dari kepolisian rujukan itu akan kami jadikan landasan untuk menindak tegas (terduga pelaku) dengan peraturan yang berlaku," ucap Agung.

Kendati begitu, dirinya tidak ingin menjabarkan hal tersebut lebih jauh.

Terpenting saat ini, kata dia adalah memeriksa terduga pelaku dan terduga korban agar kasus ini menjadi terang.

"Begitu juga korban dengan cara kami, juga kami akan mintakan keterangannya, dari situ baru kita bisa mengambil keputusan," katanya.

Sebelumnya, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat menyatakan, akan memanggil untuk memeriksa para terduga pelaku pelecehan seksual sesama pria berdasar perundungan yang terjadi di lingkungan kerja, Kamis (2/9/2021).

Ketua KPI Pusat Agung Suprio mengatakan para terduga pelaku saat ini masih aktif bekerja.

"Masih, masih di KPI, makanya besok ini kami panggil, besok akan kami panggil terduga pelakunya itu," kata Agung kepada saat dihubungi via telepon, Rabu (1/9/2021).

Kendati demikian kata dia, dalam pemanggilan terduga pelaku ini, pihaknya tidak akan menggabungkannya dengan pemanggilan terduga korban yang berinisial MS.

"Ya enggak, enggak (dipertemukan), terpisah (pemanggilannya)," ujar Agung.

Adapun para pihak yang rencana akan dipanggil seluruh karyawan atau terduga pelaku yang disebutkan MS dalam rilis resminya.

Terhitung dalam rilis tersebut ada 7 nama terduga pelaku yang melakukan pelecehan seksual berdasar perundungan.

"Itu yang disebut dalam rilis, (yang disebarkan korban), iya kami akan panggil besok," ujarnya.

Dalam rilis yang disebarkan MS, diketahui ada 7 nama terduga pelaku yang keseluruhannya berjenis kelamin pria.

Mereka adalah, RM alias O (Divisi Humas bagian Protokol di KPI Pusat); TS dan SG (Divisi Visual Data); RT (Divisi Visual Data); FP (Divisi Visual Data); EO (Divisi Visual Data); CL (ex Divisi Visdat, sekarang divisi Humas Bagian Desain Grafis); TK (Divisi Visual Data).

Kendati demikian, Agung tidak membeberkan mekanisme pemeriksaan terhadap para terduga pelaku tersebut.

Kronologi 

Beredar pesan dalam sebuah aplikasi pesan singkat di mana telah terjadi aksi perundungan hingga pelecehan seksual di lingkungan kerja Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat.

Adapun kabar tersebut tersiar melalui aplikasi pesan singkat dengan maksud untuk mendapatkan perhatian dari khalayak ramai bahkan ditujukan untuk Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

Dalam pesan tersebut, pria berinisial MS mengaku menjadi korban dari kejadian ini.

Dirinya menyatakan, kejadian tersebut telah dialaminya sejak 2012 silam.

"Sepanjang 2012-2014, selama 2 tahun saya dibully dan dipaksa untuk membelikan makan bagi rekan kerja senior," tulis MS dalam pesan yang diterima Tribunnews.com, Rabu (1/9/2021).

Dirinya menyatakan, kalau selama ini selalu menerima tindakan intimadasi dari rekan kerja yang dinilainya sudah senior.

Adapun, diketahui MS sendiri merupakan karyawan kontrak yang bekerja di KPI.

Ironisnya terduga pelaku yang ada dalam insiden ini merupakan sesama pria.

"Padahal kedudukan kami setara dan bukan tugas saya untuk melayani rekan kerja. Tapi mereka secara bersama sama merendahkan dan menindas saya layaknya budak pesuruh," ucapnya.

Dirinya mengatakan, sudah tak terhitung berapa kali rekan kerjanya tersebut melecehkan, memukul, memaki, dan merundung tanpa dirinya bisa melawan.

Hal itu karena, MS hanya seorang diri sedangkan para terduga pelaku melakukannya secara beramai-ramai.

"Mereka beramai-ramai memegangi kepala, tangan, kaki, menelanjangi, memiting, melecehkan saya dengan mencorat coret buah zakar saya memakai spidol," katanya.

Kejadian tersebut, kata dia membuatnya merasa trauma dan kehilangan kestabilan emosi.

Bahkan kata dia, kondisi ini telah membuat dirinya merasa stres merasa dihinakan bahkan mengalami trauma yang berat.

"Kadang di tengah malam, saya teriak teriak sendiri seperti orang gila. Penelanjangan dan pelecehan itu begitu membekas, diriku tak sama lagi usai kejadian itu, rasanya saya tidak ada harganya lagi sebagai manusia, sebagai pria, sebagai suami, sebagai kepala rumah tangga," katanya.

Tak tinggal diam, MS mengaku sudah membuat laporan ke berbagai pihak, termasuk Komnas HAM hanya saja dirinya diminta untuk meneruskan laporan tersebut terlebih dahulu ke pihak kepolisian.

Kendati begitu, keputusannya untuk membuat laporan ternyata malah membuat rekannya makin merundung dan mencibir dengan menyatakan kalau dirinya merupakan makhluk yang lemah.

"Sejak pengaduan itu, para pelaku mencibir saya sebagai manusia lemah dan si pengadu. Tapi mereka sama sekali tak disanksi dan akhirnya masih menindas saya dengan kalimat lebih kotor," ucapnya.

MS bahkan mengaku sempat tidak kuat untuk melanjutkan pekerjaan di KPI, hanya saja dirinya menyebut tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk tetap bisa bekerja.

"Saya tidak kuat bekerja di KPI Pusat jika kondisinya begini. Saya berpikir untuk resign, tapi sekarang sedang pandemi Covid-19 dimana mencari uang adalah sesuatu yang sulit," kata MS.

Di akhir, melalui pesan tersebut, dirinya berharap mendapat atensi lebih dari Presiden RI Joko Widodo untuk dapat menindaklanjuti insiden ini.

Sebab kata dia, sudah terlalu sering dirinya menerima cacian, rundungan hingga pelecehan seksual di lingkungan kerja KPI.

"Dengan rilis pers ini, saya berharap Presiden Jokowi dan rakyat Indonesia mau membaca apa yang saya alami," ucap MS.

"Tolong saya. Sebagai warga negara Indonesia, bukankah saya berhak mendapat perlindungan hukum? Bukankah pria juga bisa jadi korban bully dan pelecehan? Mengapa semua orang tak menganggap kekerasan yang menimpaku sebagai kejahatan dan malah menjadikanya bahan candaan?" katanya. 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved