Berita Internasional

Kondisi di Afghanistan Berubah Usai Dikuasai Taliban, Tak Ada yang Pakai Jins, Tak Ada Suara Musik

Kondisi di Afghanistan Berubah Usai Dikuasai Taliban, Tak Ada yang Pakai Jins, Tak Ada Suara Musik

Editor: Slamet Teguh
AFP/WAKIL KOHSAR
Unit pasukan khusus pejuang Taliban, Badri, berjaga-jaga ketika warga Afghanistan, berharap untuk meninggalkan Afghanistan, berjalan melalui gerbang masuk utama bandara Kabul di Kabul pada 28 Agustus 2021. 

TRIBUNSUMSEL.COM - Konflik panas masih terus terjadi di Afghanistan.

Hal itu tak lepas usai Taliban berhasil menguasai Afghanistan.

Selepas hal itu, Afghanistan, terutama di ibu kota Kabul, kini banyak berubah.

Apalagi setelah pasukan Amerika Serikat (AS) meninggalkan Kabul pada Senin (30/8/2021) .

Banyak pemandangan mencolok dan suara kehidupan kota di Afghanistan mulai berubah dan menyesuaikan diri dengan keadaan yang sama sekali baru.

Warga yang masih tertinggal di Kabul berusaha menyesuaikan diri dengan gaya tegas pemerintah baru mereka, Taliban.

Taliban sejauh ini berusaha menunjukkan wajah yang lebih sejuk kepada dunia.

Tak ada hukuman keras dipertontonkan di depan publik dan tak ada larangan menggelar hiburan rakyat seperti yang mereka terapkan saat berkuasa dulu, sebelum digulingkan pasukan Sekutu pada 2001.

Kegiatan budaya diperbolehkan, kata Taliban, sejauh tidak melanggar hukum Syariat dan budaya Islam Afghanistan.

Otoritas Taliban di Kandahar, kota kelahiran gerakan itu, menerbitkan perintah formal pekan lalu yang melarang stasiun radio memutar musik dan suara penyiar perempuan.

Namun bagi kebanyakan orang, tidak perlu perintah formal untuk melakukan itu.

Reklame warna-warni di depan salon-salon kecantikan sudah dicat ulang dan jeans telah diganti dengan pakaian tradisional.

Stasiun radio pun mengubah menu siaran mereka dengan musik pop Hindi dan Persia, yang terdengar seperti musik patriotik yang muram.

"Bukan karena Taliban memerintahkan kami mengubah apa pun. Kami mengganti program sekarang karena kami tidak ingin Taliban memaksa kami berhenti siaran," kata Khalid Sediqqi, produser stasiun radio swasta di Kota Ghezni.

"Lagi pula, tak seorang pun di negara ini berminat mencari hiburan, (karena) kami semua sedang syok," kata dia.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved