Berita Palembang

Badai Sitokin Hari ke Berapa? Sangat Berbahaya, Berikut Penjelasan Prof Yuwono

Prof Dr dr Yuwono MBiomed mengatakan sitokin adalah zat yang dikeluarkan oleh sel-sel imunitas terutama sel darah putih yang mengeluarkan sitokin.

Penulis: Sri Hidayatun | Editor: Yohanes Tri Nugroho
covid19.go.id
Badai Sitokin Hari ke Berapa? Sangat Berbahaya, Berikut Penjelasan Prof Yuwono 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG- Badai sitokin menjadi perbincangan hangat ketika Deddy Corbuzier terinfeksi COVID-19 dan mengalami badai sitokin beberapa waktu lalu. 

Sempat pamit dari podcastnya, ternyata Deddy Corbuzier mengaku hampir hampir meninggal lantaran terkena badan sitokin ini.

Lalu, apakah badai sitokin ini ?

Menurut Ahli Mikrobiologi Prof Dr dr Yuwono MBiomed mengatakan sitokin adalah zat yang dikeluarkan oleh sel-sel imunitas terutama sel darah putih yang mengeluarkan sitokin.

"Contoh  sitokin yakni tnf alfa,interlegen 6 itu yang terjadi pada pasien covid-19. Ini keluar pada pekan kedua," ujarnya,Senin (23/8/2021).

Kata dia, jadi untuk pekan pertama biasanya yang terjadi pada pasien yakni flu syndrom. 

"Jadi gejala-gejala flu saja namun pada pekan kedua ini masuk fase kritis dan ini sangat mungkin diujung pekan kedua muncul badai sitokin ini," tegas dia.

Karena kata Yuwono, saat negatif covid-19 bisa mulai hari 9 maka ada kejadian negatif hari ini bisa muncul ini.

"Contoh kasus seperti almarhum Syeikh Ali Jaber. Salah satu badai sitokin ini adanya memicu  pengentalan darah adanya tinggi kadar di daimer.Ketika itu kadar dia tinggi dan ketika beliau negatif ini masih tinggi, inilah yang terjadi pada Syeikh Ali Jaber terjadi badai sitokin walaupun ia sudah dinyatakan negatif ," beber dia.

Direktur RS Pusri ini menjelaskan sitokin ini adalah tujuannya melawan virus tapi virus sudah mati tetap dilawan sehingga tubuh yang kena makan.

Kata dia, badai sitokin ini kalau namanya badai itu angin yang kenceng banget.

"Nah yang harus ada rem dan dikurangi. Cara mengurangi yakni dengan teroid ada obat steroid anti untuk berkecamuknya di badan kita," tegas dia.

Lalu, antibodi morokronal yakni obat atemra yang harganya sampai Rp 13 juta dan cukup langka.

"Intinya obat-obatanya ini harusnya ketika diberi awal diindikasi ada badai sitokin," jelas dia.

Ahli Mikrobiologi Sumsel,  Prof Yuwono menjelaskan penyebab melonjaknya kasus Covid-19 di Sumsel
Ahli Mikrobiologi Sumsel, Prof Yuwono  (Tribunsumsel.com)

Tambah Yuwono, badai sitokin ini bisa dilihat sejak awal dari indikasi yakni periksa interlegen 6 kalau tinggi bisa terjadi badai sitokin.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved