Berita Mancanegara

Ini Sejarah Berdirinya Taliban di Afganistan, Gambaran Kekuatan Militer dan Sumber Persenjataan

Menurut Pusat Pemberantasan Terorisme AS di West Point, ada perkiraan yang memperlihatkan kekuatan inti kelompok Taliban berjumlah 60.000 orang

Editor: Wawan Perdana
AFP/ Zabi Karimi
Pasukan Taliban menguasai istana kepresidenan Afghanistan di Kabul Afganistan, Minggu (15/8/2021). Presiden Afghanistan Ashraf Ghani telah kabur meninggalkan tempat itu. 

TRIBUNSUMSEL.COM-Sejumlah orang yang turut berperang melawan Uni Soviet membentuk cikal bakal berdirinya organisasi Taliban.

Siapa Taliban di Afganistan? Organisasi ini ramai diperbincangkan setelah video viral masyarakat berdesakan di bandara hendak meninggalkan Afganistan.

Pada awal tahun 1990-an, Taliban berdiri di wilayah Pakistan utara.

Ada empat orang yang menjadi pendirinya. Dua diantaranya adalah Mullah Mohammad Omar dan Mullah Abdul Ghani Baradar.

Gerakan ini awalnya didominasi oleh orang-orang Pashtun dan pengaruhnya mulai terasa pada musim gugur 1994.
Cikal bakal gerakan ini adalah pesantren dengan sumber dana dari Arab Saudi.

Pesantren ini biasanya menganut aliran Sunni garis keras.

Janji Taliban di wilayah-wilayah kediaman warga Pashtun, yang tersebar di Pakistan dan Afghanistan, adalah memulihkan perdamaian dan keamanan jika mereka berkuasa.

Di kedua negara itu mereka memberlakukan atau mendukung hukum keras, seperti eksekusi di depan umum untuk kasus pembunuhan dan perzinahan serta potong tangan bagi para pencuri.

Diberlakukan juga aturan pakaian yang ketat, seperti perempuan yang menggunakan burka atau pria yang harus memelihara janggut.

Madrasah Pakistan Taliban tidak memperbolehkan televisi, musik, dan bioskop, serta melarang anak-anak perempuan berusia 10 tahun ke atas masuk sekolah.

Pakistan sudah berulang kali membantah sebagai arsitek berdirinya gerakan Taliban.

Namun, tak diragukan bahwa banyak warga Afghanistan yang bergabung dengan Taliban mendapat pendidikan di madrasah-madrasah Pakistan.

Pakistan juga merupakan satu dari tiga negara, bersama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab yang mengakui Taliban ketika mereka merebut kekuasaan di Afghanistan pada pertengahan 1990 hingga 2001.

Pemerintah Islamabad merupakan negara terakhir yang memutus hubungan diplomatik dengan Taliban, meski kemudian Pakistan menggunakan pendekatan keras untuk menghadapi Taliban yang melakukan serangan di dalam Pakistan.

Baca juga: Biodata Profil Mullah Baradar, Kandidat Presiden Baru Afganistan, Pendiri Taliban yang Ahli Strategi

Melawan korupsi

Warga Afghanistan, yang sudah bosan dengan Mujahiddin yang saling bertengkar setelah Uni Soviet keluar dari Afghanistan, pada umumnya menyambut baik Taliban ketika muncul pada masa awal.

Popularitas Taliban juga meningkat sejalan dengan keberhasilan memberantas korupsi maupun menegakkan hukum, serta membangun jalan di kawasan-kawasan yang aman untuk meningkatkan perdagangan.

Dari wilayah Afghanistan barat daya, Taliban kemudian meningkatkan pengaruh mereka dengan cepat.

Pada September 1995, mereka berhasil meraih Provinsi Herat yang berbatasan dengan Iran.

Setahun kemudian Taliban menguasai ibu kota Kabul dengan menyingkirkan Presiden Burhanuddin Rabbani dan Menteri Pertahanan Ahmed Shah Masood.

Tahun 1998, mereka sudah menguasai hampir 90 persen dari seluruh wilayah Afghanistan.

Namun, Taliban dituduh melakukan pelanggaran hak asasi maupun penindasan kebudayaan.

Salah satu contoh yang paling nyata adalah ketika Taliban menghancurkan patung Buddha, Bamiyan, yang amat terkenal di kawasan Afghanistan tengah walaupun dunia internasional berupaya mencegahnya.

Serangan 11 September

Perhatian terhadap penguasa Taliban di Afghanistan makin besar setelah serangan di World Trade Centre, New York, September 2001.

Mereka dituduh memberi perlindungan kepada Osama bin Laden dan Gerakan Al Qaeda, yang dianggap bertanggung jawab atas serangan di New York.

Tak lama setelah serangan 11 September, Taliban berhasil digulingkan dari kekuasaan di Afghanistan oleh pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat.

Namun, pemimpin Taliban Mullah Mohammad Omar tidak berhasil ditangkap, begitu juga Osama Bin Laden.
Setelah sempat melemah, dalam beberapa tahun belakangan ini Taliban muncul kembali dengan melancarkan sejumlah serangan bom bunuh diri maupun serangan lainnya.

Para pengamat menduga meningkatnya serangan di Pakistan antara lain disebabkan oleh tidak adanya koordinasi antara faksi-faksi Taliban dengan kelompok-kelompok militan lain.

Faksi utama Taliban di Pakistan, yang disebut Tehrik Taliban Pakistan (TTP), dipimpin oleh Hakimullah Mehsud, yang dituduh berada di belakang sejumlah serangan baru-baru ini di Pakistan.

Sementara Taliban di Afghanistan diperkirakan masih dipimpin oleh Mullah Omar, seorang ulama yang kehilangan mata kanannya saat berperang melawan pasukan pendudukan Uni Soviet pada dekade 1980-an.

Serangan pimpinan AS

Tanggal 7 Oktober 2001, pasukan koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat menyerang Afghanistan dan dalam waktu sepekan saja rezim Taliban jatuh.

Namun, Mullah Omar, sejumlah pemimpin senior Taliban, dan para pemimpin Al Qaeda selamat dari serangan itu dan berhasil bersembunyi.

Walau terus diburu oleh pasukan koalisi, Mullah Omar dan sebagian besar rekannya masih belum berhasil ditangkap.

Perlahan-lahan mereka juga tampaknya mulai menyusun kekuatan kembali di Pakistan dan Afghanistan, walau tetap berada di bawah tekanan tentara Pakistan dan NATO.

Kehadiran sejumlah besar pasukan asing tampaknya tidak menghalangi Taliban secara perlahan-lahan memperluas pengaruh mereka, sejalan dengan meningkatnya kembali serangan di Afghanistan dan Taliban beberapa waktu ini

Beberapa pihak menyarankan agar Taliban diikutsertakan di dalam pemerintahan Afghanistan pimpinan Hamid Karzai, walau saran itu tidak ditanggapi serius oleh dunia internasional.

Baca juga: Mengenal Afganistan, Negara di Benua Asia dengan Banyak Pegunungan, Baru Saja Dikuasai Taliban

Kekuatan Militer

Pasukan Amerika Serikat yang 20 tahun berada di Afganistan akhirnya angkat kaki. Selepas kepergian pasukan AS, Taliban dengan cepat menguasai setiap kota di Afganistan. Hingga dalam waktu singkat, mampu menguasai seluruh negeri ini.

Menurut Pusat Pemberantasan Terorisme AS di West Point, ada perkiraan yang memperlihatkan kekuatan inti kelompok Taliban berjumlah 60.000 orang.

Dengan tambahan kelompok milisi dan pendukung lainnya, jumlah mereka bisa melebihi 200.000 personel.

Akan tetapi, Dr Mike Martin mantan perwira tentara Inggris yang menguasai bahasa Pashto dan menelusuri sejarah konflik di Helmand dalam bukunya, An Intimate War, memperingatkan terlalu berbahaya mendefinisikan Taliban sebagai satu kelompok monolitik.

Sebaliknya dia menerangkan, "Taliban lebih mendekati sebuah koalisi longgar dari para pemegang waralaba independen, dan kemungkinan besar bersifat sementara, berafiliasi satu sama lain."

Dia mencatat bahwa pemerintah Afghanistan juga terbelah oleh berbagai kepentingan faksi-faksi di tingkat lokal.

Sejarah perubahan di Afghanistan menggambarkan betapa keluarga, suku, bahkan pejabat pemerintah mengalihkan dukungannya, acap kali untuk memastikan kelangsungan hidup mereka sendiri.

Taliban sering kali mengandalkan pasokan dananya dari perdagangan narkoba, tetapi mereka juga mendapat dukungan dari luar - terutama Pakistan.

Tidak lama berselang Taliban menyita senjata dan peralatan dari pasukan keamanan Afghanistan - beberapa di antaranya dipasok AS - termasuk kendaraan Humvee, piranti teropong malam, senapan mesin, mortir dan peralatan artileri.

Afghanistan dibanjiri pasokan senjata setelah invasi Soviet, dan Taliban sudah menunjukkan dapat mengalahkan kekuatan yang jauh lebih canggih.

Bayangkan efek mematikan dari bom rakitan Improvised Explosive Device (IED) dengan target pasukan AS dan Inggris. Faktor ini serta pengetahuan lokal dan pemahaman tentang medan perang, turut menjadi alasan kenapa Taliban susah terkalahkan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Sumber: Kompas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved