Berita Kriminal
Sudah Menangis Sambil Minta Ampun, Dua Anak Yatim Terus Dianiaya Pakai Kabel Listrik, Masalahnya Ini
Dua anak yatim ajdi korban penganiayaan di Gresik. Keduanya dianiaya dengan kabel listrik gegara persoalan mainan
TRIBUNSUMSEL.COM, GRESIK - Dua anak yatim di panti asuhan jadi korban penganiayaan di Gresik, Jawa Timur.
Dua anak yatim tersebut dianiaya dengan menggunakan kabel listrik di panti asuhan di Kecamatan Benjeng.
Dua bocah tersebut mengalami sejumlah luka di tubuh, dari bagian betis hingga paha, serta bagian pelipis.
Diduga, dua anak yatim dianiaya dengan kabel listrik karena mengambil hadiah dari mesin game pengambil boneka.
Dilansir dari Surya.co.id, dua anak yatim tersebut berinisial MFS dan DRS.
Usia mereka masih belasan tahun.
Sekarang mereka bersama ibunya di kos di kawasan Kebomas, Gresik.
Kedua bocah itu mengalami luka di kaki bagian betis hingga paha.
Punggung mereka juga memar.
Begitu juga di bagian pelipis.
Mereka menceritakan, luka-luka tersebut hasil dari penganiayaan yang didlakukan diduga anak pemilik panti asuhan berinisial M berusia kurang lebih 30 tahun.
Setelah diduga mendapatkan penganiayaan dari panti asuhan tersebut, kedua bocah itu berhasil kabur dari panti asuhan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, kasus penganiayaan itu bermula saat salah satu korban bermain salah satu mesin capit boneka dan membuat M marah.
Ditangani Satreskrim Polres Gresik
Setelah pihak keluarga melaporkan kasus dugaan penganiayaan tersebut, Satreskrim Polres Gresik turun tangan. Penyidik Polres Gresik sudah memeriksa sejumlah saksi.
"Saat sedang kami tangani, masih dalam proses penyelidikan," kata Kapolres Gresik AKBP Arief Fitrianto melalui Kasatreskrim Polres Gresik AKP Bayu Febrianto Prayoga, Kamis (5/8/2021)
Pihaknya telah melayangkan surat pemanggilan kepada pihak pelapor, saksi maupun terlapor.
Keluarga sebut masalah sepele
Kerabat korban, Iskandar Rasyid (40) geram bukan main dengan penganiayaan yang menimpa saudaranya.
Hanya karena masalah sepele, korban yang masih di bawah umur itu mengalami luka memar akibat penyiksaan.
Padahal mereka berdua hanya mengambil hadiah dari mesin game pengambil boneka karena gagal berkali-kali memainkan permainan tersebut.
Setelah itu, hadiah berupa mainan dengan harga yang tidak seberapa itu dikembalikan lagi.
Beberapa jam kemudian, pihak pengurus panti asuhan mengetahui.
Melakukan tindakan kekerasan secara membabi buta.
Terduga pelaku berinisial M ini langsung memukul korban yang masih kecil itu dengan sabetan kabel berulang kali.

Bocah sudah minta maaf
Kedua bocah itu sudah menangis meminta maaf bahkan memohon ampun namun tidak menghentikan aksi kekerasan itu hingga korban berdarah-darah di bagian paha pada Sabtu (31/7/2021).
Tidak hanya itu, korban MFS yang saat kejadian hanya menemani juga kena amuk.
Akibatnya, kedua anak itu mengalami babak belur akibat tindak kekerasan. DRS memar di bagian betis dan paha. Lalu, MFS mengalami memar di bagian betis dan pelipis mata sebelah kanan.
Dalam kejadian itu MFS sempat kabur dari panti asuhan dengan menahan rasa sakit di kakinya, berlari sekencang-kencangnya mencari pertolongan ke warga sekitar. Namun pengurus panti mengejar meminta ia kembali ke asrama.
“Korban diamankan, pihak panti datang dan diiming-imingi uang agar mau kembali dan tidak melaporkan peristiwa tersebut,” ucap Iskandar, Rabu (4/8/2021).
Terbongkar ketika ibu berkunjung
Kasus itu mulai terbongkar saat ibu dari kedua anak itu mengunjungi panti asuhan.
Melihat dua buah hatinya yang dititipkan di panti asuhan mendapat perlakuan seperti itu, dia langsung membawa pulang.
Sang ibu yang merupakan asisten rumah tangga hanya bisa mengelus dada.
Pendapatannya yang tidak seberapa membuatnya bertekad membesarkan dua buah hatinya. Sedangkan sang suami pergi entah kemana meninggalkan keluarga kecil ini.
Melihat anaknya dalam kondisi luka-luka, ibu korban melaporkan peristiwa ini ke ranah hukum.
Beberapa saudara korban termasuk Iskandar mendukung langkah tersebut. Pasalnya, perlakuan yang dialami kedua bocah malang itu tidak manusiawi.
"Sudah dilaporkan ke Polres Gresik dan juga visum,” terangnya.
Iskandar berharap kasus ini tidak terjadi lagi. Apalagu panti asuhan yang mestinya menjadi tempat aman bagi anak-anak. Apalagi mereka yang berada di sana, kebanyakan adalah anak broken home.
Dihubungi terpisah Pengasuh Panti Asuhan Ruslan menyebut apa yang dilakukan M adalah tindakan emosional sesaat, bentuk kecerobohan. Ruslan menyebut jika tidak ada tindak kekerasan di tempatnya.
“Kami berupaya diselesaikan secara kekeluargaan. Iya itu merupakan kecerobohan dan tindakan spontanitas yang tidak dibenarkan. Ini baru pertama kali terjadi,” kata Ruslan melalui sambungan seluler.