Malam Satu Suro

Apa itu Malam Satu Suro, Ini Asal Usulnya Hingga Tradisi yang Sering Dilakukan

Dalam kalender jawa malam tahun baru hijirah disebut sebagai malam 1 suro. Menurut kepercayaan setempat, malam 1 Suro dikenal sakral dan penuh aura m

Editor: M. Syah Beni
Ilustrasi/ Tribun Kaltim
Asal Usul Malam Satu Suro 

Mengutip pemberitaan Kompas.com, 10 September 2018, keputusan ini diambil setelah dilakukan perpaduan kalender Hijriah dan kalender Jawa. Sistem penanggalan Islam, sistem penanggalan Hindu, dan sedikit pengaruh penanggalan Julian dari Barat dipadukan.

Selanjutnya, Sultan Agung mengeluarkan sebuah dekrit. Dekrit itu menyatakan mengganti penanggalan Saka yang berbasis putaran matahari dengan kalender Qamariah yang berbasis putaran bulan.

Dengan adanya perubahan ini, maka setiap angka tahun Jawa diteruskan dan berkesinambungan dengan tahun Saka.

Sementara itu, dikutip dari belajar.kemdikbud.go.id, penetapan 1 Muharam sebagai awal kalender Islam dilakukan sejak zaman Khalifah Umar bin Khatab.

Untuk memperkenalkan kalender Islam pada masyarakat Jawa, maka Sunan Giri II membuat penyesuaian antara sistem kalender Hijriah dengan sistem kalender Jawa pada tahun 931 H atau 1443 tahun Jawa baru.

Pada saat itu, Sultan Agung menyerukan agar rakyatnya bersatu untuk melawan Belanda di Batavia demi menyatukan Pulau Jawa. Oleh karena itu, ia menyatukan seluruh kalangan masyarakat, termasuk kaum santri dan abangan.

Untuk mengontrol pemerintahannya, setiap hari Jumat Legi (hari pasaran Jawa) diadakan laporan pemerintahan setempat. Tak hanya itu, kegiatan tersebut juga disertai dengan pengajian yang dilakukan oleh para penghulu kabupaten, sekaligus diadakan ziarah kubur dan haul ke makam Ngampel (Sunan Ampel) dan Giri.

Oleh karena itu, 1 Muharam atau 1 Suro yang dimulai pada hari Jumat Legi secara tidak langsung turut dianggap sakral.

Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved