Berita Muratara

Tradisi Perayaan Tahun Baru Islam 1 Muharram di Muratara: Yasinan, Sedekah Ramo Hingga Mandi Taubat

Merayakan pergantian tahun hijriah ini biasanya ada berbagai macam acara yang dilakukan masyarakat. Seperti membaca Surah Yasin serta doa bersama.

Penulis: Rahmat Aizullah | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUN SUMSEL/RAHMAT AIZULLAH
Warga berkumpul di tengah jalan mengadakan 'Sedekah Ramo' dalam rangka merayakan Tahun Baru Islam di Desa Kelumpang Jaya, Kecamatan Nibung, Kabupaten Musi Rawas Utara tahun 2019 silam. 

TRIBUNSUMSEL.COM, MURATARA - Sebentar lagi akan memasuki Tahun Baru Hijriah, 1 Muharram 1443 Hijriah.

Berdasarkan kalender Masehi 2021, Tahun Baru Islam ini jatuh pada hari Selasa 10 Agustus 2021.

Merayakan pergantian tahun hijriah ini biasanya ada berbagai macam acara yang dilakukan masyarakat.

Seperti membaca Surah Yasin serta doa bersama di masjid/mushola, zikir akbar, istighosah, pawai obor, dan lain sebagainya.

Masyarakat di Kabupaten Musi Rawas Utara juga ada kebiasaan tersendiri dalam merayakan tahun baru Islam ini.

Tokoh ulama di Kabupaten Musi Rawas Utara, Ustaz Zazili mengatakan perayaan tahun baru Hijriah jangan disamakan seperti tahun baru Masehi.

Menurut dia, cara yang terbaik untuk merayakan tahun baru Islam sebaiknya diisi dengan kegiatan-kegiatan positif.

"Misalnya membaca Yasin dan doa bersama di masjid atau mushola, zikir, kalau kita sempat puasa, ya puasa, disunnahkan dari tanggal 1-10 Muharram," kata Ustaz Zazili, Senin (2/8/2021).

Kebiasaan lain yang biasa dilakukan masyarakat di Kabupaten Musi Rawas Utara dalam merayakan tahun baru Islam adalah 'Sedakah Ramo'.

Masyarakat membawa makanan dari rumah masing-masing untuk dimakan bersama-sama di tengah jalan atau di tepi sungai.

Dalam kegiatan itu, masyarakat bermunajat dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, diharapkan dapat terhindar dari musibah dan marabahaya.

"Kita tidak ada apa-apanya tanpa pertolongan Allah, apalagi saat ini kita dilanda wabah Corona, ditambah musim kemarau," kata warga Desa Kelumpang Jaya, Hendri.

Selain menjadi ajang mempererat tali silaturahmi antar warga, kegiatan itu juga merupakan wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta.

"Kita bersyukur masih diberikan kesehatan dan umur yang panjang, intinya begitu. Doanya pun kita mintanya cuma sama Allah SWT," kata Hendri.

Selain itu, ada juga tradisi unik yang dilakukan masyarakat di Kelurahan Muara Rupit dalam merayakan tahun baru Islam.

Masyarakat menyebutnya dengan istilah 'mandi taubat' yakni mandi dengan air yang sudah dicampur kembang tujuh rupa.

"Tradisi ini kami lakukan setiap malam tahun baru Islam, kalau kami menyebutnya mandi taubat," kata warga, Ismail.

Menurut dia, tradisi yang dilakukan mereka tidak bertentangan atau melenceng dari syariat Islam.

Sebab orang yang mandi taubat tersebut hanya meminta kepada Allah SWT supaya dihapuskan semua dosanya yang telah lalu.

"Dia harus punya niat yang tulus untuk bertaubat kepada Allah, dan meminta hanya kepada Allah, jadi dengan mandi tadi ibaratnya untuk mensucikan diri," kata Ismail.

Dia menambahkan, setelah melakukan mandi taubat, kegiatan selanjutnya adalah membaca surat Yasin, zikir dan doa bersama.

"Setalah acara selesai, kami makan bersama-sama sekaligus mempererat tali silaturahmi antar warga," ujarnya.

Baca juga: Tak Keluar Kontrakan 5 Hari, Tukang Urut di Batumarta OKU Ditemukan Tewas, Dimakamkan Protokol Covid

Ikuti Kami di Google Klik

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved