Pasien Isoman di Palembang Meninggal
Ada Warga Meninggal saat Isolasi Mandiri di Rumah, Ini Penjelasan Dinas Kesehatan Palembang
Sang suami dinyatakan positif Covid-19 setelah menjalani Swab di Puskesmas Dempo pada tanggal 29 Juli lalu atau hari Kamis
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-M Heriyadi (61 tahun), warga Palembang yang juga Ketua RW, meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri di rumah, Sabtu (31/7/2021).
Heriyadi dua hari sebelumnya dinyatakan positif Covid-19 berdasarkan hasil pemeriksaan di Puskesmas Dempo.
Atas kasus ini, Dinas Kesehatan Kota Palembang mengimbau keluarga pasien isolasi mandiri (isoman) Covid-19, untuk aktif berkomunikasi dengan puskesmas dan tenaga medis.
Tujuannya untuk memastikan anggota keluarga yang terpapar mendapatkan perawatan yang sesuai standar.
Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes Palembang, dr Yuliarni mengatakan, keluarga pasien bisa menyampaikan ke Puskesmas atau melalui aplikasi/website SISRUTE (Sistem Informasi Rujukan Terintegerasi) dengan situs sisrute.kemenkes.go.id yang terhubung ke semua rumah sakit rujukan sekitar.
"Keluarga pasien sebaiknya mengkomunikasikan dengan Puskesmas, jangan takut. Kalau sudah daftar ke SISRUTE akan dibaca 18 rumah sakit rujukan di Palembang, kemudian mereka akan jawab apakah ada yang tersedia atau tidak, " kata Yuliarni, Minggu (1/8/2021) saat dikonfirmasi via telepon.
Jika semua penuh, ia menegaskan agar keluarga aktif komunikasi dengan Puskesmas setempat.
"Bagi pasien isoman jadi tanggung jawab satgas Kecamatan. Bagi masyarakat yang melakukan pemeriksaan mandiri dan positif, segera lapor dengan pihak puskesmas. Pemantauan dan komunikasi ini penting, " tegasnya.
Mengenai jenis rumah sakit yang menjadi tempat rujukan pasien tergantung dengan seberapa berat gejala yang dialami pasien Covid-19. Rumah sakit tipe A untuk gejala berat dan rumah sakit tipe B untuk gejala sedang.
Jika rumah sakit penuh, dan tidak memungkinkan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah. Satgas akan mengarahkan keluarga pasien isoman mencari tempat tidur kosong di wisma atlet Jakabaring.
"Ada call center 112 yang bisa dihubungi, akan terhubung dengan Dinkes. Selain itu Di website Dinkes Kota Palembang, sudah kami share nomor telepon Puskesmas yang bisa dihubungi, " katanya.
Pihaknya berencana akan membuka RSUD Gandus sebagai rujukan tempat perawatan pasien Isolasi mandiri Covid-19.
"Ketika kondisi RS lain sudah tidak memungkinkan lagi, kami akan membuka RSUD Gandus, " katanya.
Hal ini menyangkut kasus meninggalnya Ketua RW di 13 Ilir hari Sabtu kemarin, yang sedang menjalani isolasi mandiri Covid-19 sejak dinyatakan positif pada Kamis 29 Juli.
"Pasien tersebut sudah terkonfirmasi positif setelah menjalani rapid antigen di Puskesmas Dempo, "ungkap dia.
Ia berharap kejadian yang sama tidak semakin banyak mengingat keselamatan pasien adalah hal utama.
"Kami imbau untuk selalu jaga komunikasi dengan petugas kesehatan, mudah-mudahan bisa tertangani," tandasnya.
Baca juga: Pak RW di Palembang Meninggal Saat Isolasi Mandiri, Sang Istri Selalu Teringat Pesan Suaminya
Kronologi
Seorang pasien Covid-19 di Palembang bernama M Heriyadi (61 tahun), meninggal saat menjalani isolasi mandiri (isoman), Sabtu (31/7/2021).
Warga Jalan Ali Gatmir Kelurahan 13 Ilir Kecamatan IT I, Palembang ini terpaksa menjalani isolasi mandiri karena tak mendapatkan kamar perawatan di rumah sakit.
Istri almarhum, Asmawati (47 tahun) kepada tribunsumsel.com, Minggu (1/8/2021) menjelaskan, suaminya meninggal setelah dua hari menjalani isolasi mandiri di rumah.
Sang suami dinyatakan positif Covid-19 setelah menjalani Swab di Puskesmas Dempo pada tanggal 29 Juli lalu atau hari Kamis.
"Sekitar pukul 9 pagi ke atas saya bawa almarhum ke Puskesmas untuk memastikan kondisinya. Setelah ditunggu ternyata benar, bapak positif."
"Saya juga menawarkan diri untuk di swab bersama anak kami, " ujar Asmawati ketika dijumpai di rumahnya.
Sebelum dinyatakan positif Covid-19, kondisi kesehatan M Heriyadi (61) sudah menurun sebelum hari raya Idul Adha.
Badannya saat itu panas.
Menurut pengakuan Asmawati, sang suami juga mengeluh sesak napas hingga batuk-batuk.
Kondisi Heriyadi terus memburuk ketika lima hari terakhir.
Menurut Asmawati, suaminya itu ada riwayat mengidap diabetes.
Selama ini juga bergantung pada suntikkan insulin untuk menjaga kadar gula dalam darah.
"Sakit sudah lama kena diabetes, biasanya almarhum rutin suntik insulin empat kali sehari. Tapi itu mulai jarang dilakukan beberapa waktu lalu, itu juga salah satu faktor daya tahan tubuhnya turun, " ujarnya.
Setalah dinyatakan positif, di hari yang sama saat sore hari Asmawati mencari rumah sakit yang masih menyediakan tempat tidur untuk pasien isolasi Covid-19.
Namun tak mendapat satupun rumah sakit menyediakan kamar.
"Saya cari ke RS Boom Baru dan RS BARI semuanya penuh. Di RS BARI pun masih ada empat orang lagi yang antre. Akhirnya disarankan dokter untuk Isoman dulu di rumah, " katanya.
Setelah pulang, Asmawati mendapatkan tabung oksigen milik seorang temannya, kemudian mengisi oksigen ke RS Pusri pada malam harinya.
Karena hasil swab dirinya dan anak negatif, Asmawati lah yang senantiasa merawat sang suami selama isoman.
Selama isolasi mandiri, Puskesmas setempat memberikan obat dan vitamin kepada almarhum dan menanyakan kondisi terkini Heriyadi.
Sampai akhirnya pada Jumat sore ketika hendak mengisi ulang tabung oksigen, Heriyadi mulai tak sadarkan diri dengan nafas terengah-engah.
Mengetahui kondisi tersebut ia bingung harus berbuat apa dan hanya mendampingi suami.
Heriyadi dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 06:00 WIB keesokan harinya, saat Asmawati hendak mengecek kondisi sang suami.
"Saya panggil anggota keluarga yang lain, kakak dan adik di cek denyut nadi sudah tidak ada lagi, " ujarnya.
Dia menyebutkan, satgas Covid-19 datang ke rumah Sabtu siang sekitar pukul 11:00 WIB untuk menjemput dan memakamkan jenazah di TPU Gandus.
Sang suami selama ini menjabat sebagai Ketua RW di tempat tinggalnya.
Ia tidak melakukan perjalanan ke luar kota, sehari-hari ia hanya membuka warung makan di samping rumahnya.
Selain itu anggota keluarga pun sampai saat ini belum ada yang terpapar Covid-19.
"Bisa jadi terpaparnya itu dari interaksi warga sekitar sini, karena kami sehari-hari buka warung. Bapak biasanya yang jaga, usai buka warung sisanya almarhum istirahat di rumah, " jelasnya.
Tetangga dan warga sekitar yang mengetahui hal itu pun hendak melayat tapi tidak diizinkan oleh Satgas dan keluarga.
Akhirnya dialihkan ke rumah sang kakak yang tak jauh dari rumahnya.
"Keluarga saya saja tak boleh melayat, tapi warga mau melayat kemarin itu. Jadi dialihkan ke rumah kakak saja, " katanya.
Seorang tetangga yang tinggal tak jauh di rumah almarhum M Heriyadi menceritakan, dirinya mengenal almarhum cukup lama.
Heriyadi dikenal ramah oleh warga sekitar.
"Walaupun tidak terlalu dekat tapi almarhum ramah, sebelumnya beliau pernah jadi RT juga, " katanya.
Ia mengaku tidak mengetahui bahwa sang Ketua RW dinyatakan positif Covid-19. Sampai akhirnya Satgas Covid-19 datang menjemput.
Meski tak bertanya langsung ia mengetahui setelah memperhatikan satgas yang datang dan informasi tetangga lainnya.
"Jadi kemarin dijemput saya lihat ada apa rame-rame, ada babinsa babhinkamtibmas. Di lengan mereka ada tulisan 'Satgas Covid-19' saya sudah duga berarti pak Edi positif, " ujarnya. (TS/ Rachmad Kurniawan)