Tiket Pilpres 2024

Operasi Senyap Disebut Sudah Dilakukan Agar Jokowi Bisa Tiga Periode

Suhendra menyatakan alasan Qodari mendesakkan wacana Jokowi 3 periode perlu lebih fokus agar pencapaian terpola yakni demi kesinambungan pembangunan

Editor: Slamet Teguh
Tribunnews
Presiden Jokowi melambaikan tangan 

Terkait pro-kontra usulan Jokowi 3 periode, Suhendra menilai hal itu wajar dan biasa-biasa saja.

"Hanya orang yang takut bersaing secara demokratis dan fair play saja yang tidak setuju hal tersebut dilakukan. Toh tetap dipilih oleh rakyat, bukan diangkat MPR. Kalau pun nantinya Pak Jokowi kalah, ya kalah saja. Demikian pula sebaliknya. Bukan sesuatu yang sakral atau istimewa, dari Soekarno ke Soharto, lalu ke Gus Dur sudah ada yurisprudensinya. Kenapa panik? Bersainglah dengan prestasi, bukan pencitraan, apalagi pembunuhan karakter agar tidak dipermalukan oleh anak cucu kita kelak," ujar Suhendra.

Baca juga: PDIP Beri Penjelasan Usai Puan Maharani Disebut Bakal Maju di Pilpres 2024 Karena Pasang Baliho

Baca juga: Ganjar Pranowo Layak Maju di Pilpres Karena Miliki Idealisme Bung Karno dan Disebut Mirip Jokowi

Tiga periode

Pekan ini wacana Jokowi tiga periode menjabat presiden ramai lagi setelah sebuah komunitas relawan bernama Jokowi-Prabowo (Jok-Pro) 2024 menginginkan Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto berpasangan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Sekretaris Jenderal Jok-Pro 2024 Timothy Ivan Triyono mengatakan, komunitas ini terbentuk untuk mencegah polarisasi ekstrem di Indonesia pasca-pilpres sebelumnya.

Menurut Ivan, untuk mencegah hal tersebut terjadi kembali di Pilpres selanjutnya, maka komunitas menginginkan Jokowi Prabowo maju berpasangan dalam Pilpres 2024.

"Dan memang sepertinya Jok-Pro itu sangat efisien untuk mencegah polarisasi ekstrim di Indonesia. Alasan utamanya adalah kami lelah dengan adanya cebong dan kampret. Kami lelah dengan adanya pembelahan di masyarakat," kata Ivan kepada Kompas.com, Jumat (18/6/2021).

Ivan menilai, komunitas Jok-Pro 2024 sudah lelah dengan adanya polarisasi ekstrim yang terbentuk pasca pilpres sebelumnya.

Menurut dia, hal itu telah membuat adanya isu-isu SARA, dan isu primordial yang kerap digaungkan baik kubu Jokowi maupun Prabowo.

"Jadi kami menginginkan pencegahan terhadap polarisasi ekstrem. Jadi kami enggak mau tuh polarisasi ekstrim itu terjadi lagi di Pilpres 2024," ujarnya.

Ia menceritakan bagaimana komunitas ini terbentuk bermula dari komunikasi antara dirinya, Baron Danardono Wibowo, dan Qodari yang sama-sama menginginkan Jokowi kembali menjadi Presiden RI pada 2024.

Namun, kemudian Qodari mengusulkan agar Jokowi dipasangkan dengan Prabowo Subianto.

Usulan itupun disetujui oleh Ivan dan Baron, hingga akhirnya muncul Komunitas Jok-Pro 2024.

Ditolak Jokowi

Terkait hal itu, pihak Istana Kepresidenan RI melalui Juru Bicara Presiden Joko Widodo Fadjroel Rachman mengatakan saat ini Presiden Jokowi tetap berpegang teguh kepada Konstitusi.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved