Berita Banyuasin
Keresahan Orangtua di Banyuasin, Anak Sudah Kelas 2 SD Tapi Belum Lancar Membaca
Pola Pembelajaran jarak jauh di masa Pandemi Covid-16 menimbulkan keresahan pada masyarakat Dusun 1 Desa Sukarela Kecamatan Rantau Bayur Banyuasin.
Penulis: M. Ardiansyah | Editor: Yohanes Tri Nugroho
TRIBUNSUMSEL.COM, BANYUASIN - Dampak Corona tidak hanya bagi perekonomian, akan tetapi terhadap dunia pendidikan.
Seperti terjadi di Dusun 1 Desa Sukarela Kecamatan Rantau Bayur Banyuasin.
Para orangtua mulai resah terhadap anak-anak mereka yang terus terpikir untuk bermain setiap hari.
Dari pantauan di dusun ini, terlihat anak-anak di sini berkumpul di sebuah pondok di seberang sekolah mereka. Saat berkumpul, bukan pelajaran sekolah yang mereka bahas, tetapi mereka sibuk bermain game online di ponsel mereka.
Baca juga: Pemkab Banyuasin Buka Lelang Jabatan Direksi BUMD Sei Sembilang, Ini Syaratnya Untuk Bisa Ikut
Tribunsumsel.com coba menemui orangtua dari salah seorang anak yang sedang sibuk bermain di pondok tersebut. Leni, ibu dari Rifki yang berada di dalam rumah langsung menyambut kedatangan wartawan.
Leni menceritakan, anaknya Rifki yang sudah duduk di kelas dua malah belum lancar membaca. Ia terkadang merasa kesal, karena anaknya sibuk bermain saja ketimbang untuk belajar.
"Masih belum lancar bacanya. Masih mengeja-ngeja, padahal sudah kelas 2. Karena tidak sekolah ini, makanya sibuk bermain saja dianya," ujar Leni, Kamis (20/5/2021).
Melihat kondisi sang anak yang lebih sering bermain, terkadang ia marah. Saat pagi, ia lebih cenderung melarang anaknya keluar rumah.
Baca juga: Sabila Hafal 3 Juz Alquran, Peserta Termuda Tilawah Wakil Banyuasin Pada STQH XXVI di OKU Timur
Ia memutuskan untuk mengajarkan anaknya membaca sendiri.
Ia takut, bila tidak seperti itu anaknya yang sudah kelas 2 masih tetap mengeja untuk membaca.
Sehingga, ia memutuskan untuk mengajarkan anaknya belajar membaca dan mengerjakan tugas.
"Baru setelah itu main. Kalau tidak seperti itu, nanti terus-terusan tidak bisa membaca. Sekarang orangtua yang jadi guru dan yang belajar, lantaran tak sekolah-sekolah," pungkasnya.