Rebutan Air Bersih, Dua Kelompok Ini Bentrok Sebabkan 31 Orang Tewas dan 150 Orang Luka Parah

Rebutan air menjadi pemicu tewasnya 31 orang secara sia-sia. Bentrokan tak bisa dihindarkan karena ego dua kelompok

alibaba.com
air mineral 

TRIBUNSUMSEL.COM - Rebutan air menjadi pemicu tewasnya 31 orang secara sia-sia.

Bentrokan tak bisa dihindarkan karena ego dua kelompok.

Setidaknya 31 orang tewas, puluhan terluka dan 10.000 orang dievakuasi, dalam sengketa air yang menyebabkan bentrokan mematikan dalam beberapa tahun di perbatasan Kirgistan-Tajikistan.

Bentrokan dimulai pada Rabu (28/4/2021), ketika orang-orang dari kedua belah pihak saling melempar batu setelah kamera pengintai dipasang di fasilitas air.

Gencatan senjata dan penarikan pasukan telah disepakati, tetapi beberapa penembakan sepertinya terus berlanjut. 

Jumlah korban berasal dari pihak Kirgistan dan Tajik belum jelas.

Menteri Kesehatan Kirgistan Aliza Soltonbekova mengatakan dalam siaran televisi bahwa 31 orang telah tewas dan lebih dari 150 luka-luka sejak kekerasan dimulai pada Kamis (29/4/2021).

Menurut laporan data evakuasi dan korban di Kirgistan, seorang gadis muda termasuk di antara yang tewas.

Gubernur provinsi Batken di Kirgistan mengatakan kedua belah pihak telah setuju bahwa peralatan pengawasan air harus disingkirkan, tetapi Tajikistan kemudian menolak.

Laporan mengatakan penjaga perbatasan terlibat setelah bentrokan awal yang meningkat.

Unit militer dari kedua belah pihak mulai baku tembak pada Kamis (29/4/2021), tetapi kemudian pada hari itu gencatan senjata diumumkan akan berlaku mulai pukul 20:00 (14:00 GMT), dengan angkatan bersenjata kembali ke pangkalan mereka.

Seorang perwakilan polisi di Batken mengatakan kepada kantor berita AFP melalui telepon bahwa penembakan terus dilakukan pada malam hari "tetapi tidak secara intensif".

Penembakan terjadi "antara unit militer dan warga sipil", katanya.

Pada Jumat (30/4/2021), Tajikistan mengakui gencatan senjata dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh layanan informasi negara.

Namun, negara sejauh ini mengakui tidak ada korban atau kerusakan akibat kekerasan tersebut.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved