Inilah Perangai Sefiva Razi di Mata Masyarakat, Tersangka Komplotan Kasus Tes Antigen Bekas di Medan

Sefiva Razi (19) ditangkap saat membawa bekas rapid tes antigen menggunakan sepeda motor di pintu keluar bandara KNIA, yang videonya viral. 

Kompas.com/ Dewantoro
Picandi Mosko (PC) yang merupakan Bussines Manager PT Kimia Farma dan 4 pegawainya ditetapkan sebagai tersangka kasus daur ulang alat kesehatan rapid test antigen di Bandara Kualanamu. 

TRIBUNSUMSEL.COM, MUSIRAWAS - Sefiva Razi (19) ditangkap saat membawa bekas rapid tes antigen menggunakan sepeda motor di pintu keluar bandara KNIA, yang videonya viral. 

Sefiva satu dari tiga tersangka yang berasal dari Desa Lubuk Besar Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut Kabupaten Musi Rawas.

Dalam kasus rapid test antigen bekas ini, peran Sepi, panggilan akrab didesanya, adalah sebagai kurir yang membawa cutton buds bekas untuk rapid test antigen dari KNIA ke Laboratorium Kimia Farma Jalan RA Kartini Medan Sumut. 
Namun siapa mengira bahwa, baik Sepifa Razi maupun dua tersangka lainnya yaitu Devi Jaya (20) dan Marzuki (30) yang masih satu desa dan ada hubungan keluarga tersebut sama sekali tidak ada latar belakang sekolah farmasi. 
"Sepi itu baru selesai sekolah SMA, mungkin tahun 2019 selesainya. Setelah lulus, kemudian ikut Can (tersangka PM) kerja di Medan. Mungkin baru sekitar setahun dia ikut Can kerja," kata Saparudin (46) Sekretaris Desa Lubuk Besar Kepada Sripoku.com, Sabtu (1/5/2021).
Diceritakan, selama tinggal di desa, Sepi dikenal sebagai anak yang baik dan rajin beribadah sejak kecil. Bahkan dia dikenal cukup aktif di organisasi Ikatan Remaja Mesjid (Irmas) desa setempat. Dikatakan, Sepi merupakan anak yatim piatu.
Sewaktu masih kecil ibunya meninggal dunia. Dan ketika sekolah di SMP, ayahnya juga meninggal dunia.
Sejak ibu dan ayahnya meninggal, dia diasuh oleh bibinya, Eli (45). 
"Kalau secara kasat mata anaknya baik, rajin ke mesjid dan bahkan kalau saya tidak salah, dia pernah jadi Ketua Irmas. Jadi dengan adanya berita dia ditangkap di Medan kami sekampung ini beragam tanggapannya, tapi secara umum kaget semua, nggak nyangka," katanya.
"Awal dapat berita dua hari lalu kami belum yakin. Tapi setelah lihat videonya baru kami yakin itu adalah Sepi," sambungnya.
Adapun dua tersangka lainnya asal desa setempat adalah Devi Jaya dan Marzuki. Menurut Saparudin, Devi Jaya ini satu angkatan sekolah dengan Sepifa Razi, yaitu sama-sama sekolah di SMA Muara Beliti. Dan juga baru ikut kerja ke Medan belum terlalu lama. Sedangkan Marzuki adalah adik ipar dari tersangka Can (PM) karena Marzuki menikah dengan adik kandung Can.
"Kalau Juki ini, dia kan orang Lubuklinggau, setelah menikah dengan adiknya Can, tinggal disini (Desa Lubuk Besar). Selama disini, sehari-harinya nyopir (bawa angdes), sebelum akhirnya ikut kerja dengan Can di Medan," katanya. 
Adapun Can atau yang berinisial PM (45) merupakan manager Kimia Farma. Dia merupakan warga Griya Pasar Ikan Jalan Lohan Blok A No 14-15 Kelurahan Simpang Periuk Kecamatan Lubuk Linggau Selatan II Kota Lubuk Linggau. Satu tersangka lagi dalam kasus ini adalah R (21) Kelurahan Muara Kelingi Kecamatan Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas yang berperan sebagai tenaga admin hasil tes swab antigen di Posko Pelayanan Pemeriksaan Covid19 Kimia Farma Bandara Kualanamu. 
Menurutnya, keinginan untuk bekerja memang datang dari keponakannya tersebut
"Tamat holah ni ye ngate, kalu ye ndak kerjo. Ku col ade nita ye kerjo dak, tapi ye ndak nia di, lajulah berekat (Setamat sekolah dia bilang ingin cari kerja, tapi aku nggak nyuruh dia kerja. Tapi karena dia bersikeras mau kerja, ya sudahlah berangkat," ungkap Eli, saat dibincangi Sripoku.com di rumahnya Desa Lubuk Besar Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut Kabupaten Musi Rawas, Sabtu (1/5/2021).
Dikatakan, sejak berangkat kerja ke Medan itu dia tak pernah lagi berjumpa dengan keponakannya yang diasuhnya sejak kecil itu. Karena selama bekerja Sepifa Razi belum pernah pulang kampung.
Saat disinggung kejadian yang menimpa keponakannya tersebut yang ditangkap atas kasus rapid test antigen bekas di Bandara KNIA Medan, Eli memerlihatkan raut wajah yang penuh kesedihan. Dengan terbata dia berucap, merasa sedih dengan berita tersebut.
Kepada Sripoku.com Eli menuturkan, sejak kecil dia mengasuh Sepiva Razi. Karena ibunya meninggal saat dia masih kecil dan kemudian ayahnya juga meninggal saat dia masih sekolah. Karena itu, dia paham betul dengan sifat dan tindak tanduk keponakannya tersebut.
"Dia anaknya baik, keluar rumah saja jarang. Selalu shalat lima waktu. Juga nggak pernah keluyuran nggak keruan, paling tiap hari dia bantu saya di warung, nyapu rumah. Kadang-kadang dia juga bantu saya belanja untuk warung, sambil sekolah bantu belanja," tutur Eli. 
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved