Atasi Ketiak Bau
Ketiak Masih Basah dan Berbau? Padahal Sudah Pakai Deodoran, Faktor Ini Penyebabnya
Jika kamu merasa deodoran yang digunakan tidak memberikan perubahan sesuai fungsinga, berarti perlu menggantinya.
TRIBUNSUMSEL.COM--SALAH satu upaya untuk menghilangkan bau badan adalah menggunakan deodoran. Namun nyatanya, mencari deodoran yang tepat tidak mudah. Jika kamu merasa deodoran yang digunakan tidak memberikan perubahan sesuai fungsinga, berarti perlu menggantinya.
Berikut penyebab deodoran tidak berfungsi maksimal.
1. Pemilihan formula yang tidak sesuai dengan kebutuhan
Meski saat ini ada banyak sekali macam dan merek deodoran, namun dokter bedah plastik di New York, Melissa A. Doft, MD, mencatat bahwa deodoran biasanya terbagi dalam dua kategori: deodoran dan antiperspiran.
Mary Futher, pendiri Kaia Naturals, sebuah merek khusus deodoran alami, mengatakan perbedaan ini sangat penting untuk dipahami. "Peran deodoran adalah untuk mencegah kbau yang tidak sedap, sedangkan peran antiperspiran adalah untuk menghentikan kamu berkeringat," kata Futher.
Doft mengatakan bahwa antiperspiran biasanya direkomendasikan untuk mereka yang lebih banyak berkeringat, sedangkan deodoran lebih membantu dalam menetralkan bakteri dan bau ketiak.
Dermatologis Dove, Dr. Alicia Barba menambahkan, “Jika ingin mencari produk yang bisa mencegah bau dan ketiak basah, saya merekomendasikan antiperspiran dengan garam aluminium yang bisa mengontrol keringat pada ketiak dan deodoran untuk menutupi bau,” katanya.
Baca juga: Hidup Sehat di Masa Pandemi Virus Corona, 5 Gaya Hidup Bisa Ampuh Jaga Kesehatan Tubuh
2. Mengalami hiperhidrosis
Berkeringat memang baik untuk tubuh. Namun, jika berlebihan bisa saja kamu memiliki kondisi genetik yang disebut hiperhidrosis. Kondisi ini membuat penderitanya berkeringat lebih banyak dari kondisi normal, meskipun dalam kondisi sedang tidak berolahraga atau pun kepanasan.
“Untuk hiperhidrosis, deodoran saja tidak akan membantu,” kata Dr. Heidi Waldorf, MD, dokter kulit di Nanuet, New York. Waldorf biasanya merekomendasikan pasien dengan kondisi tersebut untuk menggunakan deodoran yang mengandung aluminium zirkonium konsentrasi tinggi.
“Idealnya produk digunakan pada malam hari sebelum tidur. Di pagi hari, pasien bisa menggunakan deodoran antiperspirant atau non-antiperspirant biasa,” kata Waldorf.
Jika keringat benar-benar berlebih sebaiknya periksakan ke dokter.
Baca juga: Gaya Hidup Sehat ala Dhini Aminarti. Habis Nonton YouTube, Istri Dimas Seto Kurangi Makan Ini
3. Membutuhkan tambahan asam
Tak sedikit produk deodoran yang menambahkan asam, terutama asam alfahidroksi ke dalam formulanya. “Saat asam dari turunan buah dan tumbuhan ini ditambahkan ke deodoran, itu dimaksudkan untuk menurunkan keseimbangan pH kulit dan membatasi pertumbuhan bakteri yang menyebabkan bau,” jelas Dr. Stacy Chimento, MD, dokter kulit Bay Harbor Islands, Florida.
Dengan kata lain, bukan baunya yang ditutupi tetapi penyebabnya dihilangkan. Carilah produk ini yang mengandung formula ini.
4. Tidak mengaplikasikan deodoran malam hari
Terdengar jarang untuk menggunakan deodoran pada malam hari saat sebelum tidur. Kebanyakan orang memakainya hanya saat hendak keluar rumah atau setelah mandi saja.
Namun, nyatanya pakar seperti Jaliman dan Waldorf justru mengatakan bahwa waktu terbaik untuk penggunaan antiperspiran adalah pada malam hari, tepat sebelum tidur.
“Bahan dasar aluminium dapat dengan mudah sampai ke kelenjar keringat sehingga pori-pori tersumbat secara efektif. Kemudian dapat mengurangi keringat hingga 24 jam," kata Jaliman.
Kemudian Dr. Waldorf menjelaskan bahwa antiperspiran berkekuatan klinis harus digunakan sebelum tidur untuk mengurangi keringat secara keseluruhan.
Baca juga: Pamer Gaya Hidup Sehat, Inul Daratista Bongkar Rahasia Awet Muda, Ian Kasela Dibuat Ngiler