Tips Ajari Anak Berpuasa
Tips Mengajari Anak Puasa Ramadhan, Jangan Beri Makanan Tinggi Gula dan Terlalu Asin
Orangtua idealnya mulai mengajari anak berpuasa sejak dini. Prof Dr dr Aryono Hendarto, SpAK, MPH membagikan sejumlah tips puasa untuk anak
TRIBUNSUMSEL.COM--MARHABAN Ya Ramadhan. Selamat datang bulan Ramadhan. Umat Islam bersuka cita menyambut bulan suci yang penuh rahmat itu. Semua umat yang sudah memenuhi syarat, termasuk akil baligh, wajib untuk menjalankan ibadah puasa sebulan penuh.
Karena sudah terbiasa berpuasa, sehingga bukan lagi menjadi masalah dalam menahan lapar, dahaga, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa. Namun untuk mencapai ke tahap "aman" tersebut butuh proses, dimulai sejak usia kecil.
Ya, orangtua idealnya mulai mengajari anak berpuasa sejak dini. Prof Dr dr Aryono Hendarto, SpAK, MPH membagikan sejumlah tips puasa untuk anak yang Anda bisa coba aplikasikan.
Baca juga: Doa Niat Mandi Besar Menjelang Puasa Ramadhan dan Tata Cara Mandi Besar Ramadhan 1442 H/2021
1. Ajari Anak Tentang Puasa
Sebelum mengajak anak praktik berpuasa, ada baiknya untuk terlebih dahulu memperkenalkan anak dengan aktivitas puasa.
Menurut Aryono, orangtua bisa memulainya dengan mengajari anak tentang puasa, misalnya lewat buku, internet, atau media lainnya. Pada kesempatan tersebut, jelaskan pula pada anak mengenai tujuan dan makna berpuasa.
Hindari membandingkan anak dengan anak-anak lain, termasuk saudara atau sepupunya.
Dalam hal berpuasa, belum tentu setiap anak mulai belajar berpuasa pada usia yang sama.
"Anak itu unik, punya tumbuh kembang dan respons yang spesifik untuk masing-masing," katanya dalam seminar awam dan media, Senin (12/4/2021).
Baca juga: Jadwal Imsak dan Buka Puasa Palembang Ramadhan 1442 H/2021 Sebulan Penuh dan Doa Niat Puasa
2. Latih Anak Berpuasa
Setelah mengenalkan puasa kepada anak, bisa dilanjutkan dengan mengajak anak ikut berpuasa. Orangtua bisa mulai melibatkannnya dalam kegiatan puasa lain.
Sebagai contoh, mengajak anak bangun di waktu sahur dan ikut minum atau makan, kemudian boleh tidur lagi setelahnya.
"Kita tahu anak jam sahur sulit bangun, karena memang bukan jamnya bangun. Bisa dilatih untuk bangun saja, lalu minum dan tidur lagi," ucapnya.
Selain itu, ada cara lainnya, yaitu memundurkan waktu sarapan. Misalnya, jika di waktu sekolah anak terbiasa makan pukul 06.00, orangtua bisa memundurkan jam makannya menjadi pukul 07.00 dan terus mundur hingga berada di antara waktu sarapan dan makan siang.
Aryono menjelaskan, anak yang sedang belajar berpuasa tidak harus puasa penuh waktu. Misalnya, pada hari pertama anak belajar tiga jam berpuasa, hari kedua empat jam, dan terus menambah durasinya di hari-hari berikutnya.
"Naikkan hingga puasa setengah hari, jam 12.00 berhenti. Setelah anak terbiasa, mampu beradaptasi dan menguasai perasaan laparnya, maka dia bisa melakukan puasa penuh," urai Aryono.
Baca juga: Bakal Puasa Bersama, Atta Halilintar Ajak Aurel Fokus Berdua: Banyak Orang Iri Tanda Tak Mampu
3. Berikan Apresiasi dan Contoh Baik
Orangtua boleh menerapkan sistem penghargaan jika anak menunjukkan perkembangan selama belajar berpuasa, terutama memberikan penghargaan yang bersifat mendidik.
"Setiap kemajuan puasa, misalnya hari pertama tiga jam, lalu empat jam, itu juga bisa diberikan apresiasi," katanya.
Ha penting lain supaya anak berhasil menjalankan puasanya, maka orangtua dan orang-orang dewasa di sekitarnya harus memberikan contoh yang baik.
Seperti menunjukkan aktivitas-aktivitas apa saja yang sebaiknya dilakukan di bulan puasa.
"Orangtua, baik ayah-ibu maupun anggota keluarga yang lain, harus menjadi panutan anak selama bulan puasa," demikian pesan Aryono. Dengan cara-cara tersebut, diyakini proses menanamkan nilai-nilai ibadah dalam menjalankan puasa yang bisa berjalan dengan baik.
Baca juga: Mengetahui Hukum, Rukun dan Syarat Diterimanya Puasa Ramadhan, Ini Penjelasannya
4. Sesuaikan Aktivitas Anak
Anak perlu dijelaskan beberapa hal yang perlu terkait puasa, dengan memperhatikan kondisi kesehatan anak. Sebab, pendekatan soal puasa terhadap anak dengan penyakit tertentu dengan anak lainnya mungkin akan berbeda.
Kenalkan juga perilaku makan anak. Misalnya, beberapa anak merupakan tipe yang mudah lapar. Jadi, ketika anak seusianya yang lain bisa menahan lapar hingga empat jam, mungkin anak yang mudah lapar tersebut sudah mulai mengeluh setelah dua jam tidak mengonsumsi apapun.
Nah, saat anak mulai berpuasa, orangtua perlu memberikan pengertian agar anak bisa mengurangi aktivitas fisiknya, terutama pada anak laki-laki yang pada umumnya lebih aktif bermain, dan berlari.
Jadi jangan sampai aktivitas anak sama seperti aktivitas di luar bulan puasa karena akan mengeluarkan energi yang lebih besar.
Pada waktu berbuka, orangtua perlu memastikan kebutuhan gizi anak terpenuhi dengan baik, demi menjaga kesehatannya selama bulan puasa.
Baca juga: Apa Itu Takjil, Sebutan Populer saat Berbuka Puasa Ramadhan, Ternyata Ini Arti Sebenarnya
"Setelah buka juga harus dipastikan anak memenuhi cadangan energi yang cukup untuk berpuasa di keesokan harinya," pesannya.
Dokter Aryono menyarankan untuk mengonsumsi makanan kaya serat, seperti gandum, kacang-kacangan, sayur, dan buah-buahan serta protein seperti daging, telur, selai kacang, dan produk susu.
"Terutama protein hewani, apalagi anak pada masa pertumbuhan. Karena protein hewani mengandung asam amino lengkap yang dibutuhkan untuk pembentukkan hormon-hormon pertumbuhan," papar Aryono.
Hal lain yang penting adalah hindari memberikan anak makanan tinggi gula. Meskipun makanan tinggi gula disukai anak, namun jenis makanan tersebut tidak mengandung gizi yang lengkap atau cukup.
Perlu juga diketahui pada waktu sahur, hindari memberikan anak makanan tinggi garam karena akan membuat mudah haus.
------------
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "4 Tips Mengajari Anak Puasa Ramadhan"