Tweet Dewi Tanjung Soroti Gaya Busana Kelompok Tertentu

"Nyai Geli banget liat Kadrun Bercelana Cingkrang, berjenggot, berjidat hitam dan geli liat perempuan Bercadar. Liatlah tampang-tampang mereka seperti

Editor: Moch Krisna
YouTube/Nyai Dewi
Dewi Tanjung 

"ya kalau Ahlussunnah saya akui flat dari dulu, ada kasus-kasus ahlussunnah membunuh dan sebagainya itu kasus yang lumrah terjadi di manusia, bukan karena berangkat dari pemahaman yang radikal tadi itu," tambahnya.

Pemahaman tentang radikalisme hingga liberalisme yang dianut kaum syiah katanya tercatat dalam sejarah kaum Mu'tazilah, mereka katanya dapat memutarbalikkan pendapat para ulama yang telah disepakati sebelumnya.

Tetapi, umat muslim Indonesia umumnya menganut paham Ahlussunnah yang menegaskan tidak boleh ada pendapat apabila telah didapatkan ijma ulama sebelumnya.

"Sekarang, kita biarkan radikalisme pemikiran itu, ini menunjukkan ketidakadilan.

Misalnya, ada disertasi yang orang istilahkan disertasi mesum yang mengatakan hubungan laki-perempuan di luar pernikahan sebagai bukan zina, padahal ayatnya jelas, hadistnya jelas, ijma ulama tentang itu juga jelas, nah ini kalau kita biarkan maka kita sendiri yang sebetulnya yang akan melahirkan radikalisme-radikalisme," jelas KH Zaitun Rasmin.

"Sebab, di dunia ini pasti ada aksi-reaksi, kalau ada ekstrim kiri, akan mengundang ekstrim kanan.

Bersyukurlah, alhamdulillah bang Karni, di Indonesia ini banyak orang-orang yang punya komitmen agama yang tinggi, pakai cadar-celana cingkrang, tapi pemahaman wasathiyah-nya tinggi, sehingga tidak menjadi ekstrim," tegasnya.

Tidak Boleh Menyakiti

KH Zaitun Rasmin pun menyampaikan, selain sebagai Wakil Sekretaris jenderal MUI, dirinya juga merupakan Ketua Umum Wahdah Islamiyah Indonesia.

Dalam organisasi Islam tersebut, banyak anggotanya yang mengenakan cadar dan celana cungkring, padahal diungkapkannya ketentuan memakai cadar adalah sunnah.

"Banyak yang pakai cadar, tetapi tidak satu pun, Alhamdulillah yang berpikiran ekstrim, kita menyanyikan Indonesia Raya, kita juga sangat bergaul, ppandangan kami kepada non muslim jelas sekali berdasarkan Alquran.

Jangankan, jangankan, kita tidak boleh menyakiti mereka, berbuat baik pada orang kafir, orang non muslim, itu adalah  sesuatu yang dibenarkan, walaupun dalam istilah 'kafir' bagi kami juga jelas dari Al Quran dan orang-orang yang berlebihan saja yang melarang-larang," jelas KH Zaitun Rasmin.

"Istilah kafir itu tidak satu pun saya temukan di Indonesia yang pernah memanggil non muslim, 'kafir', belum pernah, sepanjang saya hidup. Bahkan dalam pertemuan ya bang Karni, kalau ada pertemuan non muslim-muslim.

Belum ada satu pun yang bilang, 'bapak-bapak, ibu-ibu selain kita di sini orang muslim ada orang kafir'. Tidak, tidak ada. pasti menyebut, 'bapak-bapak, di sini ada muslim, di sini juga ada saudara kita orang hindu, ada sodara kita orang nasrani, dan seterusnya'," tambahnya.

KH Zaitun Rasmin berharap agar pemerintah tidak membesarkan masalah, khususnya larangan pemakaiana cadar dan celana cingkrang.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved