Berita Palembang
Tidak Ada Larangan Mudik, Ahli Epidemiologi: Kita Sebenarnya Khawatir
Selain gencar melaksanakan vaksinasi bagi masyarakat, pemerintah juga seharusnya kembali membuat aturan seperti tahun lalu saat mudik lebaran.
Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Ahli Epidemiologi dari Universitas Sriwijaya (Unsri) Dr Iche Andriani Liberty menilai, tidak adanya larangan mudik pada lebaran tahun 2021 ini adalah kebijakan yang meresahkan.
Apalagi target 70 persen untuk mencapai herd immunity (kekebalan kelompok) cakupan vaksinasi ke masyarakat juga belum terpenuhi saat ini, menjadikan mudik lebaran dinilai
masih jadi tindakan yang riskan.
"Kita sebenarnya khawatir dengan peraturan tersebut, dalam hal ini tidak adanya aturan mudik. Seperti di stasiun atau tempat-tempat keramaian lainnya saat mudik, dikhawatirkan jadi sumber penularan (covid-19)," ujarnya, Sabtu (20/3/2021).
Menurut Iche, selain gencar melaksanakan vaksinasi bagi masyarakat, pemerintah juga seharusnya kembali membuat aturan seperti tahun lalu saat mudik lebaran.
Mengingat pandemi masih terjadi hingga kini sehingga memang diperlukan adanya mekanisme yang mengatur kegiatan masyarakat agar bisa lebih patuh dalam menerapkan protokol kesehatan.
Tak hanya saat lebaran saja, mekanisme serupa juga mesti diadakan pada bulan suci Ramadhan tahun ini yang tinggal menghitung hari.
"Harusnya dibuat kembali mekanisme ketat seperti tahun lalu. Misalnya kapan waktu baiknya ke rumah ibadah seperti apa. Toh, aturan itu dibuat demi kebaikan kita bersama. Terus juga, vaksinasi harus tetap dijalankan. Bila semuanya berjalan dengan baik, artinya sinergis protokol kesehatan tetap jalan. Tapi kalau pincang salah satu, ya susah. Bagaimana kita bisa menghentikan pandemi ini," ujarnya.
Baca juga: Prakiraan Cuaca Sumsel, Hujan Cukup Tinggi Hingga 2-3 hari ke Depan, Masyarakat Diimbau Waspada
Baca juga: Puskesmas Sukarami dan Klinik Charista Medika Palembang Buka Posko Vaksinasi Lansia
Anjuran kembali menerapkan aturan ketat tersebut, dikatakan Iche, tidak terlepas dari fakta di lapangan yang menunjukkan penurunan tren testing (pemeriksaan) covid-19 yang dilakukan di tengah masyarakat.
Padahal kasus covid-19 masih terbilang tinggi.
Iche juga mempertanyakan di beberapa Kabupaten Kota yang menunjukkan hasil minim atau sedikit jumlah konfirmasi positif corona.
Apakah hasil itu benar-benar dari tren testing covid-19 yang sudah maksimal atau justru didapat dari hasil testing yang dilakukan dengan tidak optimal.
"Terlepas dari hal ini, di Sumsel ini yang patut diapresiasi adalah data kesembuhan yang meningkatnya luar biasa. Kasus aktif juga sudah dibawa 10 persen. Ini yang perlu kita apresiasi," ujarnya.
"Tapi kita juga berharap, di kabupaten yang tidak ada konfirmasi tambahan (positif covid-19), diharapkan memang benar seperti itu. Bukan karena testing tidak gencar atau malah tidak diadakan sama sekali sehingga hasil pemeriksaan juga tidak ada," katanya menambahkan.
