Istri Marcus Gideon Sebut Atlet Bulutangkis Indonesia yang Dikarantina di Inggris Tak Diberi Makan

Istri Marcus Gideon Sebut Atlet Bulutangkis Indonesia yang Dikarantina di Inggris Tak Diberi Makan

Editor: Slamet Teguh
Humas PBSI
Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon Juara Ganda All England 2017. Kini keduanya berjuang di even yang sama tahun 2021. 

Makan siang dan malam boleh pesan di hotel tapi berbayar sendiri," tulis Agnes di Insta Story-nya, Kamis (18/3/2021).

Karena harus melakukan isolasi mandiri selama 10 hari terhitung sejak tanggal kedatangan, tentu akan sangat memberatkan jika para atlet dan staff harus terus menerus memesan makan siang dan malam di hotel.

Tetapi ternyata, para atlet sudah membawa beberapa bahan makanan seperti indomie dan alat penanak nasi yang bisa sedikit meredakan rasa lapar dan dahaga.

"Untungnya atlet Indo pada bawa rice cooker, indomie, etc. Pada bawa sangu. Kasian ya," tutup Agnes.

Baca juga: Kisah Kakek 102 Tahun Tinggal di Kuburan Untuk Tebus Dosa, Ngaku Sering Lihat Arwah Gentayangan

Baca juga: Profil Neslihan Yigit, Pebulutangkis Turki Mundur dari All England Usai Sepesawat dengan Indonesia

Tim Indonesia Dipaksa Mundur di All England Padahal Pemain Sudah Bertanding, Ini Kata Joko Suprianto

Tim bulu tangkis Indonesia yang dipaksa mundur di All England mengundang reaksi keras dari Joko Suprianto, legenda pebulutangkis Indonesia.

Mantan ranking 1 dunia kategori tunggal putra era 1993 ini menyayangkan apa yang telah terjadi, khususnya kurang antisipasinya BWF.

Pasalnya, BWF tak bisa beraksi banyak akibat kebijakan otoritas kesehatan Inggris, NHS (national healthy service) yang memaksa langkah Indonesia terhenti di kejuaraan bergengsi tersebut.

Sialnya lagi, kebijakan memaksa mundur tim Indonesia justru terjadi setelah tiga andalan Indonesia telah bermain, yaitu dua ganda putra Indonesia, Hendra Setiawan-Mohammad Ahsan, Kevin Sanjaya-Marcus Fernaldi Gideon, serta Jonatan Christie.

Ketiganya pun meraih kemenangan.

"Pertama keputusan itu telat. Seharusnya BWF koordinasi penuh dengan NHS soal kebijakan, jadi semuanya diberitahu sejak awal. Ini kurang antisipasi, padahal beberapa pemain sudah bertanding. Kedua, service judge di pertandingan Hendra-Ahsan melawan tuan rumah Inggris justru berasal dari tuan rumah. Ini tidak boleh, dan ketiga adalah fakta mengapa ada pemain yang satu penerbangan dengan tim Indonesia masih diizinkan bermain. Tiga hal ini perlu transparansi," ujar Joko kepada Warta Kota, Kamis (18/3/2021).

Joko pun mendukung langkah PBSI yang meminta kejelasan, dan keterbukaan.

Menurutnya, klarifikasi begitu penting dan mesti dilakukan dengan langkah-langkah terukur.

"Protes dan langkah tegas boleh, apalagi prosesnya lewat aturan-aturan yang tepat bagaimana antar lembaga sesuai dengan tupoksi masing-masing bisa meminta kejelasan soal ini. Pasti pihak Dubes kita juga nanti menjelaskan informasi resminya, berkaitan dengan otoritas dan kebijakan disana, dan kita tunggu," katanya.

Jika sudah ada transparansi, dan PBSI ingin mengambil langkah kebih lanjut, Joko menyarankan agar semuanya seiya sekata mencari keadilan.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved