Selain Aprilia Manganang, 4 Kisah Atlet Interseks, Mulai Kehilangan Gelar sampai Bunuh Diri
Hal itu disampaikan langsung oleh KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa. Jenis kelamin Manganang ini diketahui setelah dilakukan pemeriksaan medis di RSPAD
2. Foekje Dillema
Foekje Dillema adalah seorang olahragawan atletik asal Belanda. Perempuan kelahiran 1926 ini memiliki penampilan yang mirip laki-laki.
Dillema memenangkan turnamen lari kategori 100 m dan 200 m di London tahun 1949. Ia bahkan memecahkan rekor lari atlet Belanda di cabang 200 m pada tahun itu.
Namun, karir olahraganya sudah keburu padam sebelum sempat berkembang lebih jauh. Pada 1950 Dillema didiskualifikasi karena menolak tes jenis kelamin sebelum Kejuaraan Atletik Eropa di Brussels.
Ia menjadi orang pertama yang mesti menjalani verifikasi gender itu. Setelah itu, Federasi Atletik Internasional (IAAF) melarang Dillema mengikuti kompetisi atletik sepanjang hidupnya. Catatan rekor nasionalnya pun dihapus dari sejarah atletik Belanda.
Setelah kematiannya, uji forensik menemukan bahwa Dillema memiliki kromosom XXY. Secara genetik, ini berarti Dillema adalah hermafrodit atau berjenis kelamin laki-laki sekaligus perempuan.
3. Caster Semenya
Caster Semenya adalah atlet lari jarak menengah asal Afrika Selatan. Perempuan kelahiran 1991 ini adalah atlet berprestasi di berbagai kompetisi.
Semenya meraih medali emas di cabang 400 meter dan 800 meter Kejuaraan Atletik Afrika 2018. Ia juga menjuarai Kejuaraan Dunia Atletik IAAF pada 2009, 2011, dan 2017 cabang 800 meter.
Semenya juga peraih medali emas di Olimpiade London 2012 dan Olimpiade Rio 2016 untuk cabang 100 meter.
Namun, Semenya memiliki kadar hormon testoteron lebih banyak daripada perempuan lain. Ia juga memiliki kromosom XY yang banyak ditemukan pada laki-laki.
Pada Kejuaraan IAAF 2009, ia harus menjalani tes verifikasi jenis kelamin agar gelar juaranya sah karena rekor larinya tak biasa. Belakangan, IAAF membolehkan Semenya mengantongi medali itu. Delapan bulan setelah kontroversi itu, Semenya boleh ikut berkompetisi lagi.
Namun, aturan baru IAAF yang sah pada 2019 membuat Semenya tak bisa bertanding di cabang 400 meter, 800 m, dan 1500 m. Agar bisa ikut bertanding di cabang-cabang itu, ia harus menjalani tindakan medis untuk mengurangi kadar testosterone-nya.
Atlet berumur 30 tahun ini pun membawa masalah ini ke pengadilan hak asasi manusia Eropa.
“Saya berharap pengadilan Eropa akan mengakhiri pelanggaran hak asasi manusia oleh (Federasi) Atletik Dunia terhadap atlet-atlet wanita yang telah berlangsung lama. Yang kami minta hanyalah diizinkan untuk bebas berlari, untuk sekali dan untuk selamanya, sebagai wanita yang kuat dan tak kenal takut," ujar Semenya melalui akun media sosialnya, Kamis (25/2/2021).