Max Sopacua Tersinggung Jansen Sebut Gak Ada SBY Gak Ada Demokrat, 'Apa yang Dilakukan SBY 2004?'
"Kalau Jansen mengatakan kalau gak ada SBY, gak ada Demokrat itu buat saya tersinggung. Apa yang dilakukan SBY sejak 2004?," papar Max Sopacua.
TRIBUNSUMSEL.COM - Politikus Partai Demokrat Jansen Sitidaon, mantan kader Partai Demokrat Jhoni Allen Marbun dan Max Sopacua membuat panas acara talkshow Mata Najwa Trans 7 edisi Rabu (3/3/2021).
Mereka terlibat adu argumen bahas peran Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di partai tersebut.
Di depan Najwa Shihab, ketiganya terlibat adu mulut.
"Kami bisa rukun, kuat kalau ada Yudhoyono di belakangnya," papar Jansen Sitindaon dilansir TribunJakarta.
Meski demikian, sosok SBY yang begitu lekat dengan Partai Demokrat ini dipertanyakan perannya dalam pendirian partai tersebut.
"Kalau Jansen mengatakan kalau gak ada SBY, gak ada Demokrat itu buat saya tersinggung. Apa yang dilakukan SBY sejak 2004?," papar Max Sopacua.
Jansen lantas ingin menanggapinya namun langsung diskak Max Sopacua.
"Anda diam kalau saya bicara," jelas Max Sopacua.
"Lanjut om," kata Jhoni Allen.
"Apa yang dilakukan SBY pas 2001 -2004? Siapa yang berjuang supaya Demokrat lolos KPU? Kalau partai ini tak lolos di KPU, juga tak ada SBY jadi Presiden. Jangan sampai menghilangkan sejarah, kita terlalu menjilat."
"Mari bicara jujur, tak ada SBY kalau tak ada Demokrat itu suatu tak mungkin," papar Max Sopacua.

"Anda belum lahir saat itu. Belum lahir di Demokrat," celetuk Jhoni Allen.
"Anda mungkin masih SMA waktu kami berjuang. Jadi jangan bicara tak ada SBY maka tak ada Demokrat," jelas Max seraya tunjuk-tunjuk ke Jansen.
Jansen Sitindaon lantas memaparkan beberapa pendapatnya terkait peran SBY di Partai Demokrat.
"Benar atau tidak, tolong bantah saya. Nama Partai Demokrat itu berasal dari Pak SBY? Dulu namanya Partai Nasionalis Bersatu," jelas Jansen Sitindaon.
Max Sopacua pun tampak emosi.
"Anda melihat wawancara Peter Gontha. Kalau wawancara itu bisa semuanya terjadi," papar Max.

"Yang kedua, mars Partai Demokrat dibuat Pak SBY," aku Jansen.
"Tanya dong, yang buat hymnenya siapa? Tanya dong, dia (Max Sopacua, red) yang bikin," jelas Jhoni Allen.
Max Sopacua terlihat emosi dengan sederet pernyataan Jansen Sitindaon. Melihat perdebatan panas, Najwa Shihab pun berusaha menenangkannya.
Adapun Jhoni Allen yang duduk disamping Max Sopacua tampak tertawa sinis.
"Jangan sok tahu anda itu. Hymne itu saya yang buat," tegas Max Sopacua.

"Ini pertanyaan dari junior ke senior, birunya logo Partai Demokrat itu yang menciptakan SBY. Tiap partai punya manifesto politik, SBY yang menciptakan untuk Demokrat," beber Jansen Sitindaon.
Sebagaimana diketahui, isu gerakan perebutan kekuasaan atau makar di tubuh Partai Demokrat belum juga selesai.
Isu tersebut pertama kali disampaikan oleh Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam konfrensi pers yang dilakukan Senin (1/2/2021).
AHY menuding ada pihak-pihak yang berupaya untuk mengangkat sosok baru menjadi Ketua Umum Partai Demokrat dengan mengadakan Kongres Luar Biasa (KLB).
Pada perkembangannya, tokoh-tokoh yang diduga menjadi dalang perebutan kekuasaan itu adalah Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko, Marzuki Alie, Muhammad Nazaruddin, Darmizal dan Johni Allen Marbun.
Menanggapi isu tersebut, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akhirnya turut membuat pernyataan.
SBY menegaskan bahwa Partai Demokrat tidak diperjualbelikan untuk pihak-pihak yang ingin melakukan upaya perebutan kekuasaan.
"Bagi orang luar yang punya ambisi untuk merebut dan membeli Partai Demokrat, saya katakana dengan tegas dan jelas, Partai Demokrat not for sale, partai kami bukan untuk diperjualbelikan," kata SBY pada video yang dirilis Rabu (24/2/2021).
Ia juga menyebut bahwa jika partai berlogo mercy itu berhasil dikudeta, maka demokrasi berada pada masa krisis.
Presiden RI Ke 6 itu meyakini bahwa Presiden Joko Widodo tidak mengetahui keterlibatan Moeldoko dalam upaya perebutan kekuasaan itu.
SBY juga meyakini sejumlah tokoh seperti Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Mahfud MD, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, serta kepala Badan Intelegen Negara (BIN) Budi Gunawan dicatut namanya dalam permasalahan ini.