Arti Kata
Arti Tabayyun Dalam Islam, Ini Penjelasan dan Pentingnya Melakukan Tabayyun
Berikut ini Arti Tabayyun Dalam Islam, Ini Penjelasan dan Bahaya Jika Tidak Tabayyun Mungkin anda sering mendengar kata Tabayyun baik itu untuk diri
Penulis: Abu Hurairah | Editor: Abu Hurairah
TRIBUNSUMSEL.COM - Berikut ini Arti Tabayyun Dalam Islam, Ini Penjelasan dan Bahaya Jika Tidak Tabayyun
Mungkin anda sering mendengar kata Tabayyun baik itu untuk diri sendiri maupun orang lain.
Di Indonesia sendiri kata tabayyun semakin populer dan tak lagi asing di telinga kita. Banyak orang menggunakan kata tersebut sebagai bahasa sehari-hari.
Akan tetapi, tak jarang di antara kita masih ada yang belum mengetahui arti kata Tabayyun.
Tabayyun menurut bahasa adalah telitilah dulu, mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas benar keadaannya.
Kata Tabayyun diambil dari kitab suci Alquran yakni surat Al-Hujurat:6.
Baca juga: Arti Water Hammer dan Biaya Perbaikan Mobil yang Rusak karena Terendam Banjir Minimal Rp 6 Juta
Baca juga: Arti Barakallahu Fiik dan Jawabannya, Ini Cara Pengucapan Kalimat dan Contohnya
Baca juga: Apa Itu Cupapi Monyenyo, Ini Arti Kata yang Populer di Aplikasi Tik-Tok
Dalam ayat tersebut dijelaskan:
"Jika ada seorang faasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian".
Tabayyun adalah meneliti dan menyeleksi informasi, tidak tergesa-gesa dalam memutuskan masalah baik dalam hal hukum, kebijakan dan sebagainya hingga jelas benar permasalahannya.
Dalam Islam, salah satu solusi untuk memecahkan masalah yakni dengan Tabayyun.
Sikap Tabayyun digunakan terutama untuk menyelesaikan masalah.
Caranya yakni dengan mengklarifikasi dan menganalisis masalah yang terjadi.
Sehingga diharapkan setelah menerapkan sikap Tabyyun, permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan lebih bijak dan arif.
Dalam hal ini Tabayyun dilakukan untuk mencari kejelasan mengenai sesuatu hingga jelas dan benar.
Tabayyun termasuk akhlak mulia yang merupakan prinsip penting dalam menjaga kemurnian ajaran Islam dan keharmonisan pergaulan.
Hadits-hadits Rasulullaah saw dapat diteliti keshahihannnya antara lain karena para ulama menerapkan prinsip tabayyun ini.
Begitu pula dalam kehidupan sosial masyarakat, seseorang akan selamat dari salah paham atau permusuhan bahkan pertumpahan darah antar sesamanya karena ia melakukan tabayyun dengan baik.
Oleh sebab itu, Allah SWT memerintahkan kepada orang yang beriman agar selalu tabayyun dalam menghadapi berita yang disampaikan kepadanya agar tidak meyesal di kemudian hari seperti yang tertuang dalam surat Al Hujurat ayat 6.
Baca juga: Arti Kata Insecure dalam Bahasa Gaul, Istilah Populer yang Lagi Viral di Media Sosial
Baca juga: Arti Anta Kalbun Kosa Kata yang Berasal dari Bahasa Arab, Berikut Penjelasannya
Lalu, mengapa kita harus Tabayyun?
Bahaya Meninggalkan Tabayyun
1. Menuduh orang baik dan bersih dengan dusta
Seperti kasus yang menimpa istri Rasulullaah saw yaitu Aisyah ra.
Ia telah dituduh dengan tuduhan palsu oleh Abdullaah bin Ubai bin Salul, gembong munafiqin Madinah.
Isi tuduhan itu adalah bahwa Aisyah ra telah berbuat selingkuh dengan seorang lelaki bernama Shofwan bin Muathal.
Padahal bagaimana mungkin Aisyah ra akan melakukan perbuatan itu setelah Allaah swt memuliakannya dengan Islam dan menjadikannya sebagai istri Rasulullaah saw.
Namun karena gencarnya Abdullaah bin Ubai bin Salul menyebarkan kebohongan itu sehingga ada beberapa orang penduduk Madinah yang tanpa tabayyun, koreksi dan teliti ikut menyebarkannya hingga hampir semua penduduk Madinah terpengaruh dan hampir mempercayai berita tersebut.
Tuduhan ini membuat Aisyah ra goncang dan stress, bahkan dirasakan pula oleh Rasulullaah saw dan mertuanya. Akhirnya Allaah swt menurunkan ayat yang isinya mensucikan dan membebaskan Aisyah ra dari tuduhan keji ini[baca QS Annuur 11-12].
2. Timbul kecemasan dan penyesalan
Diantara shahabat yang terpengaruh oleh berita dusta yang disebarkan oleh Abdullaah bin Ubai bin Salul itu adalah antara lain Misthah bin Atsasah dan Hasan bin Tsabit.
Mereka itu mengalami kecemasan dan penyesalan yang dalam setelah wahyu turun dari langit yang menerangkan duduk masalahnya.
Mereka merasakan seakan-akan baru memsuki Islam sebelum hari itu, bahkan kecemasan dan penyesalan tersebut tetap mereka rasakan selamanya hingga mereka menemui Rabbnya[QS AlHujurat 6].
3. Terjadinya kesalahpahaman bahkan pertumpahan darah
Usamah bin Zaid ra bertutur:
Rasulullaah saw telah mengutus kami untuk suatu pertempuran, maka kami tiba di tempat yang dituju pada pagi hari.
Kami pun meyerbu musuh.
Pada saat itu saya dan seorang dari kaum Anshar mengejar salah seorang musuh. Setelah kami mengepungnya, musuh pun tak bisa melarikan diri.
Di saat itulah dia mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah. Temanku dari Anshar mampu menahan diri, sedangkan saya langsung menghujamkan tombak hingga dia tewas. Setelah saya tiba di Madinah, kabar itu sampai kepada Rasulullaah saw. Beliau bersabda:
”Hai Usamah, mengapa engkau membunuhnya setelah ia mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah?Saya jawab:” Dia mengucapkan itu hanya untuk melindungi diri”. Namun Rasulullaah saw terus mengulang-ulang pertanyaan itu, hingga saya merasa belum pernah masuk Islam sebelumnya{HR.
Bukhari].(Dalam riwayat Muslim, Nabi saw bertanya kepada Usamah dengan “Apakah kamu telah membedah hatinya?”)