Sebulan Pasca Gempa 6,2 SR Mengguncang Sulbar, 38.578 Warga Mamuju Masih Dipengungsian
Puluhan orang tewas akibat musibah yang terjadi Jumat (15/1/2021) lewat tengah malam di Mamuju Sulawesi Barat.
TRIBUNSUMSEL.COM, MAMUJU-Gempa berkekuatan 6,2 SR terjadi satu bulan lalu mengguncang Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat (Sulbar). Puluhan orang tewas akibat musibah yang terjadi Jumat (15/1/2021) lewat tengah malam.
Satu bulan berlalu, hingga saat ini masih ada 38.578 warga Mamuju berada di pengungsian.
Warga ini berasal dari enam kecamatan yakni Kecamatan Mamuju, Tappalang, Tappalang barat, Simboro, Papalang dan Kalukku.
Berdasarkan data diperoleh dari Kodim 1418 Mamuju, menyebutkan, Kecamatan Simboro menjadi wilayah yang terbanyak warga masih mengungsi, terdapat di dua kelurahan dan lima desa dengan jumlah 15.967 jiwa.
Kemudian, kecamatan Tappalang 5.989 jiwa, Tappalang Barat 9.221 jiwa, Kalukku 1.934 jiwa, Mamuju 5.371 jiwa dan Kecamatan Papalang 96 jiwa.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Metereologi, Klimtologi dan Geofisika (BMKG), Daryono dalam rilis yang diterima Tribun Timur menyebutkan, saat ini Sulbar memasuki kondisi tektonik segera stabil.
Hal itu berdasarkan data, bahwa telah terjadi 50 kali gempa susulan dengan 12 kali aktivitas gempa yang dirasakan, sejak gempa magnitudo 6,2 lalu.
Baca juga: Tadi Malam Jepang Diguncang Gempa Besar, Badan Meteorologi Ungkap Itu Gempa Susulan 10 Tahun Lalu
"Kondisi ini dihasilkan dengan memahami bahwa gempa Majene dan Mamuju memiliki produktivitas gempa susulan yang sangat rendah dan didukung perhitungan estimasi peluruhan gempa yang terus meluruh.
Selain itu gempa susulan di Sulbar tidak bersifat destruktif seperti yang pernah terjadi di Palu, Lombok dan Ambon,"jelas Daryono.
Menurutnya, bagi rumah yang aman, struktur dan tidak rusak, pemilik bisa pulang ke rumah kembali.
"Tetapi yang rumahnya rusak, memilih tetap di pengunsian. Tapi sekali lagi kami tak punya kewenangan untuk menyarankan pengungsi pulang ke rumah. Soal ini diserahkan sepenuhnya atau melalui izin BPPD,"ujar Daryono.
BMKG juga telah melakukan survei respon tanah pada tanggal 16 Januari lalu. Selama sepekan tim BMKG melakukan survei di wilayah Mamuju dan Majene.
Survei tersebut menghasilkan klasifikasi atau zona tanah lunak, sedang dan keras.
"Khusus untuk tanah keras akan sangat aman sebab dapat menahan atau bahkan meredam getaran," kata Daryono.
"Kami siap memaparkan hasil survei, peta penjelasannya. Ini penting untuk perencanaan pembangunan dan penataan ruang. Tapi harus didahului oleh surat pemintaan Pemprov atau Pemkab ke BMKG" sambungnya.