Profil Muhammad Darmizal Pendiri Demokrat yang Menyebut Gaya Kepemimpinan AHY Penuh Intrik
Saat mundur dari Partai Demokrat, Darmizal sempat melontarkan pernyataan kepada SBY.
TRIBUNSUMSEL.COM - Mengenal sosok Muhammad Darmizal MS, sosok yang baru-baru ini kritik Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Ia merupakan mantan Wakil Ketua Komisi Pengawas Partai Demokrat bahkan pendiri Demokrat.
Namanya pula baru-baru ini masuk dalam isu gerakan kudeta AHY.
Darmizal yang kini tak lagi di Demokrat menilai Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) saat ini terkesan mengabaikan perjuangan para pendirinya.
"Analisa saya, pengurus saat ini banyak yang instan."
"Tidak mau paham dengan tetesan darah dan keringat para pendiri yang sekarang diabaikan," kata Darmizal kepada awak media, Selasa (9/2/2021) kemarin.
Ia juga menilai gaya kepemimpinan AHY penuh intrik hingga kurang semangat berjuang dan kebersamaan.
Ia khawatir, jika gaya kepemimpinan tersebut diteruskan justru membuat Partai Demokrat dihukum oleh sistem demokrasi di Indonesia.
Terlebih, kekhawatirannya juga berdampak pada gelaran Pemilu 2024 mendatang, akan menjadi ajang terakhir yang diikuti Demokrat.
"Bayangkan saja, banyak kader bahkan pendiri yang kecewa dengan Partai Demokrat."
"Juga masyarakat umum yang dulu mengidolakan Partai Demokrat sebagai pilihan terbaiknya saat pesta demokrasi, utamanya pada pemilu tahun 2009," ujar Darmizal.
"Jika caranya seperti ini maka tahun 2024 bisa menjadi pemilu terakhir yang diikuti partai Demokrat," tambahnya.
Lebih lanjut, mantan Wasekjen Demokrat ini juga menilai, gaya play victim dan pencitraan juga terkesan dalam kepemimpinan AHY.
Gaya yang berlebihan itu justru membuatnya khawatir Partai Demokrat akan mulai ditinggalkan masyarakat.
Padahal, hal itu bukan nilai yang dibangun oleh para pendiri.
"Play victim dan pencitraan berlebihan adalah gaya pengurus baru yang lupa akan sejarah partai," tegasnya.
Darmizal Sebut KLB Pertanda Baik
Sementara itu, Darmizal mengaku terkejut saat mengetahui isu Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat yang dilancarkan beberapa kader hingga menyeret nama Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.
Namun, ia justru mengungkapkan isu tersebut adalah pertanda baik.
Menurutnya, KLB yang tengah menjadi polemik di tubuh Demokrat bukan tindakan ilegal.
Darmizal pun memahami, semangat kader yang meminta KLB semakin meluas karena keinginan menjadikan partai ini besar.
"Bagi saya ini sangat fenomenal dan mengejutkan. Ini pertanda baik, karena KLB bukanlah suatu kudeta kekuasaan partai politik atau pengambil alihan kekuasaan pimpinan partai secara ilegal."
"KLB merupakan suatu misi yang jelas dan tegas tertuang pada AD/ART partai sebagai mekanisme demokrasi yang dapat dilakukan oleh para tokoh atau kader untuk menyelamatkan partai," katanya kepada Tribunnews.com, Selasa (9/2/2021).
Salah satu pendiri Partai Demokrat ini juga membantah tujuan KLB untuk menyingkirkan keluarga Cikeas.
Dia beralasan, tindakan KLB justru menyelamatkan Partai Demokrat dan merebut kembali kejayaaan politik yang pernah dicapai.
Hal itu, lanjut Darmizal, demi mewujudkan kehidupan masyarakat Indonesia yang lebih baik.
"Kami hanya ingin melihat partai Demokrat kembali meraih suara gemilang pada Pemilu 2024 nanti," kata dia.
Biodata Profil Darmizal
Dikutip dari dct.kpu.go.id, Darmizal merupakan pria kelahiran 6 September 1963.
Dirinya memiliki riwayat pendidikan sebagai Magister Hukum di Universitas Gadjah Mada (UGM) serta Program Doktoral Ilmu Sosial, Universitas Pasunda Bandung.
Dari dokumen tersebut, Darmizal juga tercatat pernah menjadi relawan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat kontestasi Pilpres 2004 lalu.
Tepatnya Darmizal menjadi Ketua Umum Relawan SBY dan Jusuf Kalla (JK) kala itu.
Hingga saat Pilpres 2019, Darmizal rela mundur dari Partai Demokrat dan mendukung Jokowi.
Dirinya pun menjadi Ketua Umum Relawan Jokowi (ReJo).
Saat mundur dari Partai Demokrat, Darmizal sempat melontarkan pernyataan kepada SBY.
"Perlu saya sampaikan kepada Pak SBY, mulai hari ini saya nyatakan berhenti sebagai Wakil Ketua Dewan Pengawas Partai," ungkap Darmizal di Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (6/5/2018).
Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, Darmizal sempat berharap saat dirinya keluar dari partai, Demokrat dapat menjadi partai yang lebih besar lagi ke depannya.
Walaupun dirinya sangat mencintai partai yang telah membesarkannya, Darmizal mengaku tidak lagi bisa bergabung.
"Saya cinta dan sayang partai ini, tapi mohon izin, sekali lagi saya tidak bisa bergabung," jelas Darmizal.
Nama Darmizal Masuk Isu Kudeta
Seperti diberitakan sebelumnya AHY mengeluarkan statement tudingan bahwa ada sekelompok orang yang akan mengambil alih paksa kepemimpinan Partai Demokrat.
AHY juga mengungkapkan, informasi tersebut berdasarkan laporan dan aduan dari para pimpinan dan kader Partai Demokrat.
Mereka melapor karena merasa tidak nyaman bahkan menolak ketika dihubungi dan diajak untuk melakukan penggantian Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat.
Bahkan, ucap AHY, gerakan politik untuk merebut paksa kepemimpinan Partai Demokrat itu dilakukan secara sistematis
Diberitakan sebelumnya Politikus Partai Demokrat Rachland Nashidik mengungkapkan nama-nama yang diduga ingin mengkudeta Partai Demokrat.
Bukan hanya Darmizal, namun juga tiga nama politikus lainnya.
"Marzuki Alie, Jhoni Allen, dan Nazaruddin," kata Rachland dikutip dari Kompas.com.
Rachland mengaku mendapat informasi tersebut dari kesaksian kader Demokrat, yang tak disebutkan namanya.
Sementara itu klaim AHY bahwa adanya pengambilalihan posisi ketum Partai Demokrat akan dijadikan kendaraan dalam Pemilu 2024.
AHY menyebut terdapat 5 orang, yakni seperti yang sudah diberitakan Tribunnews.com:
- satu kader Demokrat aktif
- satu kader yang sudah enam tahun tidak aktif
- satu mantan kader yang sudah sembilan tahun diberhentikan dengan tidak hormat dari partai karena menjalani hukuman akibat korupsi
- satu mantan kader yang telah keluar dari partai tiga tahun lalu
- satu orang non kader partai atau seorang pejabat tinggi pemerintahan.
"Menurut kesaksian dan testimoni banyak pihak yang kami dapatkan, gerakan ini melibatkan pejabat penting pemerintahan, yang secara fungsional berada di dalam lingkar kekuasaan terdekat dengan Presiden Joko Widodo," kata AHY.
Terkait keterlibatan pejabat penting itu, AHY mengaku sudah berkirim surat kepada Jokowi untuk meminta konfirmasi dan klarifikasi.
Apalagi, gerakan ini dikatakan sudah mendapatkan dukungan dari sejumlah menteri dan pejabat penting di pemerintahan Jokowi.
"Saya telah mengirimkan surat secara resmi kepada Yang Terhormat Bapak Presiden Joko Widodo untuk mendapatkan konfirmasi dan klarifikasi dari beliau terkait kebenaran berita yang kami dapatkan ini," kata AHY.
Demokrat Sebut Kinerja AHY Terbukti
Sebelumnya diketahui, Partai Demokrat merespons segelintir kader senior yang mempertanyakan kepemimpinan Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Sebelum dikritik oleh mantan Wasekjen Demokrat, Muhammad Darmizal, AHY juga mendapat banyak kritik dari kader senior lain.
Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra membantah kritikan itu.
Ia menyatakan, Demokrat setahun terakhir ini sedang memanen efek positif kepemimpinan AHY.
Hal itu didapat dari sejumlah kebijakan dan sikap yang diputuskan melalui kepemimpinan AHY.
Satu diantaranya yaitu mengenai penolakan terhadap UU Cipta Kerja.
"Sikap politik Demokrat yang menolak RUU Cipta Kerja, RUI HIP, dan RUU Minerba di parlemen, sesuai dengan arahan Ketum AHY, menuai apresiasi luas dari publik," kata Herzaky melalui keterangannya, Minggu (7/2/2021).
Dalam perhelatan Pilkada 2020, kata Herzaky, Partai Demokrat menang 48 persen dari total daerah Pilkada yang diikuti.
"Bahkan, kader yang menang Pilkada, mencapai 65 kader, terbanyak sejak 2015," ujarnya.
Herzaky melanjutkan, organisasi internal Demokrat juga terbilang solid.
Menurutnya, kader dan pengurus berlomba-lomba menunjukkan kinerja terbaiknya selama membantu rakyat yang sedang kesulitan karena pandemi.
"Ada gairah luar biasa yang muncul dari pengurus dan kader Partai Demokrat di berbagai penjuru negeri."
"Tentunya ini tak lepas dari kepemimpinan AHY, yang selalu menekankan kalau Demokrat harus menjadi bagian dari solusi, dan sebisa mungkin berkontribusi untuk rakyat," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Maliana/Eko Sutriyanto/Chaerul Umam)