Mengenal Sosok Tong Djoe, Saat Muda Pernah Berjuang Bersama AK Gani Gubernur Sumsel di Masa Perang
Ia juga turut memperjuangkan pulihnya hubungan dua negara besar, Indonesia dan China, bersama Sukamdani Sahid Gitosardjono dan Mensesneg Moerdiono.
TRIBUNSUMSEL.COM - Mengenal sosok Tong Djoe pengusaha sekaligus pejuang yang pada Selasa (9/2/2021) dikabarkan meninggal dunia.
Sebelum mendirikan Grup Tunas di Tanjong Pagar, Singapura, tahun 1970-an, Tong Djoe salah seorang yang ikut perang pada era kemerdekaan 1945.
Kini ia telah wafat di usia 94 tahun
Tong Djoe dikabarkan tutup usia di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.
Dikutip dari Kompas.id, semasa hidup, Tong Djoe selain menjadi pelaku sejarah perjuangan era kemerdekaan 1945, juga mengembangkan bisnis semasa Orde Lama dan Orde Baru.
Ia juga turut memperjuangkan pulihnya hubungan dua negara besar, Indonesia dan China, bersama Sukamdani Sahid Gitosardjono dan Mensesneg Moerdiono.
Semasa muda, Tong Djoe berjuang bersama AK Gani, Gubernur Sumatera Selatan di masa Perang Kemerdekaan Republik Indonesia (1945-1949), dengan menyelundupkan senjata untuk Republik Indonesia.
Atas jasa tersebut, Pemerintah Republik Indonesia di masa Presiden BJ Habibie memberikan penghargaan Bintang Jasa Pratama tahun 1998.
Selanjutnya, Tong Djoe yang akrab dengan Ibnu Sutowo—pimpinan Pertamina—membuka usaha Grup Tunas di Tanjong Pagar, Singapura, tahun 1970-an, serta menjalin hubungan diplomasi publik yang baik antara Indonesia, Singapura, dan China.
Mantan Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Rakyat China Soegeng Rahardjo yang dihubungi, mengatakan, Tong Djoe dan Sukamdani adalah ”duet maut” yang mampu memulihkan hubungan Jakarta-Beijing.
”Beliau berdua memiliki wawasan strategis dan menjalankan diplomasi publik yang efektif antara dua negara penting di kawasan. Pak Tong Djoe pun tidak mau kelihatan atas peran selama ini yang sangat strategis,” kata Soegeng, yang pernah menjadi diplomat di Amerika Serikat, Amerika Latin, Australia, dan Dubes di Afrika Selatan serta China.
Soegeng menambahkan, Sukamdani Sahid berhasil meyakinkan Presiden Soeharto, dan Tong Djoe menjadi jembatan ke pihak Beijing dalam langkah strategis memulihkan kembali hubungan diplomatik RI dan China yang sama-sama ikut menjadi motor Konferensi Asia Afrika 1955 bersama India dan Mesir.
Soegeng mengenang perbincangannya bersama Tong Djoe tahun 2019 di Jakarta selama dua jam lebih.
Tong Djoe yang mendirikan grup usaha Tunas itu sangat bersahaja dan mengingatkan pentingnya hubungan strategis yang saling melengkapi antara Indonesia dan China.
Dalam pandangan Soegeng, salah satu kelebihan Indonesia dalam relasi saling melengkapi dengan China adalah kemampuan diplomasi Indonesia dalam menjalin hubungan tanpa mendominasi.