Berita Video Terbaru

Video Wajah Penuh Tato, Kisah Anak Punk Ingin Jadi Pendakwah dan Bertemu Sang Ibu

Seorang pemuda dengan wajah penuh tato sedang duduk bersila di dalam sebuah masjid di daerah Peleburan, Kota Semarang.

TRIBUNSUMSEL.COM -  Seorang pemuda dengan wajah penuh tato sedang duduk bersila di dalam sebuah masjid di daerah Peleburan, Kota Semarang.

Mengenakan serban putih di kepala dan gamis panjang dengan warna serupa, dia tampak tersenyum ramah.

Pemuda berusia 21 tahun itu bernama Ahmad Nur Kusuma Yuda yang karib disapa Yuda.

Sosoknya memang tampak menyeramkan dengan tato di wajah dan sekujur tubuhnya.

Namun, suaranya terdengar lembut saat berbicara dan jauh dari kesan gahar.

Sejak kecil, pemuda kelahiran Tangerang ini memang lekat dengan tato.

Semua tatonya ia dapatkan ketika dirinya memulai kisah hidupnya di jalanan.

Saat duduk di bangku taman kanak-kanak (TK) di Klaten dan sekolah dasar (SD), dirinya mengenyam pendidikan agama sebagai santri di pondok pesantren.

Setelah lulus SD, dia harus berpindah melanjutkan sekolah di pesantren dakwah di Salatiga.

Namun, tak lama kemudian dia memutuskan untuk kabur lantaran tidak betah.

Ayahnya sempat mengembalikan Yuda ke pesantren itu, tetapi dirinya tidak kuat dan dipulangkan ke rumah.

Selang dua hari tinggal di rumah, lantas Yuda memulai pencarian jati dirinya dengan memilih hidup di jalan sebagai anak punk.

Yuda bertahan hidup di jalan dengan berjualan kaus sablonan di acara-acara komunitas dan mengamen. Bahkan, dia juga pernah mencoba menjadi tukang tato di Bali.

Yuda bercerita tentang awal mula tato bersarang di tubuhnya hingga memilih jalan untuk berhijrah.

Seiring perjalanan hidupnya, tato mulai bertambah dari tangan, punggung, hingga menjalar ke wajahnya.

Dia mengaku semua tato yang melekat di tubuhnya itu merupakan hadiah sebagai kenang-kenangan saat bertandang ke rumah teman dari berbagai kota.

Kemudian, menjelang bulan Ramadhan tahun lalu, dia mulai merenungi hidupnya dan memikirkan masa depan.

Lantas, hatinya pun terketuk hingga memutuskan untuk meninggalkan masa lalunya.

Meski sekarang telah memilih berhijrah, dia mengaku tidak berniat menghapus tatonya.

Yuda akhirnya memilih tinggal di Semarang karena dekat dengan keluarga termasuk ayah.

Dia mengaku proses hijrahnya tidak mudah dan penuh rintangan.

Terlebih lagi, dirinya kerap kali dipandang sebelah mata oleh beberapa orang.

Kini Yuda menjalani hari-harinya dengan membantu mengurus masjid di Masjid Jami Al-Istiqomah Jalan Kusuma Wardani, Pleburan.

Selain itu, dia juga memperdalam ilmu agama dan menghafal Al Quran yang dulu sudah 24 juz, menemui ulama-ulama, dan mempelajari lagi ilmu dakwah.

Dari pertemuannya dengan ulama di Jawa Barat, Yuda diberi nama Sa'ad Al-Maliki yang diambil dari nama salah satu sahabat Rasullullah.

Sumber: Kompas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved