Kecelakaan Sriwijaya Air
Lambaian Tangan Ratih Sebelum Naik Sriwijaya Air SJ 182, Buat Kakak Menangis : Pulang Dulu Ya
"Nyampe rumah kosong, ga ada siapa-siapa sepi. Bener-bener gak bisa digambarin lagi," tutur Irfan menangis
Tak ada firasat Irfan akan ditinggalkan orangtua dan adik serta keponakannya.
Hanya saja, Irfan mengingat permintaan sang ayah untuk salat jamak.
"Ayah saya itu gak pernah mau jamak salat gabungin gitu. Tiba-tiba hari itu dia nanya saya 'bapak boleh gak jamak antara zhuhur dan ashar',"
"Nah saya bilang 'boleh pak, kan bapak gatau nyampe jam berapa dan mau kemana dulu' itu jawaban saya," ucap Irfan.
"Qodarullah dia udah salat jamak dan dapat kabar pesawat jatuh," cerita Irfan dengan suara terbata.
Air mata Irfan tak bisa dibendung lagi kala mengingat nasib keluarganya.
Irfan mengaku merupakan dua bersaudara.
"Bapak ibu adik saya, saya dua bersaudara, udah gak ada siapa-siapa lagi," tutur Irfan seraya ditenangkan rekannya.
Irfan menyebut adiknya, Ratih sedang hamil 5 bulan.
Suami Ratih sudah menunggu di bandara di Pontianak saat itu.
"Adik saya lagi hamil 5 bulan, suaminya nunggu di Pontianak. Semua ada di pesawat itu, saya sekarang tinggal pasrah, serahkan semua sama Allah," kata Irfan.
Irfan mengaku ikhlas menerima musibah yang terjadi di keluarganya.
Mendengar cerita pilu Irfan, terdengar pewarta menyampaikan bela sungkawanya.
"Astagfirullah, turut berduka mas," ucap pewarta.